Andien Aisyah Gemar Berburu Kain Tradisional

5 November 2018 17:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andien (Foto: Instagram @andienaisyah)
zoom-in-whitePerbesar
Andien (Foto: Instagram @andienaisyah)
ADVERTISEMENT
Traveling menjadi salah satu kegiatan rutin dilakukan penyanyi Andien Aisyah. Tidak hanya sekadar menambah pengalaman, tapi traveling juga menyegarkan pikiran. Banyak hal lain yang bisa didapatkan dengan jalan-jalan, misalnya berbelanja koleksi kerajian khas dari suatu daerah.
ADVERTISEMENT
Andien dan suami tercinta Irfan Wahyudi alias Ippe, kerap kali mengunggah sejumlah foto yang memperlihatkan indahnya kain khas dari daerah yang di kunjungi.
Dalam salah satu unggahan, Andien mengaku bersyukur memiliki pasangan yang mempunyai kesamaan pandangan dalam mengapresiasi kain tradisional. Kebiasaan berburu ini juga, sudah dilakukan sejak keduanya masih berpacaran.
"Dari zaman pacaran, setiap datang ke sebuah daerah, biasanya langsung ke pengrajin dan "berburu" kain. Syukurlah saya punya dia, yang punya pandangan yang sama dalam mengapresiasi wastra nusantara," tulis Andien dalam keterangan foto.
Ditemui di kawasan Gandaria City, Jakarta Selatan, Andien menjelaskan kalau sang suami juga memiliki kebiasaan untuk banyak bertanya kepada para penenun kain.
"Kayak dia ke tempat penenun akan banyak banget tanya ke penenunnya. Misalnya dia 'kan fotografer, kalau dia enggak pergi sama aku, sama incerannya. Kayak cari yang khas sana," ujar Andien Aisyah, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Pelantun 'Metamorfosa' ini mengaku tidak mengetahui berapa banyak kain yang dimiliki sampai saat ini. Namun, ia menyimpan koleksinya itu dalam sebuah lemari. Kain-kain yang dibeli pun bermacam-macam.
"(Dari) banyak daerah sih, tapi cuma daerah yang kita lihat seksi gitu kainnya. Kayak Turki, terus dari Padang, dari kayak kain ulos gitu, songket segala macem ada di rumah selain kain dari Timur," kata Andien.
Lebih lanjut, saat membeli kain khas suatu daerah, ia mengaku harus bersaing dengan turis mancanegara yang juga berburu kain yang sama.
"Saingan kita yang beli itu orang-orang bule, kayak kemarin aku ke Maumere. Cuma ada dua, tapi satu dibeli orang Jepang. Maumere tuh enggak mulus jalannya tapi orang Jepang mau turun, gitu," beber ibu satu orang anak ini.
ADVERTISEMENT
Rasa prihatin pun dirasakan ibu satu anak ini. Ia khawatir jika masyarakat Indonesia tidak mencintai produk hasil karya lokal, suatu saat nanti, akan diakui negara lain.
Andien  (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Andien (Foto: Munady Widjaja)
"Ya maksudnya kalau bukan kita yang beli, orang luar yang beli. Dalam berpuluh-puluh tahun lagi, ternyata yang punya orang luar negeri kan, ya miris banget. Kayak aku ke Jepang, di toko secondhand ada kain Sumba, asli," lanjutnya.
Untuk urusan harga, kain-kain tersebut juga ia beli dengan harga yang bervariasi. Menurutnya, semakin alami pewarna yang digunakan maka harganya pun semakin mahal.
"Ada yang kayak Rp 20 ribu, Rp 30 ribu, gitu ada. Tergantung pewarna. Kalau alami semakin mahal, cuma sebenarnya kadang kita enggak mikir harganya," tandas Andien.
ADVERTISEMENT