Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
5 Pencipta Lagu Anak-anak yang Pernah Berjaya di Indonesia
9 Maret 2018 12:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Keberadaan musik anak-anak di Indonesia saat ini sudah jarang terdengar, bahkan bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Sehingga, anak-anak zaman sekarang lebih sering mendengarkan lagu orang dewasa, yang sebenarnya tidak cocok untuk didengarkan oleh mereka.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini sangat berbanding terbalik dengan era sebelum tahun 2000. Kala itu, lagu anak-anak yang tak terkontaminasi dengan lirik penuh cinta-cintaan, masih dapat dengan mudah dinikmati oleh kalangan anak-anak hingga remaja.
Kejayaan musik anak-anak di era itu tak akan terjadi tanpa adanya tangan dingin dari para pencipta lagu anak-anak yang berjasa untuk menyuguhkan musik tersebut.
Untuk mengapresiasi jasa mereka, kumparan (kumparan.com) akan membahas mengenai beberapa pencipta lagu anak-anak yang pernah berjaya di Indonesia, tepat pada perayaan Hari Musik Nasional yang jatuh pada Jumat (9/3) ini.
1. Pak Kasur
Pak Kasur lahir dengan nama Soerjono di Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Juli 1992. Ia merupakan seorang tokoh pendidikan di Indonesia. Selain itu, Pak Kasur juga memandu acara Taman Indria di TVRI stasiun pusat, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Nama Pak Kasur sendiri muncul karena ia kerap dipanggil 'Kak Soer' oleh sebagian besar anak buahnya di Gerakan Kepanduan. Lama kelamaan, julukan tersebut berubah menjadi 'Kasur'.
Setelah menjadi pemandu acara di TVRI, Pak Kasur mulai menjadi guru di HIS Ardjoena, Bantul, Yogyakarta. Ia juga melanjutkan pendidikannya di HIK, Bandung.
Sedangkan untuk di dunia musik, Pak Kasur mulai dikenal oleh anak-anak di tahun 1952 setelah menjadi penyiar acara anak-anak di Radio Republik Indonesia. Acara tersebut juga ternyata cukup digemari di Singapura. Hal tersebut akhirnya membuat Pak Kasur sering diundang untuk melakukan siaran tamu di negeri Singa itu.
Beberapa lagu ciptaan Pak Kasur yang terkenal di antaranya adalah 'Naik Delman', 'Balonku', 'Potong Bebek Angsa', 'Dua Mata Saya', 'Kebunku', dan masih banyak lagi. Selama hidupnya, Pak Kasur telah menciptakan lebih dari 200 lagu anak-anak. Pak Kasur sendiri meninggal dunia pada usia 78 tahun pada 26 Juni 1992.
ADVERTISEMENT
2. Bu Kasur
Tak hanya Pak Kasur saja yang berjasa dalam menciptakan lagu anak-anak di Indonesia. Namun istrinya, Sandiah, atau yang lebih akrab disapa Ibu Kasur, juga memiliki andil yang sama.
Sama seperti sang suami, Ibu Kasur juga merupakan seniman dan tokoh pendidikan di Indonesia. Mereka bertemu saat menjadi anggota Kepanduan Indonesia. Selain menjadi pembawa acara Taman Indria di TVRI, Ibu Kasur juga tampil di acara Hip Hip Ceria Ceria di RCTI yang tayang pada tahun 1990-an.
Selain menjadi tenaga pendidik dan pemerhati anak-anak, wanita kelahiran 16 Januari 1926 ini juga menciptakan banyak lagu anak-anak, seperti 'Sayang Semuanya', 'Kucingku', 'Bertepuk Tangan', dan 'Sembunyi'.
Semangat hidup Ibu Kasur dan dedikasinya terhadap dunia pendidikan anak-anak nyaris tak pernah padam. Bahkan ketika ia ditinggal pergi selamanya oleh suaminya pada tahun 1992, semangatnya yang hampir padam kembali menyala berkat dukungan dari kelima orang anaknya serta para kerabatnya.
ADVERTISEMENT
Tanggal 22 Oktober 2002, Ibu Kasur meninggal dunia di Jakarta karena penyakit stroke dan diabetes yang dideritanya. Ia pergi meninggalkan 5 anak dan 12 cucu. Jenazah Ibu Kasur dimakamkan di sisi pusara sang suami di Kaliori, Purwokerto, Jawa Tengah.
Sebelum tutup usia, Ibu Kasur berhasil meneruskan obsesi suaminya yang tertunda, membuat film anak-anak. Bersama seroang produser sekaligus juru kamera, Syamsudin obsesi itu terwujud dalam film berjudul 'Amrin Membolos'.
