Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Empuk dan Legit, Sate Kambing H. Bejo Solo Favorit Jokowi yang Buka di Jakarta
16 Agustus 2020 11:51 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Butuh waktu yang sangat lama untuk tempat makan ini akhirnya membuka cabang selain di Solo. Martono dan kedelapan temannya yang merupakan alumnus Universitas Diponegoro, Semarang membutuhkan waktu hampir dua tahun untuk meyakinkan keluarga alm. H. Bejo agar mau menasionalkan tempat makan legendaris itu.
"Pelan-pelan kita ajak buka di Jakarta, sempat ditolak, proses untuk meyakinkannya hampir dua tahun. Akhir tahun lalu sudah ok mau buka di Jakarta dan dapat tempat di Pondok Bambu, tapi karena terhalang COVID, tertunda lagi empat bulan, akhirnya kita baru berani buka 8 Agustus kemarin," ungkap Martono saat kumparan hubungi melalui sambungan telepon, Jumat (14/8).
Martono juga mengisahkan, perjuangan H. Bejo dalam membuka usahanya ini bermula dengan menjajaki sate hanya menggunakan gerobak. Hingga akhirnya tahun 1971 memutuskan untuk mangkal. Hingga akhir hayatnya, almarhum masih mendedikasikan dirinya sebagai penjaja sate kambing . H. Bejo meninggal lantaran mengalami kecelakaan motor usai pulang membeli kambing.
Saat ini, tempat makan sate kambing di Solo diteruskan oleh istri dan anak-anaknya. Bu Bejo sendiri sudah berusia 90 tahun, dan mulai berjualan tanpa sang suami sudah sejak sekitar 30 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, Bu Bejo tetap ingin kualitas masakannya tidak berbeda meski sekarang sudah punya cabang di Jakarta. Salah seorang anaknya bernama Mamik pun turut terjun langsung mengontrol kualitas makanan di Jakarta. Martono juga mengungkapkan bahwa ada tiga koki yang dibawanya langsung dari Solo.
"Kami mencoba membawa makanan khas Solo untuk warga Jakarta yang ingin bernostalgia. Kami bawa merek yang bagus dan legendaris, jadi kami rasa warga Jakarta juga akan teringat. Jadi enggak perlu jauh-jauh ke Solo. Kami pengin mendekatkan produk ke konsumen," tambahnya.
Bahan dan bumbu masakan juga dibawa langsung dari Solo. Soal pemilihan bahan daging, Martono mengungkapkan tidak menggunakan kambing batibul; melainkan kambing yang beratnya tidak lebih dari 10 kilogram agar dagingnya tidak keras.
ADVERTISEMENT
Benar saja, kami pun sempat mencicipi langsung beberapa menu yang menjadi andalan tempat makan ini. Ada sate kambing, sate buntel, tengkleng, dan tongseng.
Pertama-tama kami penasaran dengan satenya (Rp 70 ribu). Berisi 10 tusuk, daging kambing nya empuk dan tidak bau prengus. Soal bumbu, agak sedikit berbeda karena kecapnya juga diberi tambahan bumbu kacang. Tak lupa dilengkapi, irisan kubis, cabai rawit, dan tomat.
Tak kalah menarik, adalah sate buntel (Rp 60 ribu) yang berisi dua tusuk. Sate buntelnya besar dan tebal. Martono mengatakan, sate buntel ini benar-benar terdiri dari gilingan daging dan lemak atau gajih kambing; tanpa tambahan tepung atau bahan apa pun.
Pantas saja, ketika digigit rasa gurih daging kambing begitu kentara. Ukurannya yang besar membuat kunyahan demi kunyahan dagingnya begitu padat. Rasa gurih menjadi lengkap dengan siraman bumbu kecap khas ala tempat makan ini. Makan satu tusuk sate buntel saja sudah kenyang.
Selain sate, menu tengkleng (Rp 50 ribu) di tempat makan yang sudah berusia 49 tahun ini juga jadi andalan. Tengkleng merupakan sajian tongseng tanpa santan. Rasa kuahnya lebih manis dan berminyak, dengan isian berupa daging iga serta sum-sum kaki kambing.
ADVERTISEMENT
Rasa gurih dan manis lebih mendominasi menu satu ini. Masih menempel pada tulang, daging kambingnya tetap terasa empuk; bahkan lebih lembut. Namun, bau khas kambing lebih terasa sedikit di menu satu ini, meskipun begitu tidak terlalu mengganggu.
Terakhir yakni tongseng (Rp 40 ribu). Menu ini punya kuah yang agak berbeda lantaran tak terlalu manis seperti tengkleng. Kuah gulai kekuningan yang gurih dan kaya rempah lebih terasa di sajian ini. Untuk daging kambing tetap empuk dan tidak bau prengus, mirip seperti satenya.
Selain empat menu tersebut, ada juga sajian nasi goreng dan gulai kambing. Dengan rata-rata harga makanan berkisar Rp 40-70 ribu.
Selama buka di Jakarta, rupanya antusias cukup baik ditunjukkan oleh para penikmat Sate Kambing Pak H. Bejo Solo. Bahkan, Martono mengaku di luar dugaannya; dengan rata-rata penjualan lima ekor kambing untuk dua hari.
ADVERTISEMENT
"Saya maunya growth-nya malah pelan-pelan saja biar konsisten, kami mau jaga kualitas dulu. Kita enggak pure nyari laba. Tapi kita penginnya membawa brand lokal bisa dikenal nasional. Kaya contohnya Ayam Suharti itu kan bisa dikenal secara nasional. Paling tidak bukan hanya di Solo saja, itu harapannya," tutup Martono.
Nah, bagaimana dengan kamu para penikmat daging kambing, tertarik juga mencicipi sajian sate hingga tengkleng di tempat makan legendaris ini?
Sate Kambing Pak H. Bejo Solo (cabang Jakarta)
Alamat: Jl. Pahlawan Revolusi No.22A, Rt 03/Rw 07, Pondok Bambu, Jakarta Timur 13430.
Jam buka: 10.00-22.00 WIB.