Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Ardhito Pramono Suka Mengglorifikasi Rasa Sakit Lewat Lagu-lagu Wijaya 80
12 April 2025 18:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Rasa sakit kerap menjadi landasan grup musik Wijaya 80, dalam berkarya. Grup musik beranggotakan Ardhito Pramono, Erikson Jayanto, dan Hezky Joe itu memanfaatkan sensitivitas dalam merasa sebagai ilham untuk menciptakan musik.
ADVERTISEMENT
"Kami semua orang yang sensitif. Jadi kami gunakan rasa sensitif kami untuk dituangkan dalam lagu," kata Ardhito kepada kumparan di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/4).
Pengalaman cinta ditolak hingga kembalinya mantan yang toxic, dituangkan Ardhito dan kawan-kawan lewat EP Perjumpaan yang baru dirilis.
Lagu-lagu seperti Terakhir Kali, Pemain Lama, hingga Seharusnya Aku, adalah bagian dari realita para personel Wijaya 80.
Mujurnya, lagu berbalut musik Indonesia 80-an itu ternyata menuai sambutan positif bagi Wijayanti/Wijayanto, fans pengagum karya mereka.
"Itu semua kami tuangkan di kata-kata yang mungkin terdengar cheesy, tapi 80-an, ya, memang gitu. Bahwa cowok enggak apa-apa kok bertutur dan ngomong kayak 'di dadaku masih ada kamu'," tutur Ardhito.
"Dan enggak disadari, banyak yang merasa relate sama kondisi kayak gitu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ardhito tak membantah bahwa Wijaya 80 memang mengglorifikasi rasa sakit.
"Ya, tanpa mengesampingkan fakta, kami memang mengglorifikasi rasa sakit," umbar Ardhito.
TikTok Jadi Platform Persinggungan Musik 80-an dan Gen Z
Di TikTok, lagu-lagu Wijaya 80 jadi candu. Banyak orang mencurahkan perasaannya lewat konten berlatar lagu Terakhir Kali, hingga Seharusnya Aku.
Eriksen melihat fenomena ini sebagai upaya menyelam sambil minum air. "DNA" musik lawas dari Wijaya 80 tersampaikan, di sisi lain mereka bisa beriklan dengan gratis.
"Kadang orang ingin pakai lagu kita buat dapat vibe-nya juga. Banyak lagu underrated yang tiba-tiba naik di TikTok, yang kita enggak pernah tahu. Kita coba incar market itu juga. Kita juga incar dari segi lirik juga," tutur Eriksen.
Sementara, Ardhito berpendapat bahwa TikTok dan konten berlatar musik Wijaya 80 bisa jadi medium berekspresi bagi para Gen Z.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang pleset lirik lagu Wijaya 80, kayak 'tak ada patah hati yang sembuh di satu dan dua whiski', misalnya. Itu menjadi sebuah ruang berekspresi buat generasi muda juga," ucap Ardhito.
Fenomena ini membuat Ardhito dan Wijaya 80 bangga dan semakin optimis, musik bisa menembus ruang dan waktu, bagi segala kalangan usia.
"Itu yang membuat kami beranggapan, ini Wijaya 80 adalah proyek karya mengolah warisan musik. Dari yang awalnya optimis, sekarang jadi optimis banget," tutup Ardhito.
Rasa optimis itu kini dibawa sebagai sulut api motivasi Wijaya 80, mengarungi industri musik Tanah Air saat ini.
Berbagai panggung telah mereka lalui. Terdekat, Ardhito dan kawan-kawan bakal tampil di Java Jazz Festival 2025 yang siap digelar pada 30 Mei hingga 1 Juni 2025.
ADVERTISEMENT
Wijaya 80 juga akan merilis lagu berjudul Cukup Dewasa pada 25 April, dilanjutkan sebuah EP lagi setelah debut lewat EP Perjumpaan.