3. Ibu Soed
Ibu Soed yang memiliki nama lengkap Saridjah Niung merupakan seorang pemusik, guru musik, dan pencipta lagu anak-anak. Kecintaannya terhadap seni musik diwariskan dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J. F. Kramer, seorang pensiunan Kejaksaan Tinggi Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kepiawaian Ibu Soed di dunia tarik suara dan bermain biola ia perdalam di sekolah guru Hoogere Kweek School (HKS), lalu ia menuangkan ilmunya untuk mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS).
Kariernya di industri musik ia mulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Suara merdu Ibu Soed pertama kali disiarkan di radio NIROM di sekitar tahun 1927-1928. Sedangkan Ibu Soed mulai menciptakan lagu anak-anak karena didorong rasa prihatinnya melihat kondisi anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu.
Untuk menyenangkan mereka, Ibu Soed akhirnya menyanyikan lagu-lagu yang ceria. Dengan rasa patriotisnya, Ibu Soed ingin mengajar anak-anak untuk bernyanyi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Sepanjang hidupnya, Ibu Soed telah menciptakan lebih dari 400 lagu di tiga zaman yang berbeda, yakni Belanda, Jepang, dan Indonesia. Ratusan lagu tersebut rupanya tak mati tergerus oleh zaman. Sebut saja lagu-lagu berjudul 'Pelangi', 'Becak', dan 'Hujan', menjadi sederet lagu yang selalu mewarnai masa kecil setiap generasi.
ADVERTISEMENT
Selain menciptakan lagu anak-anak yang bernuansa ceria, Ibu Soed juga membuat lagu-lagu patriotik yang penuh dengan semangat nasionalisme. Beberapa di antaranya adalah 'Berkibarlah Benderaku', 'Indonesia Tumpah Darahku', dan 'Tanah Airku'. Ibu Soed tutup usia pada tahun 1993, di umurnya yang menginjak 85 tahun.
4. A.T Mahmud
Abdullah Totong Mahmud alias A.T Mahmud mulai tertarik untuk terjun ke dunia musik Indonesia pada tahun 1962. Kala itu, ia ditugaskan untuk kuliah di University of Sydney, Australia, agar mendapatkan sertifikat mata kuliah The Teaching of English As A Foreign Language, selama satu tahun.
Pada tahun 1963, ia mendaftarkan diri ke Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jakarta untuk meneruskan pendidikannya hingga sarjana. Di tahun yang sama, ia dipindahkan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Saat berada di SGTK, Mahmud mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat musik yang dimilikinya sejak lama. Di tempat itu pula, ia mulai menciptakan lagu anak-anak. Setelah itu, pria kelahiran 3 Februari 1930 tersebut memutuskan untuk meninggalkan kuliah Bahasa Inggris, keluar dari FKIP, dan menekuni musik.
Ketika menciptakan lagu anak-anak, Mahmud ternyata terinspirasi dan mempelajari lagu-lagu anak yang telah ada sebelumnya, seperti lagu-lagu ciptaan Ibu Soed, Pak Dal, dan para pencipta lagu anak-anak yang lain.
Beberapa lagu anak-anak yang diciptakan oleh A.T Mahmud adalah 'Pelangin', 'Main Ayunan', 'Anak Gembala', 'Timang Adik Timang', dan masih banyak lagi. Ia meninggal dunia pada tahun 2010 di usia 80.
5. Papa T. Bob
Untuk menciptakan sebuah lagu anak-anak, Erwanda alias Papa T. Bob harus bertatap muka terlebih dahulu dengan si penyanyi. Setelah bertemu, ia baru bisa membayangkan lagu seperti apa yang pantas untuk dibawakan oleh penyanyi tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia pernah menolak untuk menciptakan lagu bagi Joshua Suherman yang menjadi penyanyi anak-anak di era 1990-an. Hal itu dikarenakan ia tak pernah bertemu dengan Joshua secara langsung. Baginya, tatap muka menjadi salah satu elemen terpenting saat menciptakan sebuah lagu.
Beberapa lagu anak-anak ciptaan Papa adalah 'Bolo-bolo' yang dibawakan oleh Tina Toon, 'Jangan Marah', 'Tanteku', 'Katanya' yang dipopulerkan oleh Trio Kwek Kwek, 'Si Nyamuk Nakal', 'Du Di Dam', yang dibawakan oleh Enno Lerian, 'Lumba-lumba' yang dinyanyikan oleh Bondan Prakoso, dan masih banyak lagi.
Di tahun 1990-an, banyak yang mengatakan bahwa Papa merupakan salah satu miliarder di Indonesia. Namun, setelah industri lagu anak-anak mulai meredup, namanya pun sudah tak pernah terdengar lagi.
ADVERTISEMENT