Bukber Virtual, Cara Tetap Bersama Walau Terpisah Jarak

15 Mei 2020 20:32 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi buka puasa Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buka puasa Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
"Selamat berbuka puasa, mbak,"
Sebuah pesan singkat elektronik muncul di notifikasi handphone. Pesan itu dikirim oleh ibu saya, yang hampir saban sore dan subuh mengingatkan untuk sahur dan berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Jarak antara rumah dan tempat merantau sepanjang 500 km memang membuat kami tak bisa berbuka puasa bersama. Padahal, tahun lalu, saya masih bisa pulang sejenak untuk berbuka puasa bersama keluarga.
Mungkin sama seperti saya, banyak yang terpaksa harus melewatkan momen buka bersama keluarga akibat wabah virus corona yang makin merebak. Apalagi, yang bekerja di wilayah kategori zona merah.
Meriahnya suasana buka bersama Foto: kumparan
Memang, Ramadhan adalah yang paling ditunggu umat Muslim sedunia. Bukan hanya menjadi bulan suci dan penuh limpahan rahmat, tapi juga menjadi bulan penuh tradisi kebersamaan, khususnya buka puasa bersama (bukber).
Momen buka puasa bersama juga tak jarang jadi ajang perekat hubungan sosial. Entah untuk mempererat keakraban, atau reuni; terhubung kembali dengan teman atau kolega yang lama tak kita jumpai.
ADVERTISEMENT
Manusia memang cepat beradaptasi. Dengan teknologi, konsep bukber virtual tengah ramai dilakukan. Walau tak bisa bersalaman, setidaknya rindu akan gelak tawa dan kehangatan keluarga di rumah bisa terobati lewat bukber virtual.
Bagi yang muda, mungkin ini hal biasa. Tapi, butuh waktu untuk saya mengajak kedua orang tua untuk bukber virtual. Apalagi, saat meminta supaya seluruh anggota keluarga bisa masuk ke dalam frame kamera. Mereka malah bilang permintaan saya bikin ribet.
Bukber virtual bersama keluarga Foto: Safira/ kumparan
Kendati waktu berbuka puasa di Jakarta dan Pati (tempat asal saya) tak sama persis, tapi kami masih bisa makan bareng sambil berbincang.
"Hari ini ibu masak ayam goreng, sama bikin puding pisang gula merah, lho," pamer ibu saya.
ADVERTISEMENT
Memang ada yang hilang, tapi percakapan singkat dengan makanan masing-masing itu terasa hangat. Setidaknya, masih bisa bertukar cerita sambil bercanda tawa.
Beberapa teman yang juga perantau pun berbagi kisah mereka. Kebetulan, saya menghelat beberapa bukber virtual bersama rekan-rekan juga.
"Iya nih, sedih. Dikirimin foto teh panas sama ibu saja kerasa sedih. Soalnya kalau puasa gini, bapak biasanya yang nyiapin teh panas waktu buka puasa dan sahur. Dari dulu pasti seperti itu," kisah Septian, seorang rekan yang juga terjebak di Jakarta selama pandemi.
Bukber virtual bersama teman terdekat Foto: Safira/ kumparan
Selama puasa Ramadhan ini, sebagian teman saya yang merantau hanya mengandalkan warung di sekitar kos dan apartemen mereka untuk makan sahur dan buka puasa.
ADVERTISEMENT
Kalau sahur harus pesan makanan dari malam sebelumnya atau setidaknya diberi jeda beberapa jam sebelum imsak. Supaya makanannya datang tepat waktu, dan tak telat sahur.
"Tahun ini, sangat berbeda. Suasana Ramadhan yang biasanya ramai jadi sepi, karena sendirian di kos. Rindu sama rumah," kisah Tibia, salah satu teman saya yang tak bisa pulang dan mudik Lebaran karena tengah menjalani koas di Purwokerto.
Setidaknya, keluhan dan ungkapan rasa sedih akibat tak bisa berkumpul atau pulang ke rumah tak berlangsung lama, langsung berganti dengan canda tawa. Bertukar kabar, bagaimana keadaan masing-masing di tanah rantau sambil bernostalgia.
Buka bersama virtual Foto: Safira/ kumparan
Oh, saya juga bukber virtual bersama rekan-rekan kerja; sekaligus melepas rindu. Maklum, kami sudah tak bertemu langsung hampir dua bulan karena work from home. Meski hanya bisa saling menyapa lewat layar komputer, keriuhan tetap tak berkurang.
ADVERTISEMENT
"Seneng banget sih gue bisa ngobrol bareng teman-teman kantor yang lain, selain teman satu tim," celoteh Avissa yang tak berhenti bercerita selama sesi buka bersama virtual itu.

