Menyusuri Kuliner Pasar Malam Semawis Semarang

5 Maret 2019 18:09 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke kota Semarang, tentu tak akan terasa lengkap tanpa menyambangi destinasi wisata kulinernya. Salah satu tempat kulineran yang wajib disambangi ialah Pasar Semawis yang berlokasi di Pecinan Semarang. Bertempat di sebuah gang bernama Gang Warung, pengunjung bisa menemukan puluhan penjaja makanan yang menyesaki jalanan lorong.
ADVERTISEMENT
Saat kumparan melangkahkan kaki ke dalam gang, aroma berbagai jenis hidangan langsung menggelitik hidung; membuat perut kami terasa keroncongan. Di depan bangunan-bangunan toko tua nan megah, berjejer tenda-tenda semi permanen yang berfungsi sebagai kios untuk menjajakan makanan.
Sungguh pemandangan yang cukup kontras, namun juga mengesankan; perpaduan antara suasana khas Pecinan kuno yang kental dengan keramaian pedagang jajanan kaki lima.
Kawasan Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Sedikit kilas balik, Pasar Malam Semawis ini awalnya adalah pasar malam yang diadakan beberapa hari menjelang perayaan Imlek pada tahun 2004. Setelahnya, pasar jajanan ini selalu diadakan di akhir pekan, tepatnya di hari Jumat sampai Minggu.
Kami pun berkeliling sebentar untuk melihat kira-kira jajanan apa saja yang bisa kami santap untuk 'menjinakkan' perut yang sudah minta diisi. Dari street food kekinian seperti telur gulung, cumi bakar, gula kapas warna-warni, sampai makanan tradisional khas Semarang, semuanya tersedia.
ADVERTISEMENT
Ada juga beberapa kios yang menjajakan olahan babi --mulai dari sate, nasi campur, nasi hainam, bakcang-- bagi mereka yang mengkonsumsi makanan non-halal.
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Hiruk pikuk Gang Warung semakin riuh dengan adanya beberapa warga yang berkumpul di ruang tamunya. Ya, meski tenda-tenda berjejeran di depan bangunan mereka, sang pemilik tetap membuka pintu rumahnya.
Bahkan, ada sebuah rumah yang pintunya terbuka lebar, menampilkan pemandangan para keluarga yang berkumpul sambil menyanyikan lagu Mandarin menggunakan microphone, selayaknya sedang karaoke.
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Langkah kami lalu terhenti di depan sebuah kios yang hanya berisi semacam pikulan. Rupanya, tenda tersebut menjual sajian wedang tahu, campuran tahu putih nan lembut yang disiram dengan kuah jahe.
Rasanya cukup unik; saat diseruput, rasa khas kedelai dari tahu langsung mendominasi. Kuah jahenya terasa manis, menjadi pelengkap dari tahu yang cenderung hambar.
ADVERTISEMENT
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Cocok untuk menenangkan perut yang sedikit kembung akibat hembusan angin malam. Harganya? Semangkuk wedang tahu tersebut dibanderol hanya Rp 8 ribu saja.
Sembari melanjutkan berkelililng, ada satu tenda lagi yang menarik perhatian kami. Pisang Plenet Pak Tuko, begitu bunyi tulisan yang terpampang di depan gerobaknya. Makanan ini sejatinya adalah salah satu kuliner khas Semarang yang cukup legendaris.
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Cara pembuatannya pun cukup unik, buah pisang diplenet --dipencet hingga gepeng-- lalu dibakar di atas arang bersama dengan berbagai macam topping hingga garing. Setelahnya, pisang ditumpuk seperti sandwich.
Menurut pengakuan dari salah satu penjual, Aris, Pisang Plenet Pak Tuko ini sudah ada sejak tahun 1960 silam.
"(Pisang plenet) ini juga salah satu makanan khas Semarang. Pisangnya pake pisang kepok," tuturnya.
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Satu porsi pisang plenet dengan topping cokelat keju (Rp 12 ribu) yang kami pesan terdiri dari empat lapis yang cukup tebal. Penggunaan pisang kepok membuat cita rasanya cukup hambar dan sedikit masam.
ADVERTISEMENT
Meski dipanggang di atas arang, namun teksturnya masih terasa cukup padat. Parutan keju dan cokelat yang disisipkan di tiap-tiap lapisan pisangnya menambah cita rasa gurih dan manis.
Kuliner Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Safira Maharani/ kumparan
Sebaiknya, pisang plenet ini langsung disantap dalam keadaan hangat karena teksturnya bisa semakin keras bila didiamkan terlalu lama.
Sayang sekali, meski kami ingin menjajal lebih banyak jajanan, perut sudah terasa cukup penuh. Beberapa makanan juga sudah habis terjual, mengingat waktu sudah cukup malam.
Kawasan Pasar Semawis Pecinan Semarang Foto: Instagram/ @vindayurist
Penyusuran di Pasar Semawis Semarang bukan hanya menawarkan wisata kuliner yang mengenyangkan, tapi juga soal suasana. Bagaimana kawasan yang sudah berusia ratusan tahun masih tetap menawarkan atmosfer yang begitu 'hidup' dan tak lekang oleh waktu.
Bila ingin berkunjung ke sini, Pasar Semawis buka di akhir pekan, tepatnya dari hari Jum'at hingga Minggu, pukul 18.00 sampai 23.00 malam.
ADVERTISEMENT