Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
East Quarter, Restoran Baru Bertema Pan-Asian Food di Grand Indonesia
28 Desember 2023 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tepatnya pada 8 Desember lalu, restoran bernama East Quarter mulai menyambut para pelanggannya. Restoran ini memiliki suasana yang homey dan nyaman, layaknya bistro. Nuansa gold dan kayu pada interiornya membawa kesan natural namun tetap mewah.
Soal makanan, menu yang dihadirkan merupakan kreasi dari chef lokal berbakat, yakni Andreas Niko dan Arif Rachman. Chef Niko yang kumparanFOOD temui di restoran pada Rabu (27/12), mengatakan bahwa dalam menentukan menu hidangan perlu melalui proses research and development (r&d).
Chef Niko dan Arif mencoba menghadirkan makanan khas Asia yang tak hanya berdasarkan teknik memasak mainstream, seperti wok, goreng atau steam saja. Mereka mengkolaborasikan berbagai teknik memasak untuk menciptakan sajian makanan baru namun tetap sesuai dengan selera masyarakat Asia.
"Restoran East Quarter sendiri ini konsepnya pan Asian, jadi semua flavour Asian kita ambil, terus kita juga konsepnya comfort food, cukup common rasa-rasanya, cukup bold secara flavour karena Asian, cukup strong mulai dari (rasa) jintan, bawang putih, bawang merah, spicy-nya juga tetap ada tapi enggak sampai terlalu spicy karena kita pengin semua orang enjoy makanannya," jelas juru masak yang juga terlibat dalam gala dinner G20 itu.
ADVERTISEMENT
"Jadi semua (rasa masakan) negara Asia coba kita hadirin di sini, mungkin belum semua, tapi kita konsepin negara Asian yang kita pengin usung karena kita lihat juga belum banyak yang main sampai seluruh Asian kita ambil," tambahnya.
Restoran Baru dengan Makanan Khas Asia yang 'To The Next Level'
Seperti penjelasan chef Niko, makanan yang disajikan di East Quarter mengalami peningkatan dari cita rasa aslinya. Bisa dibilang fusion. Tapi, dalam membuat makanan, kedua chef ini tetap mengedepankan penggunaan bahan-bahan lokal.
Semisal pada menu wagyu beef short ribs (Rp 265 ribu). Hidangan ini terlihat mewah layaknya sajian fine dinning. Tapi rupanya, menurut pengakuan chef Niko, makanan ini tercipta dan terinspirasi dari rawon.
ADVERTISEMENT
"Wagyu beef short ribs terinspirasi dari rawon dan menggunakan kluwek, kita infused ke dalam beef jusnya dan dikasih miso. Kita support local ingredients. Makanan ini punya rasa sedikit manis. Kita bikin sweet miso pakai campuran kecap manis dari Cirebon yang memang kecapnya enggak terlalu manis tapi lebih ke gurih, biasanya dipakai buat sate ayam atau kambing," ujarnya.
Memang, ketika disantap, daging wagyu short ribs yang sudah dimasak secara perlahan selama 36 jam tersebut, terasa lembut dan kenyal namun serat dagingnya tetap berasa. Kemudian dilengkapi dengan saus gelap layaknya kuah rawon namun ada sedikit rasa manis yang melengkapi rasa umami.
Sajian daging sapi ini dilengkapi pula dengan cauliflower atau kembang kol puree. Terdapat pula sayuran panggang yang manis dan menyegarkan lidah.
ADVERTISEMENT
Selain menu wagyu , kami juga mencoba shandong roast chicken (Rp 125 ribu). Menu ayam goreng khas masakan China ini disajikan dalam ukuran setengah atau satu porsi ayam.
Menurut chef Niko, sajian ayam ini sejatinya menu makanan klasik asal provinsi Shandong atau Shan-Tung di China. Namun, dia membedakan cita rasanya dengan mengkombinasikan beberapa teknik memasak untuk menciptakan ayam yang kulitnya crispy.
"Klasik shandong chicken itu (asalnya) dari Shan-tung (China). Ayamnya itu sebenarnya kalau enggak di-roast (panggang), itu di-deep fried. Lalu kita pakai black vinegar, cuka hitam. Cuma di sini kita elevate, ayamnya kita curing, terus kita keringin kurang lebih 24 jam supaya kulitnya crispy, terus kita roast supaya lebih crispy lagi," terang chef Niko.
ADVERTISEMENT
Ayam crispy ini kemudian disiram dengan saus cuka hitam yang asamnya cukup terasa. Kemudian dilengkapi pula potongan acar mentimun dan tumisan pakcoy bawang putih.
Sebagai dessert, kami mencoba bubur sumsum panacotta (Rp 75 ribu). Dikisahkan chef Niko bahwa makanan penutup ini sejatinya terinspirasi dari camilan kesukaan chef Arif di masa kecil. Namun, lagi-lagi mereka kembangkan agar cita rasa dan tampilannya lebih menarik.
"Bubur sumsum ini inspirasinya dari makanan kecil kesukaan chef Arif. Dia memang suka bubur sumsum, kita cuma ubah secara flavour dan tampilan dengan tekstur seperti pannacotta," kata chef Niko.
Dari segi tekstur memang makanan penutup bercita rasa pandan ini sangat lembut, layaknya bubur sumsum namun dengan tampilan seperti pannacotta. Rasa manisnya pun tidak berlebihan, yang kemudian dipadukan dengan harum irisan nangka segar, saus karamel pahit, dan gurih serta creamy es krim vanilla.
ADVERTISEMENT
Dari setiap sajian yang dikreasikan, chef Niko dan Arif memang mencoba melengkapi bukan hanya dari segi rasa, melainkan juga tekstur. Sehingga dalam setiap makanannya kamu bisa merasakan berbagai macam tekstur yang berpadu, membuat makanan menjadi nikmat.
Bagaimana, kamu tertarik mencoba makanan di restoran ini?
East Quarter
Alamat: East Mall, lantai LG, Grand Indonesia Shopping Town, Jl. Teluk Betung I No.45A, RT.1/RW.5, Jakarta Pusat, 10310.
Jam buka: 10.00-22.00 WIB.