Kisah Owner Kedai Kopi dan Resto Indonesia di London, Ada yang Awalnya Iseng

13 Mei 2023 18:21 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raditya Dika jalan-jalan di London. Foto: YouTube/RadityaDika
zoom-in-whitePerbesar
Raditya Dika jalan-jalan di London. Foto: YouTube/RadityaDika
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komika sekaligus aktor Raditya Dika diketahui sedang plesiran ke London. Selama berada di London, penulis buku "Marmut Merah Jambu" itu menyambangi beberapa tempat salah satunya adalah kedai dan restoran.
ADVERTISEMENT
Menariknya, bukan kedai dan restoran luar negeri, ia ternyata mengunjungi kedai atau restoran milik orang Indonesia yang merintis usahanya di luar negeri. Dalam akun YouTube miliknya, Raditya pertama-tama menyambangi kedai kopi milik pasangan asal Indonesia yang bernama Elmira dan Birama.
Kedai kopi ngopiuk di London. Foto: Instagram/@ngopiuk
Kepada Raditya Dika, keduanya bercerita bagaimana mereka merintis usaha kedai kopi miliknya yang bernama NgopiUK. Baik Elmira dan Birama, keduanya diketahui sebagai mahasiswa S2 di London.
Mereka pun menceritakan mulanya membuka kedai di sana yang ternyata diawali dengan iseng saja. Keduanya diketahui sebagai alumni Universitas Indonesia. Setelah lulus kuliah, mereka sempat bekerja sebentar di Jakarta.
Mereka kemudian menikah dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Inggris.
Birama juga bercerita bagaimana bisnis kedai kopinya bisa terwujud. Tadinya ia dan sang istri mengaku sudah siap balik ke Indonesia, namun Birama tanpa disengaja mendapatkan email dari kampus S2 nya yang menawarkan program sponsor visa dengan syarat ia harus membangun bisnis di Inggris.
ADVERTISEMENT
"Awalnya itu karena S2 di sini dan buka email-email blast yang bisa ngasih visa tapi buka bisnis di sana. Kalau bikin bisnis disponsori bikin visa dari kampus," kata dia.
Email tersebut sudah ia dapatkan sebanyak 2 kali hingga akhirnya ia mengikuti tawaran tersebut dengan mengunggah rencana bisnis mereka terkait kedai kopi. Kebetulan sebelumnya Birama dan Elmira juga sudah memiliki kedai kopi di Kemang, Jakarta.
"Terakhir kita masukin (aplikasi itu) dan karena sudah punya coffee shop juga di Kemang. Pas di Jepang, kita submit visa iseng. Mau nyoba ilmu kita kepakai enggak gitu di Inggris," lanjutnya.
Setelah submit visa tersebut, betapa kagetnya mereka akhirnya mendapat panggilan wawancara saat berada di Indonesia. Dan 3 hari berikutnya visa mereka pun akhirnya dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
"Dipanggil interview karena bisnis plan-nya bagus. Interview di Indo waktu itu online," ungkap Birama.
Ketika itu Birama mengaku perasaannya campur aduk sebab ia belum memiliki modal yang cukup. Ia pun meminta jangka waktu untuk mengumpulkan modal.
"Gue minta diundur, kasih gue waktu 6 bulan buat funding segala macam selama 6 bulan itu," tutur dia.

