Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ternyata, ketidaksukaan ini bukan disebabkan oleh cita rasanya. Melainkan, tekstur makanan berdasarkan tampilannya.
Makanan yang dilabeli, atau dideskripsikan memiliki cita rasa earthy atau mengandung bahan-bahan mentah cenderung dihindari beberapa orang. Apalagi, kalau sebelumnya tak terbiasa menikmati makanan sehat.
Temuan ini dijelaskan dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Food Quality and Preference. Dalam penelitian itu, disebutkan kalau salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilaan keputusan seseorang ketika memilih jenis makanan sehat; yakni persepsi tekstur.
Psikolog konsumen sekaligus pelopor penelitian, Dr. Cathrine Jansson-Boyd dari Universitas Anglia Ruskin melibatkan 88 orang, untuk menilai enam jenis biskuit gandum dengan enam kategori; kesehatan, cita rasa, kerenyahan, kenikmatan, serta keinginan untuk membeli hanya karena penampilan visualnya.
ADVERTISEMENT
Biskuit oat dipilih untuk menguji penelitian ini, karena punya dua sisi. Kudapan ini dipandang sebagai makanan sehat (karena kandungan oatnya), tapi juga tak menyehatkan karena berupa biskuit.
Hasilnya, penelitian ini mengungkapkan kalau produk makanan dengan tekstur yang terlihat menyehatkan, rupanya membuat konsumen berpikir kalau rasanya tak terlalu enak. Dr. Jansson-Boyd juga menganggap, hasil temuan dari studi tersebut bisa dijadikan pertimbangan oleh produsen untuk menciptakan makanan sehat yang bertekstur lebih halus.
"Makanan manis, seperti biskuit, punya penampilan yang kurang sehat, dan dapat meningkatkan persepsi rasa dan meningkatkan minat pembelian. Karenanya, para produsen makanan sehat dapat mengatur tekstur dan tampilan makanan jadi lebih lembut, untuk menghilangkan persepsi kalau rasa makanan sehat selalu tidak enak," ungkap Dr. Jansson-Boyd seperti dikutip dari Eat This, Not That.
Namun, menurut Cynthia Sass, RD, CSSD, ahli nutrisi di Los Angeles, Amerika Serikat, sejatinya ada dua jenis karakter konsumen: mereka yang mencari manfaat kesehatan dari makanan yang disantap, serta yang lebih mementingkan rasa.
ADVERTISEMENT
Karena itulah, alih-alih menipu lidah para konsumen yang mencari rasa, Sass menyarankan agar para produsen lebih mempromosikan unsur kesehatan dari makanannya.
Saat para konsumen tak lagi menjadikan cita rasa sebagai faktor utama dan lebih mementingkan manfaatnya, minat untuk mencoba makanan yang lebih sehat akan meningkat.
"Idealnya, tujuan yang harus diterapkan adalah menggerakkan lebih banyak orang, dari yang hanya mencari cita rasa, bisa lebih memperhatikan faktor kesehatannya. Setelahnya, produsen bisa memperkenalkan produk makanan sehat yang punya kedua faktor tersebut," pungkas Sass.