Melihat Langsung Pengolahan Biji Kopi di Desa dengan Ketinggian 1.260 Mdpl

18 Oktober 2024 18:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biji kopi yang sudah melalui proses pulper atau pengolahan basah (wet process). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Biji kopi yang sudah melalui proses pulper atau pengolahan basah (wet process). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki banyak sekali deretan kebun kopi yang tersebar di berbagai daerah. Seperti halnya desa di Jawa Barat ini yang dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas.
ADVERTISEMENT
Berada di Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Desa Genteng dikenal sebagai desa dengan produksi kopi dan kelompok petani kopinya.
Bukan tanpa alasan, Sumedang memang punya sejarah yang cukup panjang di bidang pertanian, dataran tingginya menyediakan iklim yang ideal untuk menanam kopi berkualitas tinggi, terutama Arabika.
Ketinggian, tanah vulkanik yang subur, dan kondisi cuaca yang sesuai membuat wilayah ini sempurna untuk menghasilkan cita rasa kopi yang khas.
Regional Coffee Ambassador Starbucks Indonesia, Hanggara Satria Permana dalam acara seremonial pemberian 44 ribu biji kopi di Sukasari Sumedang Coffee Farm di Sumedang, Jawa Barat pada Kamis (17/10/2024). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Atas undangan dari Starbucks Indonesia pada 16-17 Oktober 2024, kumparan berkesempatan langsung untuk berkunjung ke Desa Genteng.
Karena berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), mobil yang kami tumpangi beberapa kali harus menemui jalan yang terjal dan menanjak. Meski demikian, usai menempuh perjalanan sekitar 2-2,5 jam perjalanan kami akhirnya disambut dengan perkebunan kopi yang menghampar luas.
ADVERTISEMENT
Setibanya di Desa Genteng, kami langsung disambut oleh Pak Yusuf Supriatna dan juga para petani kopi di daerah tersebut.
Yusuf Supriatna atau Mang Bandres salah satu petani kopi di komunitas kopi Linggasari di Sumedang, Jawa Barat. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Pria yang akrab disapa Mang Bandres tersebut mengajak kami untuk melihat langsung bagaimana proses pengolahan buah ceri kopi yang sudah dipetik para petani hingga menjadi green bean atau biji kopi mentah yang belum disangrai dan biasanya berwarna hijau.
Di depan kami terdapat sebuah mesin pengupas kulit kopi atau mesin pulper kopi yang bertugas untuk menyortir mana kopi yang berkualitas baik dan buruk.
"Untuk membedakannya bisa dilihat dari buah ceri kopinya, kalau di air dia itu tenggelam maka kualitasnya bagus kalau mengapung berarti buruk," ujar Yusuf.
Mesin pulper atau pengupas kulit kopi. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Mesin pulper yang awalnya terdiam tiba-tiba sibuk untuk memilah buah ceri kopi yang dimasukkan oleh para petani. Yusuf mengatakan, sekali jalan mesin ini bisa menyortir biji kopi hingga 20 ton.
ADVERTISEMENT
"Kalau mesin itu sampai 20 ton bisa, kalau seharian bisa lebih," kata dia.
Public Relation & CSR Division Manager Starbucks Indonesia, Kiki Mochamad Rizki, biji kopi yang tidak lulus sortir biasanya disebut sebagai defect.
"Ada banyak faktor biji kopi ini tidak lulus sortir mulai dari bentuk, kematangan, dan lainnya. Biasanya biji kopi ini memiliki tingkat keasaman yang rendah," katanya.
Salah satu petani kopi yang sedang menuang green bean di mesin pulper. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Untuk kulit kopi terluar yang sebelumnya sudah dikupas oleh mesin pulper akan dimanfaatkan sebagai pupuk.
Yusuf pun menjelaskan kepada kami secara singkat tahapan-tahapan pengolahan biji kopi yang biasanya dilakukan.
"Dari awal, dari kebun, perawatan setelah itu pemetikkan dibawa tengkulak terus di sini diproses ada penjemuran, pencucian. Setelah kuring ada huller atau pemberasan setelah itu ada sortasi juga terus ada roasting nantinya, tinggal siap saji," paparnya.
ADVERTISEMENT

Proses Pengolahan Kopi

Biji kopi yang sudah melalui proses pulper. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Jika mengutip laman Bitka, proses pengolahan kopi dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu proses pasca-panen dan proses pasca-giling.
Proses pasca-panen adalah proses yang dilakukan setelah buah ceri dipetik dari pohonnya. Proses ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji kopi hingga kadar airnya mencapai 11 persen. Sedangkan, proses pasca-giling adalah proses yang dilakukan setelah biji kopi kering.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kulit ari dan lapisan perkamen dari biji kopi.
Pemilahan biji kopi melalui proses kering atau dry process. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Selain metode basah atau fully washed process, di mana biji kopi akan dibuang kulit terluarnya dengan menggunakan mesin pulper.
kumparan pun berkesempatan melihat pengolahan kopi dengan metode kering dengan teknik natural-process. Pada proses ini kopi langsung dijemur sekulit-kulitnya tanpa melalui pengupasan.
ADVERTISEMENT
Tujuannya ialah agar muncul rasa lain selain asam dan pahit pada biji kopi tersebut. Misalnya saja rasa buah-buahan kopi yang kuat.