BPS: Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Gorengan Naik Menjadi 51,7 Persen

8 Oktober 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual gorengan di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jakarta, Jumat (7/4/2023). Foto: Ainun Nabila/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penjual gorengan di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jakarta, Jumat (7/4/2023). Foto: Ainun Nabila/kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang "Proporsi Penduduk yang Mengkonsumsi Makanan-Minuman Tidak Sehat, 2018-2023" mengungkapkan adanya kenaikan kebiasaan makan gorengan di masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Melalui buklet berjudul "Cerita Data Statistik untuk Indonesia-Kehidupan Sehat dan Sejahtera" yang dipublikasi 30 September 2024, BPS menyatakan dalam beberapa tahun terakhir, adanya peningkatan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi gorengan. Peningkatan ini terjadi sebanyak 51,7 persen, dari sebelumnya 45 persen pada 2018.
Tercatat juga bahwa makanan berlemak/berkolesterol/gorengan itu dikonsumsi rata-rata oleh anak usia 3 tahun ke atas yang memakannya sebanyak 1 sampai 6 kali seminggu.
Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi mi instan. Untuk proporsi kebiasaan mengonsumsi mi intan atau makanan instan lainnya naik sebesar 60,7 persen. Namun kenaikan ini tidak terlalu tinggi dibandingkan pada tahun 2018 yakni 58,5 persen.
Ilustrasi gorengan. Foto: Rifki Alfirahman/Shutterstock
Kemudian, dalam data BPS dengan nomor katalog 1205057 itu juga terungkap kenaikan proporsi kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman sehat lainnya; seperti minuman manis, soft drink, alkohol, hingga rokok.
ADVERTISEMENT
Padahal, konsumsi makanan tidak sehat seperti ini memicu kekhawatiran akan faktor risiko berbagai penyakit mematikan, salah satunya jantung.
Menurut penelitian Anand et al., (2015), perubahan gaya hidup modern, seperti mengonsumsi banyak makanan tidak sehat; yang mengarah pada makanan siap saji tinggi karbohidrat, lemak tidak sehat, serta tambahan gula dan garam, memiliki hubungan dengan penyakit jantung.
Lebih spesifik lagi, konsumsi karbohidrat yang berlebihan terutama dalam bentuk karbohidrat olahan dan gula tambahan, sangat berkontribusi pada risiko tinggi penyakit kardiovaskular untuk populasi di Asia.
Dengan ditemukannya data seperti ini mengindikasi bahwa di Indonesia, semakin tinggi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat rata-rata yang mengonsumsinya adalah mulai dari usia anak-anak.
ADVERTISEMENT
Hmm, bagaimana pendapatmu?