Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ajip Rosidi dalam Kenangan Anak: Ayah Sedang Menulis Roman, tapi Belum Selesai
30 Juli 2020 18:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sastrawan Ajip Rosidi telah beristirahat dengan tenang. Ajip meninggal dunia pada usia 82 tahun dan telah dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (30/7) siang.
ADVERTISEMENT
Usai pemakaman, anak bungsu Ajip, Titis Nitiswari, mengenang sosok sang ayah. Ia mengatakan almarhum masih punya semangat untuk menulis, bahkan sebelum tutup usia, Ajip rupanya sedang menulis roman tahun 1960-1970.
"Suatu pagi beliau punya ide untuk membuat roman, judulnya Menjadi Indonesia. Sudah ada di kepala, tinggal diketik. Karena bapak sudah susah untuk mengetik, maka saya bantu," ujar Titis, seperti dikutip dari Antara.
Namun, roman tersebut tak pernah selesai. Hingga akhirnya Ajip tutup usia.
"Ternyata baru delapan halaman karena mungkin sudah sepuh. Bapak bilang ada bagian fragmen yang harus dicek kebenarannya karena pada saat itu kondisi politiknya bapak sedikit lupa dan harus dicek dulu," kata Titis melanjutkan.
ADVERTISEMENT
Titis juga mengatakan bahwa Ajip sempat meminta dirinya untuk mengambil majalah di perpustakaan pribadinya yang berada dalam area yang sama dengan rumah mereka di Pabelan.
"Kemudian saya bawakan majalah Warta tahun 60 atau 70-an, lalu ditaruh ke tempat bapak, tiga hari sudah dibaca. Selanjutnya bilang akan meneruskan, tetapi keburu jatuh untuk kedua kalinya dan masuk rumah sakit," kenang Titis.
Seorang teman, kata Titis, sempat bertanya kepada Ajip apa tujuan akhirnya, dan dijawab bahwa dirinya ingin membuat sesuatu tentang Rasulullah SAW.
"Apakah itu buku, puisi, atau lainnya, saya belum tahu," pungkas Titis.
Ajip Rosidi Sempat Jatuh 2 Kali hingga Alami Pendarahan Otak
ADVERTISEMENT
"Waktu jatuh yang pertama itu pantat duluan, tetapi waktu itu tidak bisa gerak sama sekali. Lalu dibawa ke tukang pijat, akhirnya bisa gerak dan bapak merasa sudah bisa jalan. Memang sudah bisa jalan, tapi masih dituntun, " tuturnya.
Usai jatuh yang pertama, Ajip, lanjut Titis, mencoba untuk bangun sendiri, namun tidak kuat. Akhirnya ia jatuh kembali dan kepalanya terbentur.
"Keadaan bapak masih makan biasa, bertemu dengan tamu juga biasa. Jadi, kita memutuskan tidak dibawa ke rumah sakit. Tetapi, setelah 10 hari dari kejadian jatuh, malam-malam bapak muntah, kemudian paginya kami minta dokter yang biasa memeriksa bapak untuk memeriksanya," bebernya.
Ajip kemudian dibawa ke IGD dan dilakukan CT Scan. Ternyata ditemukan ada pendarahan di otak. Dokter pun langsung mengambil tindakan operasi pada 25 Juli lalu.
Kondisi Ajip sempat membaik, bahkan ia bisa bercanda setelah operasi. Namun, minggu malam, Ajip tiba-tiba mengalami kejang.
ADVERTISEMENT
"Kemarin dokter menyarankan untuk mengganti obat karena selama ini yang digunakan obat kejang generik, supaya diganti obat paten dan harus dibeli di Yogyakarta. Pada Rabu malam pukul 21.45 WIB, obat sudah disuntikkan, kemudian saya pulang, namun sekitar pukul 22.20 WIB dapat kabar bahwa bapak sudah meninggal," tutup Titis Nitiswari.