Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Apakah kamu sering mengalami gangguan tidur ? Kondisi ini ternyata dialami oleh banyak orang, bahkan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Sebuah data yang dipublikasikan oleh Sleep Cycle menunjukkan, tak ada satu pun negara di dunia yang bisa mencapai waktu tidur optimal selama 8 jam secara rutin.
Rata-rata, tiap orang di seluruh dunia hanya bisa tidur selama 7-9 jam per hari, bahkan kurang. Ketika kita kekurangan waktu tidur, fungsi tubuh pun ikut menurun. Mulai dari penurunan fokus dan memori, sampai koordinasi tubuh.
Bahkan, kurang tidur juga bisa memicu permasalahan kesehatan yang lebih buruk, salah satunya adalah diabetes tipe-2. Dilansir The Sleep Doctor, tidur berhubungan dengan proses metabolisme, hormon yang mengatur nafsu makan serta pola makan, serta bagaimana tubuh menggunakan gula darah dan insulin.
Sebab, tidur merupakan waktu yang penting untuk menyimpan dan memperbaiki sel tubuh, termasuk dalam menjaga sistem imun serta fungsi metabolik tubuh. Bahkan, tidur yang lelap sangat penting untuk menjaga peran tubuh dalam mengatur gula darah.
Kurangnya waktu tidur juga bisa meningkatkan risiko terkena diabetes, dengan cara mengubah hormon, menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, serta perubahan dalam gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Tak hanya waktu tidur yang kurang, buruknya kualitas tidur juga bisa menyebabkan resistensi terhadap insulin. Penelitian berjudul Circadian Rhythms, Insulin Action, and Glucose Homeostasis menemukan, ritme sirkadian akan memengaruhi waktu prodyksi dan pelepasan insulin dari pankreas.
Pada dasarnya, ritme sirkadian merupakan proses internal dan alami yang mengatur siklus tidur dan bangun yang diulangi setiap 24 jam. Sayangnya, ada waktu-waktu tertentu ketika sel tubuh lebih sensitif, atau kebal terhadap insulin.
Perubahan pada ritme sirkadian yang terjadi akibat gangguan tidur ini bisa mengurangi efektivitas insulin, dan bisa memicu resistensi insulin. Akibatnya, terjadi perubahan pada gula darah .
Lebih lanjut, saat kita kurang tidur, keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat meningkat. Pasalnya, ketika kita kekurangan energi akibat tak cukup tidur, tubuh akan menginginkan lebih banyak makanan untuk mengisi tenaga.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kadar hormon lapar kita akan meningkat tiap kurang tidur. Sebaliknya, kadar hormon pencipta rasa kenyang makin menurun. Ini bisa menyebabkan kita jadi lebih banyak ngemil camilan yang kurang sehat.
Bila tak terkontrol dan terus menerus terjadi, risiko obesitas tak terhindarkan. Sebagai catatan, obesitas merupakan salah satu prediktor terpenting pada timbulnya penyakit diabetes tipe-2. Lebih dari 90 persen penderita diabetes tipe-2 memiliki berat badan berlebih dan mengalami obesitas.