Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Komedian Yadi Sembako baru saja mengalami rasa kehilangan yang dalam. Anak kelima yang ia beri nama Muhammad Fadil Akbar, meninggal pada Kamis (26/9) kemarin. Fadil yang lahir pada pukul 10 pagi, hanya bertahan selama enam jam karena jantungnya yang lemah.
ADVERTISEMENT
Yadi yang ditemui di kawasan Kapten Tendean, Sabtu (28/9) siang mencoba ikhlas atas apa yang terjadi.
"Alhamdulillah-nya sudah lahir di dunia walaupun hanya kurang dari enam jam lah, dari semenjak dia dilahirkan dari proses caesar," kata Yadi.
Komedian yang memiliki nama asli Suryadi Ishaq ini mengatakan tidak ada kejanggalan selama anaknya di dalam kandungan. Setiap dilakukan pemeriksaan kandungan, kondisinya normal. Begitu juga saat baru lahir. Tangisannya kencang selayaknya bayi yang baru lahir.
"(Tangisannya) kenceng (saat awal lahir), tapi lama kelamaan tangisannya berubah jadi makin pelan," kata Yadi.
Saat itu dokter yang menangani langsung mengambil tindakan dengan memasang selang oksigen dan memasukkan ke inkubator. Namun kondisinya menurun, sehingga oksigen yang awalnya tabung diubah ke mesin.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu saya tunggu lagi di luar, satu jam masuk lagi belum ada perubahan masih diinfus, pernafasannya juga di situ sudah berkurang. Dan itu sempat naik detak jantungnya di mesin itu, terus ngedrop lagi. Dan... di situ anak saya menghembuskan nafas terakhir," ujar Yadi dengan nada pelan.
Ujian bagi Yadi tak berhenti sampai di situ. Ia harus menyampaikan kabar berat itu ke istrinya yang sedang dalam pemulihan usai operasi.
Pria 46 tahun ini menuturkan, ia pernah melakukan hal itu sebelumnya dan tidak menemukan kendala berarti. Namun hanya dalam sinetron.
"Saya pernah main sinetron, menyampaikan hal itu kepada lawan main, tapi ini yang terberat karena kenyataan," ungkap Yadi menggambarkan kesulitannya.
Akhirnya Yadi meminta bantuan dokter dan perawat untuk mendampingi. Sambil menggendong anaknya yang telah tiada, Yadi masuk ke ruang perawatan sang istri.
ADVERTISEMENT
"Jadi perawat masuk ke ruangan, saya sudah enggak tahan. Pas bilang anak kita sudah enggak ada, habis itu nangis, sama semua, anak saya dari yang pertama sampai keempat ada semuanya. Keluarga juga nangis semua," tutur Yadi.
"Saya gendong dari inkubator. Saya minta maaf sebagai orang tua kurang berguna, tapi sudah maksimal menolong anak. Saya minta maaf sama anak saya, 'Tunggu yah dek di akhirat'," kata Yadi.
Saat ini kondisi sang istri menurutnya sudah membaik. Namun selalu sedih jika ada kerabat yang menjenguk.
"Mudah-mudahan kami diberi kesabaran dan kekuatan," ujar Yadi.