Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Fakta Unik Kecap, si Manis Pendamping Sejuta Kuliner Nusantara
20 Oktober 2018 14:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Pernah kamu bayangkan bagaimana rasanya sate tanpa kecap ? Atau mungkin nasi goreng tanpa kecap?
ADVERTISEMENT
Ya, penyedap rasa yang memiliki cita rasa manis ini memang menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari beberapa komponen masakan Nusantara. Rasanya yang khas, benar-benar bisa menambah kelezatan suatu masakan.
1. Banyak merek kecap yang menggunakan nama binatang
Selain menggunakan nama sang perintis, ternyata beberapa merek kecap lokal menggunakan nama-nama binatang lho. Sebut saja Bango, Kecap Zebra, Kecap Ikan Cap Lele, hingga Kecap Cap Laron.
Bango mungkin salah satu kecap yang sangat populer. Didirikan sejak 1928, kecap dibangun oleh Tjoa Pit Boen itu awalnya memiliki nama 'Kecap Bango' kemudian disingkat menjadi 'Bango'. Ya, hewan bangau sengaja dipilih karena diharapkan kecap manis ini dapat sukses dan mampu terbang tinggi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah Kecap Zebra. Kecap asli Bogor yang telah ada sejak 1945 ini menggunakan label berwarna hitam dan putih lengkap dengan gambar zebra pada bagian depan. Menariknya, kecap produksi Soedjono ini awalnya diberi nama label Badak, namun setelah berproduksi selama lima tahun, kecap tersebut banyak dipalsukan dan akhirnya diganti dengan label Zebra.
Warga Pati, Jawa Tengah, mungkin sudah tak asing lagi dengan Kecap Cap Lele. Kecap yang dirintis oleh Pranoto alias Go Tjwan Hok itu memiliki label ikan lele pada bagian depan. Kecapnya diklaim menggunakan bahan-bahan alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet.
Sama seperti namanya, Kecap Cap Laron menggunakan gambar laron pada bagian depan kemasan dengan dominasi label berwarna kuning. Kecap asli Tuban ini dirintis oleh Yuwono Hadisoesanto pada 1945. Menurutnya, nama laron diambil karena hewan tersebut memiliki hidup berkelompok, saling membantu, rukun, dan tidak pernah melakukan pertarungan.
ADVERTISEMENT
2. Mencantumkan tahun berdiri pada kemasan
Sadarkah kamu, hampir semua merek kecap mencantumkan tahun berdiri pada kemasannya? Misalnya saja 'Bango sejak 1928'.
Tak hanya Bango, beberapa merek kecap lain juga menggunakan embel-embel serupa. Sebut saja 'Kecap Benteng SH sejak 1920' hingga 'Kecap Kental Cap Orang Jual Sate sejak 1889'.
Ternyata embel-embel tersebut dicantumkan bukan tanpa alasan, banyak para pendiri ingin menunjukkan seberapa legendarisnya cairan hitam manis produksinya tersebut.
3. Sama hitam tapi tak sama rasa
Meski sama-sama memiliki warna hitam, ternyata rasa kecap dari berbagai daerah memiliki rasa yang tidak sama, lho.
"Saya sudah mencoba kecap berbagai daerah, yang menonjol adalah racikan bumbunya. Kalau kecap modern cenderung manis aja, kalau kecap dari berbagai daerah ini unik. Masing-masing punya ciri khas rasa dan aroma yang berbeda-beda," tutur food developer, Diah Didi, kepada kumparanFOOD.
ADVERTISEMENT
Didi, panggilan akrabnya, percaya bahwa perusahaan lokal memiliki cara masing-masing dalam meracik bumbunya. Itulah sebabnya, kenapa rasa kecap cenderung tidak sama.
4. Kecap manis hanya ada di Indonesia
Sejarah kecap di Indonesia memang panjang. Banyak yang percaya, kecap masuk ke Nusantara karena dibawa oleh pendatang asal Tiongkok. Pedagang tersebut mengenalkan kecap dari negarnya dan kedelai yang merupakan bahan baku kecap. Namun, kecap yang dibawa pedagang asal Tiongkok itu tidak memiliki rasa manis yang kita kenal seperti sekarang ini.
Modifikasi itu hadir karena orang Indonesia cenderung suka cita rasa manis. Oleh karena itulah ditambahkan gula merah, dan lahir apa yang disebut sebagai kecap manis. Di dunia internasional, kecap ini dikenal dengan sebutan sweet soy sauce.
ADVERTISEMENT
"Rasa manis kecap ini enggak melulu gula merah. Ada juga yang menambahkan gula aren dan molase yang merupakan ampas tebu atau sisa proses refining gula putih. Biasanya, kecap manis yang menggunakan gula aren harganya lebih mahal," ungkap Chef Alifatqul Maulana yang lebih dari 25 tahun menggeluti bidang kuliner, kepada kumparanFOOD.
"Kecap manis dapat disimpulkan merupakan produk khas Indonesia - secara lebih khusus: Jawa. Di Negeri Tiongkok sendiri tidak ada kecap manis, begitu juga di negara-negara Asia lainnya. Di luar Jawa pun kecap manis tidak cukup populer. Di Makassar dan Manado, kecap manis disebut sebagai 'kecap jawa'," mengutip tulisan Bondan WInarno dalam tulisannya yang berjudul Kecap Manis: Pusaka Kuliner Nusantara.
ADVERTISEMENT
5. Sering mengklaim sebagai nomor satu
Selain sering mencantumkan tahun berdirinya, beberapa merek kecap juga sering mengklaim sebagai nomor satu. Seolah tak ada nomor kecap dua, tiga, dan seterusnya. Sebut saja Kecap Benteng, Kecap THG, Kecap Oedang Sari dari Cierbon, hingga Kecap Ikan Lele dari Pati.
Tidak ada yang tahu, sejak kapan pabrik kecap tersebut ramai-ramai mengklaim produknya sebagai nomor satu. Yang pasti, usaha itu dilakukan sebagai bentuk persaingan ketat di tengah maraknya merek-merek kecap yang kini hadir.
Sederhananya, kecap-kecap itu ingin menjadi nomor satu atau raja di daerahnya. Setidaknya kecap-kecap lokal menjadi kecap nomor satu di wilayahnya atau komunitasnya.
Simak selengkapnya konten spesial Kumparan dalam topik Sejuta Rasa Kecap .
ADVERTISEMENT