Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Enggak heran bukan, kalau ada saja makanan yang kini menggunakan serangga sebagai bahan utama hingga topping-nya. Karena itulah, sebuah perusahaan asal Afrika Selatan juga menghadirkan susu berbasis lalat hitam sebagai alternatif minuman baru.
Perusahaan baru ini didirikan oleh wirausahawan muda bernama Leah Bessa, Jean Louwrens, dan Llewelyn de Beer. Leah menyelesaikan Magister Ilmu Pangan dengan mempelajari serangga sebagai sumber protein alternatif. Kemudian, ia bergabung dengan Jean untuk mengeksplorasi berbagai cara memperkenalkan serangga ke pasar Afrika Selatan.
Mereka meneliti, menciptakan, dan bereksperimen dengan berbagai produk sebelum akhirnya memfokuskan upaya mereka pada industri alternatif susu yang dinamai Entomilk.
Melansir dari website resmi Entomilk, alternatif produk susu sehat ini diklaim 100 persen lactose free, tak mengandung gula, karbohidrat, artificial additive, dan antibiotik. Susu ini juga merupakan bentuk kerjasama berkelanjutan dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Bekerjasama dengan Cape Peninsula University of Technology, bahan utama larva lalat tentara hitam mengandung protein yang lebih tinggi dari susu biasa dan sebanding dengan daging merah. Profil asam aminonya juga sesuai dengan kebutuhan manusia. Selain itu, serangga dengan nama ilmiah Hermetia illucens ini juga tinggi mineral; seperti zat besi, seng, dan kalsium.
Dalam website tersebut juga dijabarkan, bahwa lalat tentara hitam ini bisa diternakkan dalam skala besar, dan tak membutuhkan ruangan besar --tak seperti hewan ternak lainnya. Larva lalat ini juga hanya memakan sampah organik (buah atau sayuran).
Waktu yang diperlukan untuk berternak juga hanya memakan hitungan hari, bukan bulan atau tahunan. Serangga ini tidak menghasilkan gas rumah kaca seperti hewan ternak biasa, yang bertanggung jawab atas lebih dari 60 persen gas rumah kaca buatan manusia.
ADVERTISEMENT