Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Akhir Cerita Tukang Bubur Naik Haji, Sinetron Terpanjang di Indonesia
28 Februari 2017 6:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Kamu tentu tak asing dengan Tukang Bubur Naik Haji. Drama yang ditayangkan di beberapa televisi swasta mulai 28 Mei 2012 dengan episode terakhir 7 Februari itu memecahkan rekor sebagai sinetron dengan episode terpanjang di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tukang Bubur Naik Haji tayang selama 4 tahun 9 bulan, dengan total 2.185 episode. Sinetron bergenre komedi yang dibintangi Mat Solar, Nani Wijaya, Uci Bing Slamet, Citra Kirana, Andi Arsyil Rahman, dan Latief Sitepu itu menceritakan tentang kehidupan seorang tukang bubur yang ingin berangkat haji ke Mekkah.
Ia mengumpulkan uang hasil berdagang buburnya agar bisa berangkat haji. Namun Mat Solar sebagai pemeran utama, tak memerankan tokoh tukang bubur sampai tamat. Ia mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Selepas menuntaskan kontrak yang tersisa, tokoh Bang Sulam si tukang bubur dimatikan. Ia diceritakan meninggal dunia di Arab Saudi karena sakit saat tengah membuka usaha bubur di Tanah Suci itu.
Kejayaan sinetron ini tak diragukan lagi karena pernah mengundang beberapa tokoh nasional bahkan internasional sebagai bintang tamu, antara lain Kristen F. Bauer, Ustaz Yusuf Mansyur, Kiki Farel, Cristiano Ronaldo, Wiranto, dan Hary Tanoesoedibjo.
ADVERTISEMENT
Tukang Bubur Naik Haji pun beberapa kali menyabet penghargaan di dalam dan luar negeri. Pada level domestik, sinetron ini memenangi penghargaan Panasonic Gobel Awards 2013 dan 2014 untuk kategori aktris, drama seri, sinetron terpuji, pemeran pembantu terpuji, dan drama seri favorit.
Sementara pada level internasional, Tukang Bubur Naik Haji memenangi kategori Drama Internasional di International Drama Festival Tokyo 2014.
Kamu yang tak sempat melihat episode terakhir sinetron itu bisa lihat di sini.
Saking panjangnya Tukang Bubur Naik Haji, para pemain dan kru sinetron tersebut sudah seperti keluarga sendiri karena hampir tiap hari menghabiskan waktu di lokasi syuting.
Senin (20/1), dua pemeran Tukang Bubur Naik Haji, H. Muhidin dan Rumana, berbagi cerita kepada kumparan.
Latief Sitepu yang memerankan H. Muhidin merupakan sosok orang kaya yang angkuh. Ia selalu memamerkan apa yang ia miliki.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran 74 tahun silam ini hingga kini masih punya semangat besar di dunia akting. Ia merasa bangga jadi bagian dari sinetron Tukang Bubur Naik Haji.
“Saya merasa puas di dunia akting. Kami (kru sinetron) sudah seperti keluarga,” kata Latief.
Meski harus menghabiskan waktu 12 jam lebih di lokasi syuting, Latief amat menikmati pekerjaannya tersebut.
“Alhamdulillah, bosen itu nggak ada. Cuma capek aja dan itu menurut saya manusiawi karena setiap hari kerja. Mau refreshing, kurang. Tapi itu nggak jadi masalah. Kuncinya ikhlas dan nggak boleh mengeluh,” ujar Latief.
Ia bercerita, tak pernah mendapat adegan sulit saat memerankan H. Muhidin. Semua adegan tergolong wajar karena akting yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
“Di Tukang Bubur itu suka-duka pasti ada saja. Tapi kebanyakan suka karena memang kami sudah seperti keluarga. Ada yang sakit, (tertimpa) kemalangan, apapun, pasti semua perhatian. Di lokasi syuting jadi nggak merasa sepi karena sudah seperti keluarga sendiri,” kata Latief.
Kekeluargaan inilah yang akan dirindukan Latief dari rampungnya Tukang Bubur Naik Haji.
Sementara Citra Kirana bercerita tentang peran Rumana di Tukang Bubur Naik Haji. Semula Ciki, panggilan Citra, menerima tawaran peran Rumana karena figur itu punya karakter berbeda dari peran-peran yang pernah Ciki mainkan sebelumnya.
Pada sinetron-sinetron terdahulu, Ciki selalu memainkan karakter antagonis. Tetapi di Tukang Bubur Naik Haji, ia berperan menjadi tokoh protagonois: ustazah.
Ciki pun tertarik dan merasa tertantang menjalani peran tersebut. Ia menyadari peran sebagai Rumana tak mudah dan butuh pendalaman.
ADVERTISEMENT
“Dalam kehidupan sehari-hari (antara Ciki dan Rumana) itu aja udah beda banget. Aku pun belum berhijab. Jadi belajar ceramah di depan banyak orang itu yang paling susah,” kata Ciki.
Meski gara-gara syuting, waktu bersama keluarga berkurang, Ciki memperoleh banyak ilmu dan pengalaman dari perannya sebagai ustazah.
Sama seperti Latief, Ciki pun akan merindukan rasa kekeluargaan yang sudah terjalin selama 4 tahun 9 bulan di Tukang Bubur Naik Haji (TBNH).
“Hal yang paling dikangenin dari TBNH ialah para pemain dan kebersamaannya,” tutur Ciki.
Latief dan Ciki berharap sinetron-sinetron Indonesia dapat menghadirkan sesuatu yang bermutu dan mendidik.
“Masyarakat itu suka sinetron yang mendekati realita. Banyak orang Indonesia di luar negeri kayak di London itu suka nonton TBNH karena katanya kayak pulang kampung,” ujar Latief.
ADVERTISEMENT
“Sinetron Indonesia harus sehat. Jangan jadi sinetron abal-abal. Kita harus bisa jadi contoh yang baik bagi masyarakat,” kata Ciki.
Nah, apa pendapatmu tentang sinetron-sinetron Indonesia?