Ikan Lebih Kecil dan Tipis, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Kepunahan Sushi Jepang

3 November 2022 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi salmon untuk sashimi dan sushi. Foto: Dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi salmon untuk sashimi dan sushi. Foto: Dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sushi dan Jepang adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Wajar, mengingat sushi adalah makanan yang berasal dari Negeri Sakura. Namun, bagaimana jadinya bila sushi justru terancam punah di Jepang?
ADVERTISEMENT
Mungkin sudah banyak orang yang mengetahui bahwa bumi yang kita tinggali tengah mengalami krisis iklim. Namun, tidak semua orang akan menyadari bila krisis iklim ternyata dapat memengaruhi keberlangsungan makhluk hidup hingga aneka sajian, seperti sushi di Jepang, atau bahkan mungkin seluruh dunia.
Mengutip The Guardian, Shiogama, kota di Jepang yang terkenal sebagai pasar makanan laut, menunjukkan tanda-tanda bahwa konsumen kemungkinan akan kehilangan makanan laut favorit mereka. Adapun, makanan laut tersebut di antaranya adalah kepiting rebus dan ikan salmon yang menjadi bahan utama sushi.
Lebih lanjut, perubahan iklim telah menjadi pelaku utama, yang dapat memengaruhi produksi berbagai sajian makanan laut, khususnya sushi. Hal ini pun dikonfirmasi langsung oleh Miki Seino, seorang pemilik kios di Shiogima, yang mengatakan bahwa terjadinya penurunan tangkapan pada ikan sauri pasifik. Adapun, ikan tersebut sering disajikan secara mentah atau dipanggang; seperti sushi dan sashimi.
Ilustrasi sushi dengan salmon. Foto: Nadia Stepaniuk/Shutterstock
“Tangkapannya (ikan sauri pasifik) lebih kecil, dan ikannya lebih tipis dari beberapa tahun yang lalu. Kami telah mendengar tentang bagaimana kenaikan suhu laut memengaruhi tangkapan di sini, di Tohoku (merujuk pada wilayah di timur laut Jepang), dan harganya juga jauh lebih mahal sekarang,” ujar Seino.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut Badan Perikanan Jepang mengatakan bahwa pemanasan global telah menyebabkan perubahan dalam lingkungan laut. Hal ini tentu berimbas pada tangkapan hasil laut yang lebih sedikit; seperti ikan sauri, cumi-cumi, salmon, dan lainnya.
Lebih lanjut, menurut Dr Aiko Yamauchi, wakil presiden Seafood Legacy, mengatakan bahwa tangkapan ikan sauri telah mengalami penurunan tajam sejak 2014. Selain itu, Yamuchi juga mengatakan bahwa ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi pada ikan lainnya.
“kemungkinan bahwa spesies ikan lain akan mengalami tangkapan yang buruk, mirip atau lebih buruk daripada saat ini. Kami sangat prihatin jika ini terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang serius ke depannya,” jelas Yamauchi.

Daerah lain di Jepang yang alami masalah serupa

Ilustrasi ikan tuna. Foto: lunamarina/Shutterstock
Di sisi lain, ratusan mil barat daya dari Shiogama, komunitas nelayan di prefektur Kochi juga mengemukakan keresahannya. Pasalnya, terjadi hal yang tidak biasa pada tangkapan ikan tuna, yang juga sering dijadikan sushi.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan, daerah tersebut telah mengalami peningkatan suhu sebesar dua derajat celsius, selama empat dekade terakhir. Dengan perairan yang menjadi lebih hangat, maka akan mencegah air kaya mineral naik ke permukaan; yang berujung pada sedikitnya kemunculan ikan tuna.
Hal ini pun diperkuat oleh pernyataan Shin-ichi Ito, seorang profesor di Institut Penelitian Atmosfer dan Lautan Universitas Tokyo; mengatakan bahwa kenaikan suhu laut berarti beberapa spesies, termasuk ekor kuning dan makarel Spanyol, akan berada di lokasi yang tidak biasa.
“Ikan tidak dapat mengendalikan suhu tubuh mereka sendiri. Satu-satunya pilihan adalah bagi mereka (ikan) untuk bermigrasi ke utara,” ujar Ito.
Bahkan, Ito juga menambahkan jika perubahan iklim yang juga menyebabkan perputaran suhu laut akan terus berlanjut; maka salmon dapat menghilang dari perairan sekitar Hokkaido di ujung utara Jepang, dalam hitungan dekade.
ADVERTISEMENT
Penulis: Riad Nur Hikmah