Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Para pekerja dengan hati-hati memilah anggur hasil panen yang akan diolah menjadi wine di Shu Sheng Leisure Domaine di Taichung, Taiwan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, seorang pembuat anggur Taiwan, Chen Chien-hao mengamati rona keemasannya wine buatannya yang diambil dari sebuah tong kayu.
Pria berkacamata berusia 52 tahun itu bersorak setelah anggur merah dan putih yang ia kembangkan di Taiwan, tengah meraih medali emas di kompetisi anggur bergengsi di Paris tahun ini.
"Saya memulai revolusi yang disebut 'kebangkitan roh anggur Taiwan," kata Chen dilansir Reuters, menjelaskan upayanya untuk meremajakan tradisi yang hampir punah di pulau sub tropis itu.
Taiwan memang terkenal dengan kancah makanannya yang menarik banyak wisatawan, tapi itu membuat Wiski pemenang penghargaan seperti Kavalan kurang dikenal oleh penggemar wine.
Sekarang gambarannya akan berubah, setelah Chen bekerja sama dengan petani anggur, Hung Chi-pei, di Shu-sheng Leisure Domaine (SSLD) di Taichung untuk mengembangkan wine yang meraih kemenangan di kompetisi Vinalies Internationales di Prancis pada bulan Maret lalu.
ADVERTISEMENT
Hanya 6.000 botol yang diproduksi setiap tahun, berdasarkan varietas Black Queen yang pertama kali dikembangkan oleh ilmuwan Jepang, dan dihargai TWD 3.000 atau sekitar Rp 1,4 juta per botol, atau jauh melebihi sebagian besar anggur impor yang tersedia di Taiwan.
"Gaya wine harus memiliki keaslian lokal dan harus memenuhi standar tertentu. Itulah mengapa saya selalu berpikir bahwa kami perlu membuktikan kualitas kami melalui kompetisi," ujar Chen.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.)