Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sepanjang tahun 2019 ini, banyak tren kuliner baru yang bermunculan di Indonesia. Paling booming, ya jelas boba. Pertumbuhannya bak jamur yang langsung muncul bergerombol dalam sekali waktu. Apa-apa serba boba.
ADVERTISEMENT
Enggak cuma boba, all you can eat dengan harga Rp 99 ribu juga menjadi sorotan tren kuliner di tahun ini. Tentu saja, dengan harganya yang terjangkau, konsep makan ini langsung digandrungi oleh banyak orang.
Selain kedua makanan tersebut, masih ada beberapa tren makanan yang sempat meramaikan dunia kuliner di tahun 2019. Apa saja? Berikut ulasan selengkapnya:
1. Boba
Tahun 2019 bisa dibilang tahunnya boba. Tiap bulannya, ada saja merek boba yang bermunculan. Mulai dari yang lokal, hingga mancanegara. Bahkan, jenama dari negara asal boba --Taiwan-- sampai membuka gerainya di Indonesia.
Antreannya tak main-main, selalu mengular setiap hari. Apalagi, ketika ada gerai boba yang baru dibuka. Orang-orang rela antre, untuk mencicipi kenyalnya bola tapioka berbalut brown sugar ini.
ADVERTISEMENT
Selain minuman, boba juga dikreasikan dalam bentuk makanan. Yang paling nyeleneh, adalah mi instan topping boba ciptaan salah kafe di Jakarta.
Saking populernya, ada beberapa festival kuliner khusus boba. Digelar selama beberapa hari, dan sesuai dugaan; pengunjungnya membeludak.
Meledaknya tren boba sempat menimbulkan kontroversi. Di tengah kepopulerannya yang meroket, muncul kasus kesehatan yang disebabkan karena konsumsi berlebihan. Menjelang akhir tahun, tren boba sedikit menurun, namun beberapa tempat makan enak masih getol mengeluarkan kreasi boba.
2. AYCE
Makan daging sampai begah, cuma bayar sekali. Harganya pun terjangkau, tak sampai tiga digit angka, Rp 99 ribu saja. Konsep makan all you can eat (AYCE) ini juga merajai tren kuliner 2019, dan langsung diburu banyak orang.
ADVERTISEMENT
Jenis hidangan AYCE yang ditawarkan, kebanyakan adalah korean grill. Saat disajikan, daging akan ditemani dengan berbagai macam sayuran; seperti selada, bawang putih, bawang bombay, hingga kimchi.
Bila dibandingkan dengan all you can eat yang harganya di atas Rp 100 ribu, tentu pilihan dagingnya tak begitu beragam. Tapi, ya, kembali lagi, ada harga, ada rupa.
Meski sebagian besar rentang harganya serupa, tapi tiap gerai AYCE punya ciri khasnya tersendiri. Ada yang dagingnya dimarinasi dulu dengan bumbu khusus, opsi side dish, dan minuman yang beragam, serta pilihan daging wagyu.
Tinggal dipilih, mana yang kira-kira sesuai dengan selera lidah.
3. Makanan tradisional
Seperti yang pernah diprediksi Chef Steby Rafael, tren kuliner di tahun 2019 juga didominasi oleh hidangan tradisional bercita rasa autentik. "Kalau sekarang itu back to the root, lebih ke makanan Nusantara lagi, tapi lebih proper penyajiannya," ujarnya kepada kumparan kala itu.
ADVERTISEMENT
Kemunculan restoran khas Nusantara dengan konsep yang lebih modern, atau youth makin banyak. Di M Bloc Space, contohnya. Ruang publik di kawasan Blok M yang sedang naik daun ini didominasi oleh restoran dengan spesialisasi hidangan khas Nusantara.
Makanan tradisional pun tak hanya disajikan di restoran atau tempat makan saja, tapi juga coffeeshop. Di tengah banyaknya kemunculan makanan baru yang menawarkan keunikan, cita rasa asli Nusantara memang tak pernah bisa benar-benar ditinggalkan.
4. Makanan sehat
Kesadaran masyarakat untuk hidup lebih sehat makin meningkat. Kepopuleran makanan sehat pun ikut meroket. Banyak restoran yang menyediakan opsi pengganti nasi yang lebih rendah karbohidrat --shirataki, rumput laut, ubi, atau kentang.
Restoran spesialisasi hidangan sehat, dengan suasana yang nyaman pun makin banyak. Membuat minat untuk menyantap sajian lebih bermanfaat kian bertambah.
ADVERTISEMENT
Enggak sebatas salad, varian makanan sehat yang tersedia kini sangat beragam. Ada yang dipadukan dengan biji-bijian sehat, atau disajikan sebagai pelengkap, membuat cita rasanya jadi lebih nikmat.
5. Sustainable food
Makanan dan kelestarian lingkungan memang sangat erat kaitannya. Sadar atau tidak, bahan makanan yang kita santap bisa menimbulkan jejak karbon.
Peralatan makan dan minum seperti sendok atau sedotan plastik, juga berdampak buruk terhadap ekosistem laut. Belum lagi isu food waste yang bisa menimbulkan gas metana, salah satu penyebab global warming.
Sepanjang tahun 2019, banyak para koki dan pelaku kuliner yang peduli terhadap isu tersebut. Satu per satu, beberapa restoran mulai beralih kekonsep eco-friendly, serta menerapkan konsep sustainable.
Selain bekerja sama dengan LSM yang fokus terhadap lingkungan, mereka juga menggunakan bahan makanan hasil kebun sendiri. Bukan hanya lebih segar, tapi juga dapat mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan akibat pengiriman makanan.
ADVERTISEMENT
6. Hidden gem
Alih-alih melakukan promosi besar-besaran dengan memasang papan nama raksasa, justru beberapa restoran menawarkan eksklusivitas. Yang harus mencari, ya pengunjung restorannya sendiri.
Dapur Oma Elly, misalnya. Tempat makan ini sejatinya adalah jasa katering yang membuka sesi makan malam, dan harus reservasi terlebih dahulu. Letaknya berada di dalam ruko, tanpa ada papan nama yang besar.
Tapi, dengan adanya tantangan untuk menemukan tempat makan yang tersembunyi ini, justru bikin makin menarik. Apalagi, kalau cita rasanya memang terbukti lezat. Seperti mencari harta karun lah, ya!
7. Back to street food
Kalau makanan tradisional kembali dicari dan naik lagi pamornya, begitu pula jajanan kaki lima atau street food. Makanan penuh nostalgia tersebut diboyong ke restoran-restoran, bahkan hotel mewah.
ADVERTISEMENT
Street food yang masih dijual di warung pun tak kalah populer. Sepanjang tahun ini, banyak jajanan pinggir jalan yang viral dan masif dicari. Apalagi, dengan kemunculan transportasi umum yang kian memadai, membuat jajanan-jajanan kaki lima makin terekspos dan mudah dijangkau.
Itulah tujuh tren kuliner yang muncul di Indonesia sepanjang tahun 2019. Kamu sudah coba yang mana saja, nih?