Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Saat ini masih belum banyak orang yang sadar akan pengaruh gula yang berlebih pada kesehatan pencernaan. Maka, ini perlu diedukasi lebih kepada masyarakat," tutur Dokter Spesialis Gizi Klinik, Marya Haryono saat mengisi acara Heavenly Blush No Added Sugar di Jakarta, (27/11).
Sebuah penelitian yang dilakukan Oregon State University di Amerika Serikat pada tahun 2013 menemukan, bakteri jahat dalam usus akan berkembang pesat apabila terus menerus diberi asupan gula. Inilah yang dapat mengancam bakteri baik dalam usus sehingga mengganggu kinerjanya saat menjaga kesehatan pencernaan.
"Untuk saluran cerna sendiri ternyata gula sumber energi makanannya bakteri. Ini bisa, tapi ini bukan yang kita harapkan untuk jadi makanan sehat si bakteri. Justru, kelebihan gula dapat memengaruhi keseimbangan jumlah bakteri baik dan jahat dalam sistem pencernaan ," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dilanjut Marya, ia justru menyarankan untuk mengganti asupan gula --terutama gula sederhana; seperti gula pasir, gula merah, dan madu-- dengan makanan atau minuman yang mengandung prebiotik. Sebab, prebiotik merupakan makanan sehat yang dibutuhkan bakteri baik dalam usus manusia.
"Prebiotik ini makanan baik untuk bakteri yang sifatnya tidak dicerna atau diabsorpsi. Contohnya yoghurt," terang perempuan yang praktik di Siloam Hospital, Kebun Jeruk itu.
Selain berpengaruh terhadap pencernaan, kadar gula darah yang tinggi juga bisa menyebabkan gangguan terhadap kesehatan organ kita lainnya. Seperti otak, sistem imun, kesehatan kulit, berat badan, ketersediaan hormon, kemampuan menyerap nutrisi, perkembangan sel kanker, hingga mood.