Unik! Saudara Kembar Asal Palestina Ubah Pesawat Jadi Kafe Kopi

17 Oktober 2021 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Boeing 707 yang diubah menjadi sebuah restoran di Palestina.
 Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Boeing 707 yang diubah menjadi sebuah restoran di Palestina. Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
Jika restoran dan kafe biasa berdiri di atas bangunan yang kokoh, maka lain halnya dengan tempat makan milik saudara kembar asal Palestina ini. Mereka mengubah pesawat terbang yang telah dinonaktifkan menjadi kafe dan restoran untuk masyarakat Palestina yang tidak pernah naik pesawat.
ADVERTISEMENT
Mengutip ABC News, diketahui masyarakat asal Palestina tidak pernah menggunakan pesawat terbang. Adapun mereka yang mampu membeli tiket pesawat harus melakukan penerbangan dari Yordania.
Tetapi di luar kota utara Nablus, sepasang saudara kembar bernama Khamis al-Saifari dan Ata telah mengubah pesawat Boeing 707 yang telah dinonaktifkan menjadi kafe serta restoran untuk dapat dinaiki pelanggan; khususnya bagi warga Palestina yang belum pernah naik pesawat.
''Sembilan puluh sembilan persen warga Palestina tidak pernah menggunakan pesawat terbang. Hanya duta besar, diplomat, menteri, dan wali kota kami yang menggunakannya. Sekarang mereka melihat pesawat terbang dan itu istimewa bagi mereka,'' ujar Khamis al-Sairafi.
Pesawat Boeing 707 yang diubah menjadi sebuah restoran di Palestina. Foto: JAAFAR ASHTIYEH / AFP
Mimpi si kembar berusia 60 tahun yang kerap berpakaian identik itu untuk mengubah pesawat menjadi kafe dan restoran sudah sejak tahun 1990. Bermula ketika Khamis melihat pesawat Boeing yang terlantar di dekat kota Safed, Israel Utara.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, pesawat sudah memiliki sejarah yang terkenal, yang mana telah digunakan oleh pemerintah Israel dari tahun 1961-1993; dan pernah menerbangkan Perdana Menteri Menachem Begin ke Amerika Serikat pada tahun 1978 untuk menandatangani perjanjian damai bersejarah Israel dengan Mesir.
Kemudian, pesawat itu dibeli oleh tiga mitra bisnis Israel yang bermimpi mengubahnya menjadi sebuah restoran, tetapi proyek itu gagal dilaksanakan. Selanjutnya, saudara kembar itu pun berinisiatif untuk membelinya dengan mencari salah satu pemiliknya.
Pada tahun 1999 mereka pun dapat membeli pesawat besar itu dengan harga USD 100.000 atau setara dengan Rp 1,4 miliar. Untuk membawanya ke Tepi Barat mereka harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar USD 50.000 atau setara dengan Rp 709 juta untuk keperluan lisensi dan izin.
ADVERTISEMENT
Pesawat Boeing 707 yang diubah menjadi sebuah restoran di Palestina. Foto: JAAFAR ASHTIYEH / AFP
Dalam proses memindahkan pesawat ke Nablus membutuhkan waktu 13 jam lamanya; yang mana membutuhkan pembongkaran sayap dan penutupan sementara jalan di Israel dan Tepi Barat. Setelah lebih dari satu dekade menabung, pada tahun 2020 mereka memutuskan untuk merenovasi pesawat.
Kemudian, setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merenovasi restoran unik itu, pesawat pun hampir siap untuk layanan penuh. Interiornya baru dicat, dilengkapi dengan listrik dan sembilan meja, serta pintu-pintu yang terhubung ke dua set tangga udara lama, memungkinkan pelanggan naik dengan aman. Pada bagian depan pesawat dicat dengan warna bendera Palestina dan ekornya dengan warna bendera Yordania.
Akhirnya setelah hampir 25 tahun membangun usaha ini, tepat pada 21 Juli lalu saudara kembar itu resmi membuka bagian kafe yang bernama “Restoran Maskapai Penerbangan Palestina-Yordania dan Kedai Kopi al-Saifari."
Pesawat Boeing 707 yang diubah menjadi sebuah restoran di Palestina. Foto: REUTERS
Kafe unik itu banyak di kunjungi oleh orang-orang yang datang bersama teman, pasangan hingga keluarga untuk dapat menikmati minuman di kafe yang terletak di bawah badan pesawat. Serta, banyak juga yang datang untuk berswafoto di dalam dan dikenakan biaya sekitar USD 1,5 atau setara dengan Rp 21 ribu per orang.
ADVERTISEMENT
Mengutip AP News, untuk selanjutnya mereka berharap bisa segera membuka restoran dalam pesawat tersebut. Mereka berencana memasang dapur di bawah badan pesawat untuk menyajikan makanan kepada pelanggan di dalamnya.
Namun, tujuan jangka panjang mereka untuk membangun kembali taman hiburan dan kolam renang masih jauh dari angan. Mereka menyatakan kekecewaan karena tidak menerima dukungan keuangan dari pemerintah kota dan sedang mencari investor.
“Insya Allah, saya berharap proyek ini berhasil dan menjadi yang terbaik,” tutup Ata al-Sairafi.
Reporter: Destihara Suci Milenia