news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Fakta Menarik di Balik Profesi Seorang Chef

27 November 2018 18:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Chef de Partie. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Chef de Partie. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seorang chef adalah nyawa dari sebuah restoran. Ia adalah pemeran utama di balik dapur panas, tempat terciptanya berbagai hidangan lezat pesanan para tamu. Untuk menjadi seorang chef, tak cuma dibutuhkan kemampuan memasak yang piawai, namun juga bagaimana ia mampu mengatur timing sehingga makanan yang ia masak dapat tersaji tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Suasana di dapur yang begitu penuh tekanan membuat sosok chef tampak garang dan begitu disegani. Belum lagi dengan banyaknya acara reality show masak memasak yang menampilkan para chef dengan kepribadian yang tegas, disiplin, dan agak menyeramkan. Ingat betapa galaknya Gordon Ramsay di Hell’s Kitchen?
Ternyata, tak semua yang kita lihat di layar televisi menggambarkan bagaimana pekerjaan seorang chef yang sebenarnya, lho! Banyak hal di balik layar dari profesi tukang masak atau chef yang tak semua orang tahu.
Ingin tahu bagaimana sebenarnya sepak terjang seorang chef di dunia kuliner? Dilansir Mental Floss, inilah lima fakta menarik di balik profesi tukang masak atau chef:
1. Memiliki jam kerja yang panjang
Ilustrasi dapur restoran (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dapur restoran (Foto: Thinkstock)
Setiap harinya, seorang chef menghabiskan waktunya di restoran rata-rata hingga 16 jam lamanya. Meskipun memiliki jabatan tinggi, ia tak bisa begitu saja meninggalkan restorannya tanpa pengawasan. Chris Shepherd, seorang executive chef sekaligus pemilik restoran One/Fifth dan Underbelly Hospitality di Houston, Amerika Serikat, misalnya, harus sudah berada di restoran sedari pukul 8.30 pagi, dan bekerja hingga restoran tutup.
ADVERTISEMENT
Bila dihitung-hitung, kurang lebih ia bekerja selama 16 jam lamanya. “Kurasa tak semua orang tahu seberapa lama pekerjaan ini dilakukan setiap harinya. Jam kerjanya sangat panjang. Layaknya cinta, pekerjaan ini membutuhkan waktu dan uang, segalanya,” terang Shepherd.
2. Butuh banyak skill untuk jadi chef
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
Selain memiliki kemampuan memasak yang baik, menjadi seorang chef juga butuh beberapa skill penunjang dan tanggung jawab lainnya, mulai dari kemampuan menerima tamu, manajemen waktu, hingga kemampuan berkomunikasi. Apalagi, bila sudah merangkap menjadi pemilik restoran, ia juga harus memiliki banyak tanggung jawab; dari tukang pipa amatir, hingga pengelap gelas.
Bukan itu saja, seorang chef yang sukses juga harus mampu memimpin timnya dengan baik, mengingat ada banyak orang dalam satu tim yang bekerja keras demi tersajinya sebuah hidangan.
ADVERTISEMENT
3. Mereka harus menguasai timing
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
Sebuah restoran dapat berdetak dengan harmonis bila seluruh hidangan mampu tersaji dalam timing yang tepat. Mereka harus tahu seberapa lama persiapan yang diperlukan untuk memasak makanan, dan kapan waktu yang tepat untuk menyajikan hidangan.
Semuanya harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh komunikasi, sehingga tak ada sedetik pun waktu yang luput. Apalagi, berbagai rentetan hidangan tersebut dimasak dalam bagian dapur yang berbeda, seperti area untuk memanggang dan area untuk membuat salad yang lama waktu penyajiannya juga berbeda.
Biasanya, dalam ‘pertunjukan’ tersebut, akan ada ekspediter yang berperan sebagai konduktor atau dirigen, memimpin sebuah ‘orkestra’ dengan chef dan pelayan sebagai pemainnya.
4. Tak masalah jika ingin mengembalikan hidangan kepada chef
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chef (Foto: Shutter Stock)
Hidangan yang kamu santap terasa ada yang kurang? Kamu bisa mengembalikannya ke chef dan memberi tahunya apa yang salah dari hidanganmu. Tak perlu khawatir akan menyinggung perasaannya, pasalnya, seorang chef memiliki sifat perfeksionis. Itulah sebabnya hidangan yang ia sajikan pun harus sempurna dan membuat pengunjung merasa puas.
ADVERTISEMENT
Chef yang bertugas akan mencicipi terlebih dahulu hidangan yang dikembalikan untuk mengetahui kira-kira apa yang salah darinya. Setelahnya, ia akan memutuskan apakah hidangan tersebut bisa diperbaiki dengan dimasak kembali, ataukah si pengunjung ingin menggantinya dengan menu lainnya.
Bahkan, bila kita merasa kecewa dan mengembalikan hidangan ke chef, mereka bisa mempertimbangkannya kembali apakah menu tersebut layak untuk disajikan di hari berikutnya. Justru, dengan begitu, mereka bisa mendapatkan saran yang benar-benar murni dari para pengunjung, dan memperbaiki menu mereka.
5. Mereka juga senang menjajal restoran lain
Ilustrasi makan di restoran (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makan di restoran (Foto: Shutter Stock)
Saat makan di luar--tentunya bukan di restoran tempatnya bekerja atau miliknya sendiri, sebagian besar chef tidak akan memesan menu five course dengan hidangan yang biasa mereka masak. Ya, tentunya mereka akan lebih tertarik untuk mencoba hidangan baru, selain untuk memperkaya pengetahuan kuliner mereka, pastinya mereka juga sudah bosan untuk menyantap hidangan yang serupa, bukan?
ADVERTISEMENT
Bukan itu saja, walau sehari-hari bekerja di restoran, namun menikmati jamuan makan di restoran tetap membuat terkesan, entah karena adanya kejutan di hidangan mereka, penerimaan dari pihak restoran, dan menghabiskan waktu dengan orang terkasih, terutama karena mereka datang sebagai seorang tamu, bukan lagi menjadi tuan rumah seperti biasanya.
Tidak mudah bukan untuk menjadi seorang chef?