Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
‘Alien: Covenant’ Menjelajah Planet Terpencil yang Gelap dan Berbahaya
10 Mei 2017 11:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Dibutuhkan lebih dari sekadar keberanian dan pengetahuan untuk menjelajahi sebuah tempat asing, terpencil serta bayang-bayang ancaman tak terlihat. Tetapi, bagi mereka-mereka yang berani mencoba hal baru, terombang-ambing dalam ketidaktahuan dan ketidakpastian adalah tantangan harga yang harus dibayar demi menorehkan sejarah.
ADVERTISEMENT
Sutradara Ridley Scott kembali melanjutkan kisah para petualang galaksi melalui ‘Alien: Covenant’. Sekuel dari ‘Prometheus’ yang dirilis pada 2012 lalu ini membawa kita melihat perjalanan kru pesawat luar angkasa untuk menemukan planet baru yang layak huni.
Dr. Elizabeth Shaw (Noomi Repace) dan droid David (Michael Fassbender) kembali melakukan misi petualangan untuk menemukan planet terpencil yang mereka pikir adalah ‘surga’. Tempat tersebut sangatlah gelap dan berbahaya.
‘Run’, ‘Hide’ dan ‘Pray’ seolah menjadi ultimatum yang paling tepat untuk para kru di pesawat Covenant. Lari adalah insting bertahan hidup yang lumrah, ketika kamu melihat seorang pria yang wajahnya diserang dan ditempel oleh seekor facehugger, makhluk yang bentuknya seperti jemari manusia dan kepiting dengan buntut panjang.
ADVERTISEMENT
Sejak film pertamanya, makhluk ini melompat dari dalam telur alien dan menempel pada wajah orang-orang, mentransfer benih-benih alien ke dalam tubuh yang nantinya akan menampakkan diri dengan menghancurkan dada inangnya.
Bersembunyi juga insting untuk melindungi diri dari bahaya. Pilihan terakhir ketika manusia merasa tak berdaya selain berdoa. Apalagi kamu tahu ada alien yang sedang berburu tamu-tamu tak diundang.
Ridley Scott bukanlah James Wann yang memacu adrenalin penonton lewat sosok makhluk gaib. Tapi dia bisa menghadirkan kengerian yang sama dengan mengeksploitasi ketakutan dan menebarkan cercah-cercah harapan bertahan hidup. Adegan begitu intens seperti pesta yang tak kunjung usai.
‘Arrival’ mengajarkan kita untuk mencoba terbuka dan komunikasi dengan alien, ‘Life’ yang dirilis 2 bulan lalu, mengajarkan para astronot agar tak melakukan eksperimen tanpa manajemen risiko yang superketat dan berlapis.
ADVERTISEMENT
Sementara ‘Alien: Covenant’ adalah pelarian menyenangkan dari realita, membawa berpetualang ke alam imajinasi, lalu bersyukur bahwa kita masih tinggal di bumi.
Film ini sudah mulai tayang di bioskop, lebih cepat dari jadwal penayangannya di Amerika Serikat.