Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Gemerlap lampu gedung-gedung pencakar langit terlihat agak kabur dari jendela Egghotel, sebuah restoran rooftop di kawasan Kuningan. Maklum, seharian itu, Jakarta diguyur hujan deras, sehingga pemandangan dari dalam tempat makan itu tak terlihat begitu jelas.
ADVERTISEMENT
Meski tujuan utama saya adalah menikmati pemandangan kota Jakarta dari atap alias rooftop, namun suasana ruangan indoor-nya yang hangat mampu menghapus kekecewaan. Lagipula, panorama langit juga masih samar terlihat dari jendela berukuran besar yang mengelilingi seluruh ruangan.
Luas ruangannya memang tak luas-luas amat. Cukup untuk menampung 64 orang. Sementara, area outdoor-nya bisa diisi oleh 30 orang.
Ada juga private room yang bisa ditempati 14 orang, dengan minimum pembelian Rp 2 juta++. Supaya tak kehabisan tempat, kita bisa melakukan reservasi terlebih dahulu melalui telepon.
Lampu kuning temaram plus alunan musik menciptakan kesan yang mewah dan elegan. Tapi, suasananya tetap terasa santai. Pengunjung juga tak perlu memakai dresscode khusus untuk bersantap di sini.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang, Egghotel adalah salah satu hidden gem di Jakarta Selatan. Letaknya memang agak tersembunyi, berada di lantai tiga Suites at Seven Kuningan. Untuk menuju ke restoran, kita perlu naik lift hingga ke lantai 3, lalu naik satu tangga lagi.
Baru dibuka di bulan Mei 2019, Egghotel menyuguhkan hidangan fusion ala Sydney. Randy, sang pemilik, memang punya impian bisa menyajikan makanan bercita rasa fusion.
"Awalnya, menu makanannya bikin bingung para pengunjung karena belum umum, padahal sebenarnya itu menu awam di Sydney," ungkap Randy kepada kumparan.
Santap malam saya dimulai dengan mencicipi pumpkin sorghum salad (Rp 88 ribu). Hidangan ini terdiri dari campuran sorghum, labu panggang, jagung muda, telur rebus, beras hitam, keju feta, dan aneka sayuran hijau. Dressing-nya memakai strawberry balsamic vinnaigrette, yang berbasis cuka. Asam, agak manis, dan menyegarkan.
ADVERTISEMENT
Sayurannya pun terasa renyah dan segar. Cocok untuk membuka sesi makan malam.
Hidangan selanjutnya, adalah truffle chicken pizza (Rp 82 ribu). Menu pizza ini unik, karena menggunakan roti prata sebagai alas rotinya. Lalu, di bagian atasnya ditaburi potongan chicken gyros ala Yunani, jamur, tomat ceri, bawang bombay, saus truffle bechamel, serta lelehan keju.
Seluruh kombinasi elemen pada pizza-nya menciptakan cita rasa yang gurih, namun tetap ringan dan tak membuat eneg. Sampai bikin tak sadar, kalau saya sudah menghabiskan tiga potong.
Roti pratanya terasa lembut dan empuk, namun sayangnya, tekstur roti membuat si pizza jadi sulit untuk disantap. Tiap diangkat sedikit, topping-nya langsung ambyar.
"Pizzanya lembek karena topping atasnya melting. Kalau semisal diganti bawahnya, nanti akan kehilangan ciri khasnya. Jadi keunikannya memang di situ," imbuh Randy.
ADVERTISEMENT
Sebagai hidangan utama, pilihan saya jatuh pada menu prawn laksa noodle (Rp 95 ribu). Mumpung habis hujan, makan yang berkuah pasti akan terasa nikmat, pikir saya. Rupanya, pilihan tersebut sangatlah tepat.
Semangkuk laksa dengan potongan tahu goreng, udang, dan bokchoy tersaji dengan aroma yang sangat menggoda. Kuahnya berwarna oranye pekat dan terlihat kental.
Saat diseruput, mata saya langsung berbinar dan sontak berucap "Wow, ini enak!". Rasa gurih khas udangnya begitu kentara, diiringi dengan rasa creamy dan jejak campuran rempah-rempah. Konsistensinya pas, tak terlalu encer, juga tak terlalu kental.
Udangnya terasa empuk dan lembut, tanpa ada aroma amis sama sekali. Alhasil, hidangan itu jadi rebutan oleh rekan saya lainnya yang ikut tergiur dengan cita rasanya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, saya juga mencicipi menu andalan mereka; yakni hey benny! (Rp 98 ribu). Kombinasinya cukup unik, memadukan egg benedict dengan bumbu kari ala India, serta ayam panggang berbumbu tikka masala (bumbu rempah khas India).
Sayangnya, perpaduan rasa keduanya agak kurang menyatu. Seakan-akan, lidah tengah mencecap dua hidangan yang berbeda.
Bumbu karinya mendominasi rasa, cenderung kontras dengan cita rasa dari si telur setengah matang. Balutan bumbu rempah pada daging ayamnya terasa tipis, hampir tak terasa oleh lidah. Namun, teksturnya tetap empuk dan lembut.
Selain menyajikan hidangan fusion yang unik dan nikmat, tempat makan ini juga punya sederet minuman menyegarkan. Mulai dari kopi, teh, jus buah, mocktail. wine, dan bir.
ADVERTISEMENT
Kreasi minumannya pun tak kalah menarik. Pinky flora (Rp 55 ribu), misalnya, terdiri dari cold brew teh serai, buah grapefruit, sirup bunga, dan lemon. Rasa khas buah grapefruit-nya dominan, ditambah dengan sentuhan khas serai di akhir tegukan. Manis, agak asam, dan segar!
Selain untuk makan malam, Egghotel juga bisa dikunjungi untuk brunch, atau sekadar nongkrong. Tiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, mereka juga menyuguhkan hiburan live music dengan tema tertentu.
Cuma ingin chill sambil bercengkrama bersama kawan? Tempat makan ini juga punya bar dengan berbagai pilihan cocktail.
Hujan rupanya sudah berhenti saat saya selesai makan. Saya pun beranjak dari tempat duduk untuk berpindah ke area outdoor.
Jamuan makan malam ditutup dengan menikmati sejuknya angin malam sehabis hujan, serta kelap-kelip lampu gedung yang mengelilingi bangunan restoran. Tenggelam dalam ketenangan suasana, jauh dari keramaian jalanan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Egghotel
Alamat: Suites at Seven, Lantai 3, Jl H. Sidik No. 7, Setiabudi, Jakarta 12940
Jam buka: Minggu - Rabu, (pukul 10.00 - 23.00 WIB)
Kamis - Sabtu, (pukul 10.00 - 24.00 WIB)
Telepon: (021) 57851751 ext. 191