Menelusuri 136 Tahun Perjalanan Kecap Benteng Tangerang

20 Oktober 2018 11:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial Kecap (Foto: Azalia Amadea/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial Kecap (Foto: Azalia Amadea/ kumparan)
ADVERTISEMENT
Riuh rendah suara kendaraan mengiringi langkah demi langkah menuju salah satu tempat bersejarah di kawasan Pasar Lama, Tangerang. Bukan tanpa tujuan, jarak Jakarta-Tangerang yang hampir 36 kilometer ditempuh untuk menelusuri keberadaan salah satu warisan kuliner yakni kecap.
ADVERTISEMENT
Ya, masyarakat Indonesia begitu lekat dengan kecap. Bahkan beberapa orang tak keberatan jika dianggap 'tak bisa hidup tanpa kecap.' Secara etimologi kata 'kecap' berasal dari Bahasa China 'kôechiap' atau 'kê-tsiap' yang merupakan bumbu penyedap untuk masakan.
Pengaruh masyarakat Tionghoa ini memang kental dalam setiap tetes kecap yang kita makan karena awalnya kecap dibuat oleh salah satu warga Tiongkok yang bermukim di sekitaran wilayah Benteng Makassar, Tangerang yang kini sudah berubah alih menjadi Pasar Lama.
Kecap SH (sticker kuning) dan kecap Tien Gok (sticker putih), di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kecap SH (sticker kuning) dan kecap Tien Gok (sticker putih), di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
Di permukiman warga Tionghoa yang dikenal dengan sebutan China Benteng itu, kumparanFOOD menghilangkan rasa penasaran dengan berkunjung ke Museum Benteng Heritage. Di museum yang diresmikan pada 11 November 2011 tersebut kita bisa melihat langsung warisan budaya peranakan Tionghoa Tangerang yang salah satu koleksinya adalah botol-botol kecap yang kami cari.
ADVERTISEMENT
Museum berarsitektur tradisional Tionghoa itu terdiri dari dua lantai. Nah, di lantai kedua kami menemukan koleksi-koleksi tersebut, tersimpan rapi dalam sebuah lemari kayu berbentuk botol. Koleksi botol kecap yang terdiri dari beberapa merek itu menarik perhatian kami.
Kecap SH di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kecap SH di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
Lalu, apa hubunganya kecap dengan masyarakat Tionghoa?
Seorang pemandu museum, Martin, membenarkan bahwa dalam sejarah kecap manis ada pengaruh Tionghoa di dalamnya. "Kecap manis pertama kali dibuat oleh orang Tionghoa yang datang ke Indonesia, lalu ia membuat kecap asin, sayangnya kecap tersebut kurang diminati karena rasanya yang asin. Sementara diketahui orang Indonesia suka makanan manis. Akhirnya kecap asin tersebut diakulturasi dengan campuran gula jawa atau gula merah yang kini kita kenal dengan kecap manis," terangnya, kepada kumparanFOOD beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kehadiran kecap manis pertama di Tanah Air ditandai dengan adanya Kecap Benteng bermerek Teng Giok Seng pada tahun 1882. Kecap yang pertama kali didirikan oleh Teng Hay Soey dan kini diteruskan oleh Teng Giok Seng ini merupakan kecap tertua yang hingga kini masih bisa kita temukan keberadaannya di daerah Tangerang.
Dijelaskan Martin, pemasaran kecap ini tidak terlalu luas, hanya di Tangerang dan Jakarta. Hal ini dikarenakan, hingga zaman modern seperti ini Kecap Benteng masih mempertahankan keaslian cita rasa dan bentuk kemasannya. Hingga berusia lebih dari seabad, tepatnya 136 tahun, Kecap Benteng juga masih menggunakan botol kaca untuk menjaga cita rasanya. Seiring perkembangan zaman Kecap Benteng saat ini juga memiliki kemasan isi ulang berbungkus plastik.
ADVERTISEMENT
Kecap Benteng sendiri terkenal dengan cita rasa asin yang mendominasi kecap manisnya. Biasanya kecap ini digunakan sebagai campuran pada menu masakan utama seperti olahan seafood, tumisan, nasi goreng dan masih banyak lagi.
Kecap SH di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kecap SH di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
Tidak hanya Kecap Benteng yang melegenda, di museum milik Udaya Halim seorang warga Tangerang asli tersebut, juga terdapat koleksi botol kecap lokal lainnya seperti Kecap Siong Hin (SH), Kecap Air Abu Kweetjang, Kecap Tjap Kuda dan Kecap China Tjap Istana dengan total koleksi 20 botol kecap.
Bukan hanya sekadar mengoleksi, Museum Benteng Heritage juga ikut melestarikan keberadaan salah satu merek kecap legendaris lainnya yakni Kecap Siong Hin (SH) yang pabriknya juga tidak jauh dari lokasi museum. Kecap yang dikenal dengan merek SH ini sudah berdiri sejak tahun 1920. Dibandingkan dengan Kecap Benteng, botol kecap SH lebih modern karena menggunakan botol plastik sehingga ringan dan mudah dibawa.
Kecap SH (sticker kuning) dan Tien Gok (sticker putih), di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kecap SH (sticker kuning) dan Tien Gok (sticker putih), di Museum Benteng, Tangerang. (Foto: Azalia Amadea/kumparan)
Tidak hanya kecap manis bermerek SH, Kecap Benteng pun bisa wisatawan temukan di Museum Benteng Heritage. Keberadaan kedua kecap ini ditujukan bagi mereka yang ingin mencicipi sekaligus menjadikan kedua kecap manisnya sebagai buah tangan. Bukan hanya itu, dengan membeli kedua merek kecap manis lokal ini para pengunjung juga turut melestarikan manisnya warisan kuliner Nusantara.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya konten spesial kumparan dalam topik Sejuta Rasa Kecap.