Kenapa Minum Kopi Bisa Bikin Kecanduan?

15 Juni 2020 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi coffee cube Foto: dok.ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi coffee cube Foto: dok.ShutterStock
ADVERTISEMENT
Pecandu kopi; istilah itu sering digunakan untuk orang-orang yang menyukai kopi, bahkan tak bisa melewatkan sehari pun tanpa menyesapnya. Tak jarang pula, sehari mereka bisa minum lebih dari satu cangkir, karena cuma minum segelas saja sudah tak memberikan pengaruh apa pun buat mereka.
ADVERTISEMENT
Hayo, kamu juga seperti itu, enggak nih?
Sekilas, hal ini mungkin terdengar lebay alias berlebihan, tapi sejatinya, kopi memang punya efek bikin kecanduan. Bahkan, efek candunya ini mirip seperti yang dihasilkan oleh obat-obatan. Kopi akan memengaruhi otak manusia ketika disesap, lalu menghasilkan perasaan kalau mereka yang meminumnya sangat membutuhkan kafein.
Kok bisa, ya?
Jadi, ketika kita mengonsumsi kafein, kandungan tersebut akan cepat diserap oleh pencernaan kita, sebelum menuju ke otak. Nah, saat kafein sudah sampai ke otak, ia memiliki efek stimulasi secara langsung terhadap sel-sel otak.
Menurut studi berjudul The Role and Regulation of Adenosine in the Central Nervous System, hal ini disebabkan karena struktur kimia kafein menyerupai adenosin, molekul yang punya efek relaksasi pada pusat sistem jaringan saraf.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, kafein dapat menempati reseptor adenosin pada otak, memblokirnya, dan mencegah adenosine memproduksi rasa lelah.
Ilustrasi nongkrong sambil minum kopi. Foto: Shutter Stock
Sebagai gantinya, reseptor yang ditutup oleh kafein akan menstimulasi pelepasan stimulan alami lainnya, seperti dopamin, untuk bekerja lebih efektif. Terciptalah rasa waspada dan berkurangnya rasa lelah.
Dilansir Healthline, kafein sangat mungkin menyebabkan kecanduan secara fisik, sebab konsumsi kafein yang rutin dan terus berlanjut bisa memicu perubahan kimiawi dalam otak.
Sebagai contoh, sel otak kita akan mulai memproduksi lebih banyak reseptor adenosin untuk mengganti yang diblokir oleh kafein. Jumlah reseptor yang makin bertambah, membuat kita harus mengonsumsi lebih banyak jumlah kafein untuk mendapatkan efek yang sama. Itulah mengapa, peminum kopi reguler mengalami toleransi kafein setelah beberapa saat.
ADVERTISEMENT
Memangkas asupan kafein, atau benar-benar berhenti mengonsumsinya secara tiba-tiba akan menyebabkan tersisanya banyak reseptor bebas yang dipakai untuk mengikat adenosin.
Imbasnya, muncul rasa lelah yang sangat kuat, dan dianggap sebagai alasan utama di balik munculnya gejala akibat berhenti mengonsumi kafein secara mendadak.
Prinsipnya, otak kita sudah terbiasa untuk beroperasi dengan suatu kondisi ketika minum kopi. Lalu tiba-tiba, tanpa adanya asupan kafein tersebut, muncul beragam masalah pada kimiawi otak, seperti sakit kepala akibat tak mengonsumsi kafein.
Ilustrasi minum kopi setelah bangun tidur Foto: Shutterstock
Konsumsi kafein harian tak hanya menciptakan adiksi secara fisik. Kebiasaan minum kopi secara reguler juga bisa memicu adiksi perilaku. Tak seperti kecanduan fisik, kecanduan secara perilaku ini tak disebabkan karena asupan kafein.
Namun, lingkungan sosial saat mengonsumsi kopi, dan perasaan yang muncul saat menyesapnya adalah sesuatu yang mendorong kita untuk minum secangkir kopi, lagi dan lagi.
ADVERTISEMENT
Untungnya, Smithsonian Magazine melaporkan, dibandingkan dengan berbagai kecanduan obat-obatan lainnya, efek kecanduan kafein ini hanya berjangka pendek. Gejala yang muncul akibat tak minum kafein hanya akan muncul selama 7-12 hari.
Selama periode tersebut, otak kita akan mengurangi jumlah reseptor adenosin pada tiap sel, sebagai respons dari berkurangnya asupan kafein secara tiba-tiba. Bila kita berhenti minum kopi dalam waktu yang lama, kadar reseptor adenosin pada otak kita akan kembali ke jumlah semula, dan kecanduan pada kafein pun akan menghilang.