Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Manfaat Sehat di Balik Legitnya Kecap Manis
21 Oktober 2018 11:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Hitam, manis, dan kental, mungkin tiga kata itulah yang paling cocok untuk menggambarkan tampilan kecap .
ADVERTISEMENT
Saus sekaligus pelengkap makanan bercita rasa manis ini memang sangat familiar di kalangan masyarakat. Bahkan, kecap menjadi salah satu pendamping makanan yang wajib tersedia di setiap dapur atau meja makan keluarga di Indonesia.
Biasanya saus bertekstur kental ini digunakan untuk menambah rasa legit pada aneka sajian tradisional. Tak hanya itu, kucuran kecap juga membuat tampilan makanan semakin menggugah dan tak terkesan pucat maupun hambar.
Telah ada sejak 3.000 tahun silam, bahan makanan asal Tiongkok ini terbuat dari kacang kedelai hitam yang difermentasi kemudian direbus bersama aneka rempah hingga mengental. Saat masuk ke Indonesia, kecap yang awalnya asin mulai mengalami perubahan rasa menjadi manis karena diberi tambahan gula aren maupun gula merah.
ADVERTISEMENT
Nah, proses fermentasi kedelai inilah yang menambah nilai gizi yang terkandung di dalam kecap manis. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisi di dalam kedelai akan lebih mudah dicerna setelah melewati proses pemanasan. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk mengurangi kadar kandungan anti-nutrisi di dalam biji-bijian, tak terkecuali kedelai, yang dapat merugikan kesehatan.
"Cara membuat kecap yang difermentasi, justru membuat asam amino-nya menjadi lebih mudah dicerna, kemudian asam fitatnya juga berkurang. Jadi lebih bergizi," terang Prof. Ir Ahmad Sulaeman, pakar gizi dan keamanan pangan IPB, saat dihubungi kumparanFOOD melalui sambungan telepon Kamis (18/10).
Asam amino merupakan zat yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menunjang pembentukan massa otot dan mempercepat pergantian jaringan atau sel yang telah rusak. Sedangkan asam fitat merupakan molekul non gizi yang tidak bisa diserap oleh tubuh sehingga bisa menyebabkan masalah kesehatan pada sistem pencernaan.
ADVERTISEMENT
Namun, banyak di antara kalian yang khawatir untuk mengkonsumsi kecap karena kandungan gulanya yang terbilang tinggi, bukan?
Meski kadar gulanya tinggi, Prof. Ahmad Sulaeman menjelaskan, bahwa konsumsi kecap tak akan berdampak buruk bagi kesehatan. Apalagi, selama ini kecap lebih sering digunakan sebagai penambah rasa makanan yang tidak dikonsumsi dalam jumlah banyak.
"Sebenarnya tinggi tidaknya gula pada kecap kan tergantung bagaimana kita mengkonsumsinya. Per harinya, secukupnya saja tak ada batasan. Selama tidak dikonsumsi secara berlebihan," tambah Prof. Sulaeman saat menjelaskan tentang batasan aman mengonsumsi kecap.
Selain itu, kecap umumnya dibuat dengan tambahan gula aren atau gula kelapa yang lebih aman bagi kesehatan. Gula aren memiliki indeks glikemik (IG) yang lebih rendah dibandingkan gula pasir, yakni berada di angka 35. Dengan kadar IG di bawah angka 55, konsumsi gula aren tak akan berdampak besar terhadap naiknya gula darah.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan lapisan kecap yang sering dipanaskan hingga gosong?
Pada beberapa makanan seperti sate atau ayam bakar, proses pembakaran seringkali menimbulkan lapisan kecap yang terlihat gosong. Beberapa orang percaya, lapisan gosong ini bisa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.
Prof. Sulaeman mengatakan bahwa memperbanyak konsumsi sayuran seperti timun atau kubis dapat menetralkan kemungkinan buruk akibat menyantap lapisan kecap yang gosong pada sajian sate atau ayam bakar. Ini juga yang membuat banyak warung makan atau restoran seringkali menyajikan lalapan sayur segar atau acar sebagai pendamping sate dan ayam bakar.
Jadi, tak perlu khawatir lagi menyantap kecap. Asal tak berlebihan dan diimbangi dengan asupan sayuran yang cukup, konsumsi kecap tak akan berdampak buruk bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya konten spesial Kumparan dalam topik Sejuta Rasa Kecap .