Kenali Kode Pewarna Makanan Kuning Buatan dan Dampaknya untuk Kesehatan

18 November 2020 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nasi tumpeng Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nasi tumpeng Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Warna dan presentasi suatu hidangan membuat makanan terlihat semakin menggiurkan. Visual yang menarik dapat membangun selera makan, bahkan sebelum kamu mencicipi hidangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penggunaan pewarna makanan juga membantu kamu untuk membedakan tiap hidangan dan produk satu dengan lainnya. Salah satu pewarna makanan yang populer digunakan adalah warna kuning.
Semangkuk soto kuah kuning, kari kuning, nasi kuning, pudding, atau mi instan secara otomatis tertanam di memori sebagai hidangan-hidangan nikmat berwarna kuning. Alasan di balik popularitas pewarna kuning tampaknya lebih dari sekadar tradisi kuliner.

Kegunaan pewarna kuning pada makanan

Ilustrasi soto Medan. Foto: Shutterstock
Mengutip rilis yang kumparan terima, warna kuning identik dengan buah-buahan matang, keju, bahkan makanan dengan rempah-rempah. Mintel GNPD1, salah satu firma riset intelijen pemasaran global, melakukan survei produk, dan menemukan warna kuning memiliki persentase tertinggi dari semua pewarna makanan yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Adapun makanan dan minuman sehari-hari yang menggunakan pewarna kuning antara lain; makanan bayi, sereal, saus, keju olahan, minuman energi, dan mi instan. Menurut data dari World Instant Noodle Association pada Mei 2020, Indonesia menempati urutan kedua secara global untuk konsumsi mi instan, setelah Tiongkok.
Selain mi, pewarna makanan kuning juga digunakan untuk campuran pada sajian lain. Secara alami, warna kuning tersedia dalam bentuk riboflavin atau vitamin B2, karoten, kurkumin (asal kunyit), karthamus —hasil-hasil ekstrak tanaman.

Risiko menggunakan pewarna makanan kuning

keju cheddar Foto: Shutterstock
Sayangnya, jenis pewarna makanan kuning pada umumnya terbuat dari bahan tartrazine. Tartrazine adalah satu dari banyaknya pewarna makanan yang terbuat dari minyak bumi atau petroleum —dengan kemungkinan sifat karsinogenik. Hal ini tentunya menimbulkan risiko bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara telah membatasi penggunaan tartrazine dengan mengeluarkan peringatan khusus. Uni Eropa telah mengeluarkan undang-undang pada 2010, mewajibkan adanya tanda peringatan pada kemasan bila makanan dan minuman tersebut mengandung salah satu dari enam pewarna sintetis, termasuk tartrazine. Di Asia Pasifik, Tiongkok dan Vietnam telah melarang keras penggunaan tartrazine dalam makanan mereka.
Uni Emirat Arab juga membatasi penggunaan tartrazine. Dan, baru-baru ini pada 2020, Brasil juga memberlakukan regulasi label peringatan yang serupa.
Regulasi ini diambil setelah dilaksanakannya studi ilmiah mengenai risiko dari pewarna makanan buatan. Salah satu studi yang dilakukan Universitas Southampton tahun 2007 menunjukkan bahwa campuran enam pewarna makanan (tartrazine, allura red, ponceau 4R, quinoline yellow WS, sunset yellow dan carmoisine) dan pengawet natrium benzoat, memiliki keterikatan dengan peningkatan hiperaktif pada anak-anak.
ADVERTISEMENT

Pilihan pewarna kuning untuk makanan yang lebih sehat

Kunyit Foto: Shutter Stock
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, maka perlu rasanya untuk mengetahui nama kandungan pewarna pada makanan kemasan. Untuk bahan tartrazine, umumnya dalam kemasan bahan ini diidentifikasi sebagai E102, FD&C Yellow 5, Food Yellow 4 atau C.I. 19140.
Sedangkan warna kuning alami, biasanya ditulis sebagai kurkumin CI 75300 dan beta karoten CI 75310. Oleh karena itu, dengan memperhatikan label makanan dan minuman, kamu dapat menghindari risiko mengonsumsi pewarna makanan buatan agar tak berdampak pada kesehatan.
Reporter: Natashia Loi