Ade Jigo Ceritakan Momen Saat Tergulung Ombak Tsunami Selat Sunda

4 Januari 2019 8:44 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ade Jigo. (Foto: Instagram @adejigo)
zoom-in-whitePerbesar
Ade Jigo. (Foto: Instagram @adejigo)
ADVERTISEMENT
Bencana tsunami yang terjadi di Tanjung Lesung pada 22 Desember lalu mengakibatkan ratusan orang menjadi korban. Salah satunya, yang menimpa komedian Ade Jigo dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Sebelum musibah tersebut terjadi, Ade Jigo, Aa Jimmy, beserta band Seventeen sedang mengisi acara yang digelar oleh sebuah instansi pemerintah. Para figur publik ini juga menjadi korban bencana tersebut. Ade Jigo merupakan salah satu korban yang selamat, meskipun ia harus merelakan istrinya meninggal dunia karena kejadian nahas itu.
Ditemui di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Ade Jigo mengingat kembali musibah yang menimpa dirinya. Ia menjelaskan kronologi awal bencana tersebut terjadi.
"Secara firasat enggak ada. Pada saat kejadian 21.05 WIB itu, Jigo (Ade dan Aa Jimmy) sudah present Seventeen dan sudah turun (dari panggung). Memang kita sudah closing dan pada saat turun, saya sempat ke backstage untuk beres-beres, saya ambil anak saya mau saya ajak jalan-jalan ke depan panggung sambil nonton Seventeen," ucapnya mengawali pembicaraan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, istrinya, Meyuza, sedang menyuapi makanan kepada anak sulungnya yang berusia 4,5 tahun. Kemudian, dia diminta oleh istrinya untuk mengajak kedua anaknya menonton band Seventeen di depan panggung.
"(Ade menirukan omongan istrinya) 'Yah, nih ajak anak-anak ke depan untuk nonton, Bunda makan dulu'. Itu omongan terakhir ke saya dan dia sendiri enggak ada obrolan apa-apa," katanya.
Sebelum tsunami menerjang, Ade Jigo mengaku bahwa pembantunya sempat diajak bicara oleh istrinya. Meyuza berkata bahwa dia sempat melihat puncak gunung Anak Krakatau berwarna merah. Namun, pembantunya tidak tahu bahwa warna tersebut merupakan luapan dari dalam kawah.
"(Istrinya tanya) 'Mbak, itu apa Mbak, merah di atasnya?'. Mbak bilang, 'Itu ada orang kemah lagi bakar-bakar' dengan polosnya. Ya sudah, kita enggak kepikiran kalau itu meletus," tutur Ade.
Ade Jigo dan istrinya, Meyuza (Foto: Instagram @adejigo)
zoom-in-whitePerbesar
Ade Jigo dan istrinya, Meyuza (Foto: Instagram @adejigo)
Kemudian sekitar pukul 21.20.WIB, saat Seventeen akan menyanyikan lagu kedua, Ade dan anak bungsunya yang masih berusia 2,5 tahun berada di depan panggung sembari berjalan-jalan keliling area sekitar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Aa Jimmy dan istrinya sedang makan malam di belakang panggung bersama Meyuza. Sedangkan anak sulung Ade, sudah dibawa oleh pembantunya untuk ikut menonton penampilan Seventeen.
"Pada saat saya mau kasih tahu, mau balikkan badan itu, saya sudah lihat air datang. Namun, posisi air itu ya, kurang lebih 2 meter, bukan yang tinggi ya, karena saya posisi di samping," terangnya.
"Saya lari, orang sudah banyak yang teriak 'Air! Air!'. Lari lima langkah, saya sudah kegulung (sama air). Saya sama anak saya pelukan, gimana caranya saya selamat sama anak saya dan kegulung tuh kurang lebih lima menit. Saya sudah sentuhan macam-macam, ada besi, tembok, kayu, dan mohon maaf, ada manusia juga," lanjut Ade.
ADVERTISEMENT
Setelah gelombang air mulai tenang, Ade dan anaknya masuk ke dalam suatu ruangan yang mana di tempat tersebut ia memegang seutas tali yang melintas persis di depannya.
"Kemudian, saya ambil tali untuk naik ke permukaan biar anak saya bisa bernapas karena memang lama di dalam air sama saya, saya pun naik ke atas, saya pegang plafon atasnya itu ternyata tembok," jelasnya.
Kemudian, di dalam ruangan tersebut, ia tidak mendengar orang menangis, meminta tolong, menjerit, bahkan berteriak. Ia hanya mendengar banyak orang berdoa, istighfar, dan ada yang sedang berceramah. Ade merasa mendapatkan pengalaman spiritual selama berada di tempat tersebut.
"Itu ada laki-laki dan perempuan kayak orang ceramah. Saya dengerin itu, saya sedikit lihat bayangan orang kepalanya tuh kayak menghadap ke sana semua (sumber suara), termasuk saya sama anak saya dengerin. Enggak lama, pintu yang muat satu orang itu kebuka, tapi ke dalam melawan arus. Ya, secara nalar enggak masuk akal, harusnya pintu kebuka ke luar," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun sempat terheran-heran dengan kejadian yang sedang dialaminya waktu itu. Hingga akhirnya, ia dapat keluar dari gorong-gorong dan selamat dari musibah tersebut.
"Ini melawan arus karena air kan dari dalam kan, ini ke dalam. Itu kalau orang sudah takut, sudah panik, itu berebutan kan (keluar lewat pintu), ini enggak. Satu antre, bapak yang pertama tuh di depan saya lihat dia keluar, baru saya yang kedua. Saya minta tolang ke bapak yang tadi, 'Pak, tolong pegangin anak saya, saya sudah enggak kuat', saya bilang gitu. Bapak itu megangin, baru saya keluar," pungkasnya.