Serukan Ngopi di Rumah, Cara Coffee Shop Lokal Bertahan di Tengah Pandemi

24 Maret 2020 19:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anomali  Coffee Foto: Dok. Anomali Coffee
zoom-in-whitePerbesar
Anomali Coffee Foto: Dok. Anomali Coffee
ADVERTISEMENT
Restoran-restoran tampak lengang, kafe yang biasa dipenuhi oleh orang kantoran dan anak muda terlihat kosong, hanya ada beberapa pegawai dan barista yang berjaga. Di beberapa wilayah, beberapa restoran bahkan mulai tutup dan tak melayani pembelian.
ADVERTISEMENT
Ada juga yang masih tetap buka, tapi hanya melayani pemesanan secara take away dan delivery. Situasi ini sudah terjadi selama beberapa minggu ini, semenjak wabah virus corona makin merebak.
Di masa pandemi ini, banyak orang yang memutuskan untuk mengurangi kegiatan di luar rumah dan membatasi interaksi dengan orang lain. Istilah lainnya; social distancing. Dengan dilakukannya pembatasan interaksi, penyebaran virus corona pun bisa dicegah.
Di sisi lain, bisnis restoran dan coffee shop lokal tengah berusaha mati-matian untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis mereka di tengah pandemi. Pengunjung yang berkurang, tentu membuat penghasilan mereka merosot tajam.
Mau tak mau, harus ada langkah yang ditempuh, salah satunya; beralih ke moda delivery. Layanan pemesanan secara delivery sejatinya sudah ditawarkan oleh berbagai coffee shop, bahkan sebelum memasuki masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Kini, delivery menjadi satu-satunya tonggak penyelamat yang bisa membantu mereka tetap bertahan.
Suasana Kafe Ottoman's Coffee Foto: Mela Nurhidayati/kumparan
Para pengusaha kopi pun bersatu, berkolaborasi bersama. Mereka mengajak para pembeli dan pelanggannya untuk tetap menikmati kopi favorit, meski sedang di rumah aja.
Gerakan #togoisnotacrime, misalnya, yang memberikan promo dan diskon khusus untuk pembelian secara take away serta delivery menggunakan ojek online.
Kampanye tersebut telah dilakukan oleh 15 coffee shop lokal, mulai dari Ottoman’s Coffee, Amnesty Coffee, Two Coffee Beans, Common Grounds, Copper Club, Kavove, Karakter Kopi, Kopi Lima Detik, Lokal, Obar Bali, Pigeonhole, Say Something, Sensory Lab, SOSITI, dan ST. Ali per 16 Maret 2020 lalu.
“Dampak dari maraknya virus corona sangat luar biasa mempengaruhi kami, para coffee shop lokal. Akhirnya, salah satu pemilik coffee shop, dari Two Coffee Beans berinisiatif untuk mengumpulkan kami dan melakukan kampanye #togoisnotacrime bersama,” jelas Vanesha, salah satu founder Ottoman’s Coffee.
ADVERTISEMENT
Mereka menyadari, ada banyak pelanggannya yang tetap ingin menikmati kopi favoritnya, namun takut untuk keluar rumah dan bepergian. Melalui kampanye #togoisnotacrime, coffee shop lokal ingin menyampaikan, terlepas dari kondisi saat ini, mereka masih bisa menyajikan secangkir kopi terbaik.
Bukan hanya kampanye #togoisnotacrime saja, teman-teman coffee shop lokal lainnya, seperti Anomali Coffee, .TEMU, SMITH, Gordi, Tuku, Dua Coffee, Common Grounds, dan puluhan coffee shop turut menyuarakan gerakan #ngopidirumah.
Langkah ini tercipta setelah adanya diskusi dari sekelompok pengusaha kopi, untuk mencari solusi agar tetap bertahan usai melewati masa pandemi.
Sama seperti kampanye #togoisnotacrime, para coffee shop lokal yang tergabung dalam gerakan #ngopidirumah juga memberikan berbagai penawaran khusus untuk pembelian lewat delivery.
ADVERTISEMENT
Ada yang menawarkan diskon untuk produk minuman dan coffee beans, penjualan produk kopi yang bisa langsung diseduh di rumah, sampai berkolaborasi bersama yayasan sosial lainnya.
“Karena ada kecenderungan masyarakat sudah tidak pergi ke coffee shop untuk beli kopi, kami lalu terpikir untuk membuat suatu gerakan, agar orang tetap membeli kopi via channel apapun. Yang pasti, karena ini adalah masalah bersama, sehingga solusinya juga harus bareng-bareng,” ungkap Ryo Limijaya, Head of Sales and Marketing dari Anomali Coffee saat dihubungi kumparan.
Hingga saat ini, gerakan #ngopidirumah ini telah diikuti oleh lebih dari 150 coffee shop lokal --bukan cuma di Jabodetabek saja, tapi sampai ke berbagai daerah.
Apalagi, beberapa coffee shop yang punya banyak cabang seperti Janji Jiwa, FORE, Kopi Kenangan, Starbucks, Kopi Soe, turut menerapkan gerakan ini di seluruh outlet-nya.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya sekadar mengajak pembeli untuk tetap menikmati kopi dari coffee shop lokal lewat jasa delivery, kampanye #ngopidirumah juga membuat petisi yang ditujukan pada pemerintah. Dalam petisi tersebut, mereka meminta bantuan supaya bisa tetap bertahan dan menggaji karyawannya.
Suasana di Titik Temu M Bloc Foto: Safira Maharani/ kumparan
Joseph Erwin, COO dari .TEMU mengungkapkan, salah satu tujuan dari kampanye ini adalah meminta kebijakan dari pemerintah pusat atau daerah untuk memberikan stimulus selama beberapa bulan, khususnya biaya yang menyangkut operasional kafe.
Misalnya, pajak (PB1M PPh21, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan), serta utilitas (PDAM, PLN).
“Bantuan ini diharapkan supaya kami bisa mengembalikan kesehatan keuangan, tetap menggaji karyawan, dan semoga bisnis bisa kembali normal setelah wabah corona ini berakhir,” kata Joseph kepada kumparan.
ADVERTISEMENT

