Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kopi Gunung Tilu, Mutiara Hitam dari Pengalengan
2 Februari 2019 18:47 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Apa yang ada di benakmu soal kopi? Hitam, harum, atau pahit? Kopi memang tidak bisa digambarkan hanya dengan satu kata. Seperti yang kita ketahui beda kopi, maka beda juga karakteristiknya. Keragaman kopi ini yang juga dimiliki oleh kopi-kopi di Indonesia. Beda daerahnya, maka beda pula rasanya.
ADVERTISEMENT
Kopi Indonesia sendiri bisa digolongkan berdasarkan daerah asalnya misalnya, kopi Aceh, Sumatera, atau Jawa Barat. Berbicara soal kopi Jawa Barat, ada kopi asal Pengalengan yang mulai mencuri hati para pecinta kopi; namanya kopi Gunung Tilu.
Menurut Ade Ruswandi salah satu anggota Asosiasi Petani Kopi Jawa Barat (APK2JB), kopi Gunung Tilu merupakan salah satu jenis kopi premium asal Jawa Barat.
“Kopi Gunung Tilu tumbuh di ketinggian 1.600 mdpl yang bisa terjual hingga satu kuintal per bulannya. Iya, bisa dikatakan kopi ini adalah kopi premium dari Pengalengan,” jelasnya saat berbincang bersama kumparanFOOD beberapa hari lalu.
Dilanjutkan Ade, ia memanen kopi Gunung Tilu pertama kali pada tahun 2008 yang hingga saat ini perkembangannya semakin pesat. Bukan hanya dijual untuk sekitaran wilayah Jawa Barat saja, kopi yang masa panennya selama empat bulan ini juga dikirim hingga ke Medan. Selain itu, banyak juga tengkulak lainnya yang memesan kopi Gunung Tilu untuk dijual kembali ke kedai-kedai kopi di Indonesia.
Kedekatan Ade dengan kopi yang sudah terjalin sejak sepuluh tahun yang lalu itu membuatnya cukup tergantung pada mutiara hitam satu ini.
“Kopi sudah menyatu dengan diri saya, ya sudah menjadi penghasilan utama. Alhamdulillah, selalu ada peningkatan dan menambah penghasilan,” tuturnya.
Kopi Gunung Tilu sendiri memiliki karakteristik rasa florist yang harumnya seperti bunga-bungaan. Selain itu, kopi yang dijual dengan harga Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribuan per kilogramnya ini biasanya diolah dengan dua teknik yakni semi atau full wash sehingga tingkat keasamnya pun berbeda-beda.
Ditambahkan Agus Rukayaman, anggota lain dari APK2JB, kopi Gunung Tilu termasuk dalam jenis arabika, sehingga memiliki penggemar yang cukup banyak. Berkat kopi ini pula kini dirinya dan beberapa anggota petani kopi Pengalengan digandeng oleh perusahaan kedai kopi berbasis digital yakni Koppi. Agus dan rekannya menjual kopi Pengalengan secara langsung tanpa perantara, sehingga hasilnya pun dapat dirasakan langsung oleh mereka.
Diceritakan Agus, saat ini terdapat 2.000 petani lokal yang tergabung dalam APK2JB yang diresmikan pertama kali pada tahun 2013. Jika ditotal, lahan perkebunan kopi di Pengalengan luasnya hingga 2.000 hektar yang hingga saat ini masih produktif.
Ade pun berharap dengan merambahnya produk kopi asal Pengalengan seperti Gunung Tilu ini dapat memberi kesejahteraan bagi petani setempat. “Penginnya ya, enggak muluk-muluk, sejahtera saja dan seluruh anggota bisa menikmati kenikmatan dari hasil penjualan kopi, dan permintaan juga semakin bertambah,” ucapnya.
ADVERTISEMENT