Kisah Dawet Telasih Yu Dermi, Pelopor Cendol Selasih Favorit Presiden Jokowi

18 Agustus 2023 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenant Dawet Telasih Yu Dermi di festival Petualangan Kuliner Juara Solo GoFood (11/8/2023). Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tenant Dawet Telasih Yu Dermi di festival Petualangan Kuliner Juara Solo GoFood (11/8/2023). Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain es gempol dan wedangan, dawet telasih atau selasih merupakan salah satu minuman khas Solo yang wajib kamu coba saat berkunjung ke kota di Jawa Tengah tersebut. Salah satu usaha dawet telasih legendaris di Solo, adalah Dawet Telasih Yu Dermi yang sudah ada sejak tahun 1930-an.
ADVERTISEMENT
Dawet Telasih Yu Dermi merupakan salah satu warisan kuliner legendaris asal Solo yang usianya kini sudah sekitar 93 tahun. Dikabarkan, dawet ini merupakan favorit dari Presiden Jokowi saat berkunjung ke kampung halamannya.
Menurut Yudit Wiadji (27) generasi ke-empat sekaligus calon penerus dari keluarga pengusaha Dawet Telasih Yu Dermi, mengungkapkan kepada kumparanFOOD bahwa usaha dari keluarganya ini hadir bertepatan dengan berdirinya Pasar Gede Hardjonagoro.
"Dulu mbah saya, Harjo Sumini yang pertama kali mempelopori dawet selasih ini, berdirinya berbarengan dengan Pasar Gede Hardjonagoro," ujar Yudit yang kumparan temui di area festival kuliner Juara Solo GoFood, Jumat (11/8).
Lebih lanjut, Yudit mengatakan bahwa awalnya nama bisnis kuliner tradisional ini hanya "Dawet Pasar Gede", namun seiring waktu, tepatnya mulai tahun 2000-an mulai bermunculan usaha tiruan dari minuman khas satu ini.
ADVERTISEMENT
"Mama saya (anak Yu Dermi) kemudian ngasih ide buat kasihin nama 'Yu Dermi' biar orang-orang tahu," tambahnya.
Sebagai pelopor dawet dengan selasih, Yudit merasa bahwa minuman buatannya memiliki konsep dan kualitas yang berbeda, karena mereka menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawet.
Dawet telasih ini khas karena tidak menggunakan gula Jawa atau aren, melainkan gula putih yang dicairkan. Kemudian dawet ini disajikan dengan tambahan jenang atau bubur (manis), seperti sumsum dan ketan hitam.
"Meski banyak yang niru, dari segi rasa, kualitas itu kita beda. Kalau dari segi kualitas kami bisa jamin karena kita pakai bahan alami dan selalu baru," tegas Yudit.
"Kalau misal kita bawa keluar kota agak sulit karena kita enggak pakai pengawet, terutama santannya, (kelapa) santan jadi harus dingin bisa tahan 2 sampe 3 hari. (Barulah kemudian) kelapa langsung diparut dan peras di situ."
ADVERTISEMENT
Sementara untuk warna hijau dari dawetnya, Yudit mengatakan mereka menggunakan daun suji dan pandan. Tergantung bahan yang sedang tersedia saja.

Minuman Tradisional yang Tidak Pernah Meninggalkan Identitasnya

Sebagai pelaku UMKM minuman tradisional yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu, Yudit dan keluarganya berusaha mempertahankan identitas dari kuliner khas Solo ini.
Meski jenis dawet di Indonesia begitu beragam, tapi Solo memiliki ciri khas dawet sendiri yang menggunakan selasih sebagai identitasnya.
Yudit juga mempertahankan identitas sebagai pengusaha minuman tradisional dengan tetap berpakaian adat, yakni berkebaya setiap kali berjualan. Booth atau tempatnya berjualan juga dihiasi ornamen tempo dulu yang justru menjadi daya tari serta pembeda.
Untuk bisa tetap mempertahankan eksistensi Dawet Telasih Yu Dermi, Yudit juga aktif mempromosikan minuman ini di media sosial. Yudit yang juga merupakan generasi muda, berharap dawet telasih ini bisa terus lestari dan dikenal khususnya oleh generasi muda.
ADVERTISEMENT
Bagi Yudit, Dawet Telasih Yu Dermi bukan sekadar usaha yang harus dipertahankan agar omzetnya bisa terus naik, melainkan usaha ini sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Hingga kini, Dawet Telasih Yu Dermi sudah memiliki tiga cabang di luar Pasar Gede. Mereka memiliki cabang di Solo Baru, Jalan Ir. Juanda, dan Monumen Pers.
Eksistensi dawet ini pun masih konsisten hingga sekarang. Yudit mengungkapkan bahwa mereka mampu menjual hingga 200 porsi per hari, dengan harga dawet yang bervariasi. Inovasi menu dawet baru pun, seperti dawet telasih durian dan tape, juga dikeluarkan untuk tetap bisa memenuhi selera pasar.