Berkah kebersamaan dalam bukber virtual

Buka puasa bersama terasa istimewa, bukan karena makanan atau minuman yang disantap. Tapi interaksi yang tercipta saat kita menikmati berkah puasa dengan orang terdekat.
Sebuah survei Living Well Index yang dilakukan oleh perusahaan supermarket Sainsbury's dan tim peneliti dari Oxford Economics and the National Centre for Social Research menemukan, orang-orang yang sering makan bersama punya indeks kebahagiaan lebih tinggi 7,9 poin ketimbang mereka yang makan sendirian.
Hal ini disebabkan karena adanya bentuk kontak sosial selama makan bersama orang lain.
ADVERTISEMENT
"Kualitas dari hubungan dan menghabiskan waktu bersama secara fisik bisa sangat membantu meningkatkan kualitas hidup kita. Tak ada yang mengalahkan kekuatan interaksi manusia yang sederhana," ungkap Mike Coupe, chief executive officer di Sainsbury's seperti dikutip dari BBC.
com-Ilustrasi buka puasa bersama Foto: Shutterstock
Sebuah riset yang dilakukan oleh University of Oxford pada tahun 2017 juga mengungkapkan, semakin sering seseorang makan bersama, ia akan makin merasa bahagia dan puas dengan kehidupannya.
Makan bersama bisa meningkatkan ikatan sosial dan perasaan sejahtera, serta meningkatkan perasaan memiliki terhadap komunitas.
Mungkin itu sebabnya, orang-orang selalu berusaha menyisihkan waktu untuk bisa makan bersama. Rasa kebersamaan ini bahkan terus dicari di tengah berlangsungnya pandemi, sekalipun hanya bisa digantikan dengan perantara digital.
ADVERTISEMENT
"Senang banget, akhirnya ada temennya. Alhamdulilah di situasi seperti ini (pandemi), jarak bukan halangan. Senang ada teman-teman meski jauh," ungkap Tibia di akhir bukber virtual kami beberapa waktu lalu.
com-Ilustrasi seseorang sedang melakukan buka bersama sambil video call dengan teman. Foto: Shutterstock
Efek menghilangkan stres, terutama di tengah pandemi memang bisa tercipta lewat buka puasa atau makan bersama, meski hanya via video call.
Megan Bruneau, terapis dan pelatih eksekutif asal New York seperti dilansir Huffington Post menekankan, kegiatan makan bersama virtual ini bisa jadi pembangkit suasana hati yang luar biasa.
“Saat ini, kita semua sedang menghadapi tantangan kesehatan yang sangat rentan. Memberi tahu kabar kita ke seseorang bisa jadi pembangkit suasana hati yang luar biasa bagi orang tersebut," jelas Bruneau.
ADVERTISEMENT
Yang dikatakan Bruneau ada benarnya. Setidaknya, meski fisik saya berada jauh dari keluarga, atau teman terdekat, tapi saya bisa sedikit lega melihat mereka baik-baik saja.
Melihat senyuman kedua orang tua saya meski hanya melalui layar handphone, bagi saya sudah menjadi berkah puasa yang amat berharga.
Jadi, tak ada salahnya untuk menghelat bukber virtual. Setidaknya, ini merupakan cara tetap buka bersama meski terpisah jarak.
***
Yuk, bantu donasi atasi dampak corona.