Kedai Kopi yang Tawarkan Hospitality

Kedai kopi yang terletak di pinggir jalan tersebut berada di daerah 78 Dalston, London, Inggris. Nuansa khas Indonesia sudah terasa saat Raditya masuk ke kedai itu di mana terdapat papan bertuliskan menu hidangan Indonesia yaitu "Ayam Penyet Day 1".
Meski tampak minimalis dan sederhana, kedai kopi yang didominasi dengan warna putih dan biru itu tampak cozy sebagai teman ngopi.
ADVERTISEMENT
Enggak hanya tempatnya yang cozy, kedai kopi milik Birama dan sang istri menawarkan ragam menu andalan khas Indonesia seperti Indomie toast, ayam penyet, bakso, martabak, hingga kopi khas Indonesia.
Tapi bukan itu saja, Birama mengaku mengedepankan layanan hospitality atau keramah-tamahan ala Indonesia di kedainya.
"Karena kalau dibandingkan dengan kedai kopi besar yang ada di depan itu kita mungkin, kalah ya. Tapi di sini kita kedepanin hospitality," ujarnya.
Menurut Birama, orang-orang yang datang ke kedainya adalah mereka yang sudah pernah datang sebelumnya.
"Hospitality cara ramah tamah jadi lama-lama kayak teman. 3/4 yang datang kenal semua. Orang-orang di sekitaran sini kenal masing-masing. Satu sudah kena ngajak yang lain, ngajak yang lain," paparnya.
ADVERTISEMENT
Birma menceritakan bahwa ada salah satu pelanggannya yang ternyata pernah bekerja di Indonesia sebagai pilot.
"Ada mantan pilot susi air, wah ada hidden Indonesian place-nih. Dia rumahnya di dekat sini pas ulang tahun NgopiUK dia dateng," tutur Bima.
Untuk itu, Birma akan terus mengedepankan pelayanan yang ramah kepada para pelanggannya. Ia pun menganggap bahwa setiap tamu atau pengunjung yang datang sebagai keluarga.
"Makanya service-nya enggak boleh salah, kita harus jadi teman mereka, harus jadi saudara mereka, harus jadi keluarga mereka, istilahnya," tuturnya.
Selain dengan Birma, Raditya Dika juga sempat menyambangi salah satu restoran khas Indonesia yang ada di London. Restoran yang bernama Toba ini diketahui dimiliki oleh salah seorang pengusaha asal Sumatera Utara yang bernama Pinondang Sinaga.
ADVERTISEMENT
Tak berbeda jauh dengan Birama, pria yang akrab disapa Pino itu juga merintis usahanya dari nol. Ia masih ingat bagaimana saat ia merintis restoran miliknya.
Restoran Toba di London. Foto: Instagram/@toba.london
Kala itu, ia berjualan dengan menggunakan stall di Camden Market. Ia juga pernah promosi di jalan-jalan menawarkan makanan yang ia jual kepada orang yang melintas.
Promosi yang ia lakukan di jalan-jalan itu bertujuan untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia yang tentunya masih belum umum.
"Pertama, saya presentasi di pihak Camden Market-nya lalu saya dengan perjuangan jadi harus bekerja keras lah memberikan makanan orang yang lewat dikasih makan sate, bakso dan saya tidak pernah mau give up gitu walaupun ini pertama ada wow Indonesian street food. Akhirnya mereka senang dan saya mendapatkan stall itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil membuka stall makanan, Pino akhirnya berjuang untuk mengembangkan restoran yang ia impikan. Beruntungnya ia mendapatkan bantuan dari Dubes Indonesia di Inggris dan juga bantuan dari pemerintah UK.
"Awalnya saya mau buka restoran bukan buka stall. Jadi ide itu sudah ada lama di pikiran saya. Saya bertemu sama Pak Desra (Dubes untuk Inggris), Pak Desra memperkenalkan saya sama Pak Ara. Akhirnya mimpi saya terjawab. Akhirnya buka Toba," katanya.
"Buka 2019 desember sebelum pandemi. Bener-bener wow saya stres, saya taruh uang saya untuk bisnis tapi beruntung ada bantuan dari pemerintah UK. Saya orang Indonesia, bisnis makanan Indonesia tapi dibantu oleh pemerintah UK," imbuh dia.
Ketika ditanya apa alasan ia membuka restoran Toba, Pino mengungkapkan bahwa ia ingin makanan Indonesia bisa dikenal dunia.
ADVERTISEMENT
"Toba itu saya lebih untuk mempromosikan Indonesian Cuisine. Kita punya 17.000 Island kalau gak salah. Setiap bulan atau tiga bulan saya akan ganti menu dan saya akan membuat tiga bulan ke depan dari Sulawesi dari Manado," katanya.
Kalau saat ini ada menu ikan asin Sumatera atau ayam betutu dari Bali. Mungkin selanjutnya akan ada menu dari Aceh, Jawa, Sulawesi hingga Kalimantan.
"Jadi benar-benar saya ingin mempromosikan Indonesian Cuisine di UK," katanya.
Setelah itu Raditya Dika pun sempat menikmati beberapa makanan khas Indonesia yang ada di Toba. Nasi kuning hingga sate menjadi makanan yang ia coba.
"Satenya gendut-gendut. Otentik banget nih," katanya.

Tantangan Buka Usaha di Luar Negeri

Restoran Toba di London. Foto: Instagram/@toba.london
Baik Birma dan Pino keduanya sama-sama menceritakan pengalaman atau tantangannya dalam membuka restoran di luar negeri. Menurut keduanya, membuka usaha di London tak semudah membuka usaha di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Persyaratan di London dinilai lebih ketat. Untuk membuka usaha di sana, kamu harus membuat bisnis plan yang jelas dan juga mematuhi segala regulasi yang ada.
"Kita harus bikin company (perusahaan) dulu kalau engga supplier-nya engga mau. Harus ada PT (istilahnya), bank account yang bisnis. Submit bisnis plan juga mau bikin apa. Design-nya gimana," ujarnya.
Enggak hanya itu, London juga memiliki food safety hygene yang harus dipatuhi.
"Makanannya sudah dilabel belum, talenannya beda. Fridge harus ada temperature book, jadi kalau freezer harus berapa temperaturnya. Proses solicitor-nya 3 bulan. Jadi, solicitor sama solicitor lainnya ketemu," katanya.
Enggak hanya itu, setiap furniture yang ada di kedainya harus sesuai dengan peruntukkan
"Grade furniture yang harus peruntukannya. Tukangnya harus di-book dulu dari jauh-jauh hari. Kalau kita mau buka 3 bulan lagi, 2 bulan mau buka, kita nunggu tukangnya dulu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Birama, Pino mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membuat makanan yang sesuai dengan khas Indonesia.
"Beberapa ada masukan dari warga Indonesia yang datang ke Toba kenapa Pino membuat makanan yang autentik ke bule. Justru sekarang ini di UK top restaurant itu aku sudah pernah coba semua makanannya sangat pedas. Sudah enggak zaman dibule-bulein," katanya.
Ia pun berharap bisa mempertahankan cita rasa khas Indonesia di restorannya sehingga bisa terus mempromosikan makanan Indonesia.
"At least (setidaknya) saya punya legacy (peninggalan) di UK untuk promosiin makanan di Indonesia. Saya akan balik ke negara saya sendiri, 'ada rencana bikin restoran?' Mungkin iya atau tidak, mungkin untuk retired," tutup dia sambil tertawa.
ADVERTISEMENT