Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Loe Min Toe Coffee, Sensasi Minum Kopi di Tengah Koleksi Barang Antik
10 September 2018 9:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Di ujung jalan Tata Surya 2, kota Malang, sebuah bangunan mirip klenteng berdiri gagah, tampak kontras dengan rumah-rumah semi modern yang memenuhi pemukiman warga tersebut. Letaknya memang cukup tersembunyi, berada di pojokan, tepat di ujung jalan.
ADVERTISEMENT
Dua patung singa emas terlihat menjaga pintu masuk ke dalam bangunan tersebut. Di atas pintu, ada plang merah besar bertuliskan “Roemah Coffee Loe Min Toe”, lengkap dengan bubuhan tulisan Mandarin. Ya, bukan klenteng, bukan pula tempat wisata, bangunan nyentrik itu ternyata adalah kedai kopi.

Berbeda dengan kedai kopi atau coffee shop yang saat ini didominasi dengan interior bertema industrialis, Loe Min Toe justru menyuguhkan suasana tempo dulu yang begitu kental. Maklum saja, sebagian besar, bahkan hampir seluruh pajangan di dalamnya merupakan barang antik.
Usut punya usut, ternyata sang pemilik, Bowo Warsito, memang merupakan kolektor barang-barang antik. Pria paruh baya yang pernah berprofesi sebagai arsitek ini kerap membeli peninggalan antik seperti artefak, lukisan, hingga foto-foto lama nan bersejarah semasa masih bekerja dan mengunjungi kota lain.

Koleksinya tersebut akhirnya ‘ditampung’ di kedai kopi yang kini dikelola oleh putrinya. Jenisnya pun sangat bervariasi, mulai dari furnitur kayu tua nan kokoh, telepon kabel jaman dulu, biola tua, patung arca, hingga botol-botol kuno hasil penemuan di bawah laut Jawa Timur.

Meski ruangannya dipenuhi dengan barang-barang tua, suasana muram sama sekali tak melekat. Sentuhan warna ceria justru diperlihatkan pada daun jendela dan pintu yang dipasang menghiasi ruangan kafe. Menariknya, walau sekilas tampilannya sangat kental dengan elemen budaya Tionghoa, namun terdapat sentuhan budaya Jawa yang dihadirkan melalui hiasan ukiran kayu serta lampu ‘teplok’ khas jaman dahulu.
ADVERTISEMENT

“Konsep ruangannya sebenarnya menggabungkan budaya peranakan dan Jawa, karena kebetulan saya orang Jawa dan istri saya adalah keturunan Peranakan. Nama Loe Min Toe sendiri sebenarnya berasal dari istilah Jawa ‘lumintu’ yang memiliki arti berkesinambungan,” terang Bowo kepada kumparanFOOD di kafe miliknya beberapa waktu lalu.

Menunya sendiri cukup beragam, mulai dari camilan hingga menu makan berat. Kami pun memesan beberapa menu, mulai dari Nasi Ayam Fillet Teriyaki (Rp 19 ribu), Tempe Mendoan (Rp 10 ribu), dan Pisang Goreng Cokelat (Rp 6 ribu). Tak lupa, kami juga memesan Kopi Susu (Rp 12 ribu) untuk menghangatkan tubuh.

Dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau, cita rasa hidangannya cukup nikmat. Saus teriyakinya terasa gurih dan pas di lidah, dengan tekstur ayam berbalut tepung yang renyah. Selain itu, tempe mendoannya pun terasa gurih, dengan tekstur yang pas dan tak terlalu kering.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang jadi favorit kami adalah sajian pisang goreng cokelatnya. Saat digigit, lelehan cokelat langsung lumer dan meleleh di mulut. Ditemani dengan secangkir kopi susu yang tak terlalu kuat, membuat suasana bersantap semakin nikmat.

Rumah Coffee Loe Min Toe tak hanya membuat kita serasa berada di masa lampau, namun juga menyuguhkan suasana menenangkan. Apalagi, lokasi kedai kopi ini berada tepat di sebelah sungai Brantas, sehingga kita bisa bersantai sembari mendengarkan suara aliran sungai nan syahdu.

Bila kebetulan tengah berkunjung ke Kota Malang, tak ada salahnya untuk menyempatkan diri berkunjung ke Rumah Coffee Loe Min Toe untuk merasakan sensasi bersantap di tengah koleksi barang antik bersejarah sambil menikmati atmosfer sungai Brantas.
ADVERTISEMENT
Roemah Coffee Loe Min Toe
Alamat: Jl. Tata Surya No. 2, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Malang
Jam buka: Selasa - Minggu, pukul 13.00 - 00.00 WIB