Cara dan Etika Menyajikan Teh dari China

6 Februari 2019 19:22 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik waralaba House of Tea, Gunawan, saat sedang meracik teh. Foto: Matheus Marsely/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik waralaba House of Tea, Gunawan, saat sedang meracik teh. Foto: Matheus Marsely/kumparan
ADVERTISEMENT
Taruh di gelas, seduh, dan nikmati selagi hangat; mungkin ini yang jadi cara kamu untuk menyeduh teh. Tidak salah, karena memang dengan tiga cara ini saja, segelas teh bisa tersaji di hadapan kamu.
ADVERTISEMENT
Ternyata penyeduhan teh sangat berpengaruh terhadap rasa dan manfaatnya, seperti diungkapkan oleh Satria Gunawan Suharno, pemilik House of Tea. Ia menjelaskan bahwa suhu air seduh sangat penting dalam penyeduhan teh.   “Perlu diperhatikan lagi, apakah ingin mendapatkan manfaatnya atau hanya ingin menikmati aroma dan rasa. Kalau untuk menikmati aroma dan rasa tentunya dengan suhu yang tinggi sekitar 100 derajat selama dua menit. Tetapi kalau kita ingin mendapatkan benefit dari teh, suhunya itu harus diatur. Sebaiknya di 70 derajat Celcius dengan waktu tujuh menit,” jelas Gunawan.   Ia juga mengungkap bahwa bila suhunya lebih rendah —70 derajat Celcius— teh butuh waktu lebih lama untuk terekstraksi, maka itu butuh waktu tujuh menit. Aromanya juga akan lebih terasa dan rasa manis dari teh akan keluar. Sementara untuk takarannya, dua setengah gram teh bisa untuk 500 ml air. Produk yang bagus bisa bertahan selama 18 jam saat diseduh. Namun, alangkah lebih baik ketika kita menyajikan teh, air yang digunakan harus tepat untuk porsi orang yang meminumnya. “Coba diperhatikan, biasanya saya menyeduh pun airnya cukup untuk bertiga (saat itu kami datang bertiga). Kalau ingin tambah, tinggal taruh lagi airnya. Intinya teh yang disiapkan harus langsung dihabiskan,” tambahnya. Kemudian material tempat menyeduh teh juga mempengaruhi rasa yang dihasilkan. Materi yang terbaik adalah yang terbuat dari tanah liat.   “Berhubung saya suka teh, maka alat-alat menyeduhnya pun saya pilih yang terbaik. Beberapa saya impor dari China karena tanahnya juga beda. Buat saya rasanya jadi beda,” tutur Gunawan pada kumparanFOOD.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi yang ingin menikmati teh dengan cara sederhana, Gunawan menyarankan untuk membuatnya semudah mungkin. Bisa diseduh di dua gelas berbeda; satu untuk menyeduh dan satu lagi untuk wadah setelah disaring. Filosofi Menyeduh Teh dari Cina
Pemilik waralaba House of Tea, Gunawan, saat sedang meracik teh. Foto: Matheus Marsely/kumparan
Rupanya menyeduh teh bersama merupakan momen penuh filosofi baik bagi yang mempersiapkan mau pun yang meminumnya. Gunawan menjelaskan bahwa tempatnya menyeduh teh adalah panggung yang merupakan peran utama. Biar bagaimana pun, kita harus menghormati siapa pun yang ada di meja ini. “Oleh karena itu, apa pun yang disiapkan, saat diseduh harus dihormati. Nikmati aromanya, harus kita minum sampai habis. Bila sudah turun (tehnya), ganti lagi berikutnya,” jelasnya. Kemudian yang tak luput dari perhatian adalah bagaimana ia menyajikan teh kepada tamu. Tamu selalu dipersilakan terlebih dahulu untuk meminumnya. “Tidak etis kalau saya minum duluan. Yang paling saya pelajari adalah ngeteh itu ada sopan santunnya, etikanya selalu menghormati;  tidak peduli siapa tua, siapa berpengalaman. Kalau kita sudah bisa saling menghormati dunia ini akan damai. Itulah sebabnya biasanya peminum teh selalu stay cool. Tidak dibuat, apa adanya saja,” tutup Gunawan.
ADVERTISEMENT