Tak Kalah Bergizi dari Salmon, Ini Manfaat Mengonsumsi Ikan Nila

26 Januari 2024 10:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan nila, sumber protein yang rendah lemak dengan kandungan protein sedikit lebih tinggi dibandingkan ikan salmon. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ikan nila, sumber protein yang rendah lemak dengan kandungan protein sedikit lebih tinggi dibandingkan ikan salmon. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, ikan nila menjadi makanan yang cukup populer di Indonesia. Selain dagingnya yang lembut dan gurih, ikan air tawar ini banyak digemari karena harganya yang cukup terjangkau dan mudah didapat.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak hanya itu, ikan nila juga menjadi sumber protein dengan kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Seorang ahli gizi, Qonita Rachmah S.Gz., M.Sc., menjelaskan keuntungan mengonsumsi ikan nila.
"Ikan nila adalah salah satu ikan yang memiliki tekstur sangat lembut dan duri yang minim sehingga cocok diberikan untuk anak kecil, apalagi, kandungan seleniumnya memenuhi 100 persen kebutuhan selenium bagi bayi usia 6-11 bulan. Jika khawatir dengan duri, maka sebelum dikonsumsi bisa terlebih dahulu dipresto maupun dikukus atau dipepes," ungkap Qonita seperti dikutip dari keterangan resmi eFishery yang diterima kumparan.
Ikan nila yang dibudidaya secara berkelanjutan menggunakan teknologi eFishery, menghasilkan ikan nila yang terjaga nutrisi dan kesegarannya. Foto: Dok. Istimewa
Qonita menambahkan, meski kandungan gizi ikan nila belum terdapat pada database makanan Indonesia, namun berdasarkan database makanan Amerika, ikan nila memiliki banyak nutrisi yang baik untuk tubuh.
ADVERTISEMENT
Menurut data USDA Food Database 2019, kandungan gizi ikan nila per 100 gram; yaitu 96 kalori energi, 20 gram protein, 1.7 gram lemak, 10 mg kalsium, 203 mg kalium, 170 mg fosfor, 41.8 gram selenium, 27 mg magnesium, 3.9 mg niasin (vitamin B3), dan 24 μg asam folat.

Cegah Kanker hingga Penurunan Kognitif

Kembali membahas tentang selenium, beberapa studi menunjukkan bahwa mikronutrien satu ini ternyata juga dapat membantu mencegah terjadinya berbagai jenis kanker, seperti kanker paru, kolorektal, kandung kemih, dan kanker prostat.
"Selain itu, selenium juga berfungsi mencegah penurunan fungsi kognitif; baik diberikan untuk lansia yang mengalami penurunan kognitif akibat proses penuaan (aging). Yang tidak kalah pentingnya, selenium juga merupakan mineral yang penting untuk membunuh radikal-radikal bebas dalam tubuh yang menyebabkan stres oksidatif,” ujar Qonita.
ADVERTISEMENT

Rendah Kalori dan Tinggi Protein

Ilustrasi menimbang berat badan. Foto: Shutterstock
Ikan nila merupakan sumber protein yang rendah lemak dan lemak jenuh, kandungan protein sedikit lebih tinggi dibandingkan salmon dan kandungan lemaknya lebih rendah dibandingkan salmon.
Secara umum, energinya juga lebih rendah dibandingkan salmon.
Jadi, ikan nila bisa menjadi bagian dari makanan diet untuk menurunkan berat badan, karena rendah kalori dan tinggi protein sehingga membuat perut lebih kenyang dan tidak mudah lapar.
Ikan seperti nila direkomendasikan untuk dikonsumsi dalam jumlah lebih besar untuk menggantikan protein hewani tinggi lemak lainnya, seperti daging merah atau daging olahan yang berhubungan dengan penambahan berat badan.

Kaya akan Omega 6

Omega-6 atau asam linoleat adalah salah satu lemak baik yang tinggi kandungannya di ikan nila dibandingkan omega-3. Omega-6 ini adalah asam lemak esensial yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, jadi penting untuk mengkonsumsi makanan tinggi omega-6 seperti ikan nila ini. Lemak baik omega-6 ini membantu menjaga level kolesterol tetap terkendali.
ADVERTISEMENT
"Omega-6 juga ternyata berguna untuk membantu sel otot kita merespons insulin, hormon yang sangat penting untuk mencegah diabetes melitus tipe 2 maupun mencegah kenaikan gula darah pada penderita diabetes, atau dengan kata lain dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin. Terakhir, ikan nila ini juga rendah kandungan merkuri karena ikan ini biasanya dibudidayakan secara massal, dan memiliki lebih sedikit kontak dengan polusi dibandingkan ikan jenis lainnya," tutup Qonita.