Berkolaborasi demi kepentingan bersama di tengah pandemi

Coffee shop bukan hanya sebuah bisnis, namun telah menjadi suatu komunitas. Terbukti, puluhan coffee shop lokal ini saling bahu membahu, guna menjaga keberlangsungan ekosistem bisnis bersama.
Saat pasar tengah lesu, sudah jadi tugas bersama untuk menghidupkannya kembali. Merangkul satu sama lain, bangkit bebarengan supaya bisa melewati masa krisis di tengah pandemi.
Ilustrasi coffee shop Foto: Shutter Stock
“Bersaing mungkin enggak, ya. Karena, menurut saya semua coffee shop ini punya target market sendiri. Dan situasi ini dirasakan secara global, jika kita sebagai pelaku usaha tidak bekerja sama untuk melewati bencana ini, bisa jadi nanti setelah corona, kita semua tidak ada yang survive,” imbuh Joseph.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan pula oleh Ryo Limijaya, penanda tanganan petisi #ngopidirumah bahkan tak lagi diikuti oleh coffee shop saja. Seluruh pelaku usaha F&B dan retail juga turut bergabung.
Sampai tulisan ini dibuat, setidaknya ada lebih dari 3800 orang yang sudah menandatangani petisi tersebut.
Petisi yang dibuat oleh para pengusaha bisnis kuliner lokal Foto: Dok. Istimewa
“Pada akhirnya, penikmat akan memilih sendiri kopi mana yang ingin mereka nikmati. Tugas kami pengusaha kopi atau F&B adalah untuk tetap diingat, dan menjadi pilihan bagi mereka,” tutur Ryo.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Vanesha dari Ottoman’s Coffee. Di momen krisis seperti ini, sudah tak ada lagi kata saingan sebagai pembatas. Yang paling utama, adalah bagaimana para pelaku bisnis F&B dan coffee shop lokal mendukung satu sama lain.
ADVERTISEMENT