Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Anggota DPR Minta Film 'Naura dan Genk Juara' Ditarik
22 November 2017 14:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Film 'Naura & Genk Juara' yang mulai tayang di sejumlah bioskop pada sejak 16 November lalu, menuai pro kontra. Pasalnya, film drama musikal untuk anak-anak itu menyisipkan adegan yang dianggap mendiskreditkan Islam.
ADVERTISEMENT
Dalam film itu, sosok para penjahat digambarkan memiliki brewok serta jenggot, dan kerap menyerukan takbir atau istigfar yang identik dengan atribut seorang muslim.
Anggota Komisi X DPR (membidangi pendidikan dan kesenian), Reni Marlinawati, menyebut film itu tidak layak untuk ditonton dan melenceng dari tujuan menghibur bagi anak-anak.
"Dalam konteks apapun, film anak-anak tidak boleh keluar dari norma dan nilai-nilai yang layak bagi anak. Jadi film anak-anak harusnya menyenangkan, menggembirakan, memotivasi, dan jadi tuntutan," ucap Reni kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (22/11).
Menurut Reni, film 'Naura & Genk Juara' di dalamnya ada unsur yang tidak sesuai kaidah film anak-anak, dan ada unsur yang mendiskreditkan pihak lain dalam hal ini umat Islam. "Jadi film ini sangat tidak layak sebagai film," kritik doktor pendidikan itu.
ADVERTISEMENT
Reni mengimbau kepada para pihak yang ingin memproduksi film, untuk tidak menyisipkan materi yang secara sengaja atau tidak mendiskreditkan pihak lain. Dalam hal ini menggunakan atribut agama yang dikonotasikan dengan adegan negatif.
"Film itu harus mengandung unsur hiburan dan unsur informasi. Tentu harus juga ada nilai edukasi, apalagi bagi anak-anak. Lalu tidak menyinggung SARA dan unsur lain yang menimbulkan kontraproduktif. Jadi jangan melampiaskan amarah dengan menyelubungkannya ke dalam film. Anak-anak harus dilindungi," tegasnya.
Sementara itu, Eugene Panji sang sutradara film, menyangkal sengaja memasukkan unsur atribut agama dalam filmnya. Dia menyebut film itu murni untuk menghibur anak-anak.
ADVERTISEMENT
“Aku cuma sutradara. kalau lihat di wall saya, saya pernah nulis, saya sedang sibuk berkarya. Urusan politik dan agama itu urusan kalian saja. Saya orang yang concern sama anak-anak, makanya saya enggak mau menyakiti hati anak-anak apalagi dengan memasukkan unsur agama dan politik ke dalam film anak-anak. Itu pure film anak-anak,” ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (21/11).
Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) Ahmad Yani Basuki, juga menampik ada unsur SARA dalam film yang dibintangi oleh anak-anak ini. Berikut penjelasan LSF kepada kumparan (kumparan.com):
"Film ini film musikal (seperti Petualangan Sherina). Berkisah tentang rombongan anak sekolah yang berkegiatan di sebuah hutan konservasi. Di tengah kegiatan itu ada 3 orang penjahat yang melakukan pencurian hewan dari kandang konservasi yang ternyata didalangi si petugas penjaga konservasi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Tiga orang penjahatnya bercambang dan bertampilan agak kasar, sebagaimana layaknya tampilan penjahat pada umumnya. Satu di antaranya memakai celana pendek bukan celana cingkrang. Oleh karena itu jauhlah dari gambaran saudara-saudara kita yang sering dipandang sebagai radikal/ teroris, karena jenggot dan model celananya.
Sebagai film setting Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, bisa-bisa saja penjahatnya beragama Islam. Sama wajarnya jika dalam negara yang mayoritas penduduknya non muslim penjahat non muslim. (Seperti dalam film Home Alone misalnya)
Ketika si penjahat di tengah malam di hutan lagi ketakutan karena mengira ada hantu, salah satunya berdoa. Karena dia muslim dia bacanya doa Islam. Tapi yang dibaca salah 'comot', yaitu doa mau makan. Karena itu ditegur temannya, doanya salah, doa makan. Ketahuan penjahatnya muslim- ya karena dia baca doa itu, yang cenderung latah-latah juga. Tapi tidak ada penggambaran spesifik atau kesan penegasan bahwa muslim itu jahat.
ADVERTISEMENT
Tidak bedanya jika ada film tentang kasus korupsi lalu koruptornya di dalam bui berdoa atau shalat, itu sama sekali tak berarti merepresentasikan Islam/umat Islam itu jahat. Bagi LSF, tidak terlihat adanya bagian yang secara jelas mendiskreditkan Islam?
Jika dihubung-hubungkan dengan penista agama, rasanya terlalu jauh berspekulasi. Kita tahu kalo penjahatnya muslim pun ya hanya karena dia baca doa itu. Ketika akhirnya si penjahat terkepung, salah satunya memang membaca istighfar. Tetapi sekali lagi, bagi LSF, itu tdak serta merta menggambarkan pelecehan dan penistaan terhadap Islam.
Untuk memahami film "Naura dan Genk Juara", kiranya memang perlu menonton langsung filmya. Dan akan semakin baik kalau pernah menonton film Petualangan Sherina, Home Alone dan atau Jenderal Kancil yg diperankan Ahmad Albar di masa kecilnya dahulu."
ADVERTISEMENT