Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Mengonsumsi makanan pedas merupakan hobi bagi beberapa orang. Rasa panas membakar di lidah membuat makan menjadi lebih terasa nikmat dan menantang. Namun, bagaimana sih rasa pedas itu dapat muncul?
ADVERTISEMENT
Mengutip Buzzfeed News, hal itu terjadi karena senyawa capsaicin yang ditemukan dalam cabai, mengaktifkan pelepasan zat P --senyawa yang mengirimkan rasa sakit dan sensasi terbakar. Capsaicin menyebabkan sensasi terbakar saat bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir. Di mulut, capsaicin melewati indera perasa dan mengikat reseptor nyeri di lidah yang disebut TRPV1.
“Lidah kamu memiliki banyak ujung saraf, jadi capsaicin mengenai area itu dan memicu respons kimiawi antara ujung saraf, yang mengirimkan sinyal ke otak,” Dr. Vivek Kumbhari, direktur endoskopi bariatrik di Johns Hopkins Medicine di Baltimore.
Selain itu, capsaicin juga mengikat reseptor di lidah yang mendeteksi panas, itulah sebabnya makanan pedas terasa membakar. Jadi, sensasi kepedasan yang kita rasakan bukanlah sebuah rasa, melainkan sensasi nyeri dan panas yang dihasilkan oleh reaksi kimia antara capsaicin dan indera perasa.
ADVERTISEMENT
Capsaicin juga ‘menipu otak’ untuk berpikir bahwa ada perubahan suhu yang terjadi dalam tubuh —membuat lidah terasa terbakar dan keringat bercucuran. Itulah mengapa saat kepedasan kamu akan terengah-engah dan merasakan keringat mengalir perlahan di sekujur tubuh.
Tetapi, tenang saja. Perasaan mulut terbakar itu hanya berlangsung dalam waktu terbatas. Karena sensasi panas dan nyeri berasal dari reaksi kimia, perasaan ini akan memudar setelah molekul capsaicin menetral dan berhenti mengikat reseptor.
Lalu, apa yang terjadi dalam perutmu ketika mengonsumsi makanan pedas?
Makanan pedas mungkin menyakitkan, tetapi mereka tidak akan benar-benar membakar atau merusak saluran pencernaan. Setelah menelan makanan pedas, capsaicin dapat melepaskan lebih banyak reseptor rasa sakit di tenggorokan —menghasilkan sensasi terbakar di dada. Dan sama seperti mulut, sensasi itu juga hanya bersifat sementara.
ADVERTISEMENT
Saat turun ke perut, makanan pedas juga bisa memengaruhi paru-paru dan menyebabkan cegukan. Capsaicin mengiritasi otot yang membantu kita bernapas, sehingga dapat menyebabkan kejang yang tidak disengaja, alias cegukan. Dan, ketika capsaicin masuk ke dalam lambung, hal itu dapat merangsang produksi lendir dan mempercepat metabolisme. Itulah mengapa saat mencerna makanan pedas, kamu mungkin mengalami sakit perut; seperti nyeri, kram atau bahkan pengin buru-buru ke belakang.
“Capsaicin bisa merangsang saraf dan menarik air ke usus kecil, menyebabkannya membengkak dan berkontraksi secara agresif, yang kemudian menyebabkan diare,” kata Dr. Vivek.
Bagi orang-orang yang tidak memiliki masalah pencernaan, makan makanan pedas adalah suatu hal yang aman —bahkan dalam beberapa kadar masih menyehatkan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi penderita sakit maag dan gastritis.
"Meskipun makanan pedas tidak menyebabkan maag atau refluks tetapi dapat meningkatkan keparahan gejala pada pasien yang sudah menderita kondisi tersebut. Selain itu, makanan pedas yang berlebihan dapat menyebabkan diare pada beberapa pasien dengan mengiritasi usus,” pungkas Dr Kapil Agrawal, ahli bedah laparoskopi dan bariatrik di Habilite & Apollo Spectra Hospital.
ADVERTISEMENT
Sensasi pedas pada makanan dengan campuran cabai memang bisa membuat kita ketagihan. Tapi ketahuilah, mengonsumsi apa pun secara berlebihan tak akan baik untuk kesehatan. Termasuk, mengonsumsi makanan pedas yang nagih, tapi bisa juga bikin perih.
Reporter: Natashia Loi