Arian 13 dan Sammy Seringai Ungkap Alasan Orang Harus Lirik Industri Podcast

16 Desember 2020 21:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arian 13 vokalis grup band Seringai Foto: Alexander Vito/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Arian 13 vokalis grup band Seringai Foto: Alexander Vito/kumparan
ADVERTISEMENT
Podcast saat ini mulai menjadi penyaji hiburan yang digandrungi kalangan remaja Indonesia. Salah satu podcast yang mulai menyita perhatian adalah Unfaedah Podcast bentukan para pendiri Lawless Jakarta, Arian 13 dan Sammy Seringai serta Gofar Hilman, Ucup, dan Roni.
ADVERTISEMENT
Di ICON 2020, acara virtual yang tayang di Kaskus TV, Arian 13 dan Sammy Seringai menjadi bintang tamu untuk membahas masalah podcast. Sammy menceritakan alasan dirinya dan teman-teman Lawless Jakarta membuat Unfaedah Podcast.
"Lawless Jakarta sudah pernah bikin vlog, tapi saat ini kami temukan formula baru yang lebih praktis dan nyaman, jadi vlog kami tinggalkan dan kami coba buat podcast Unfaedah ini," kata Sammy di ICON 2020 hari ke-3, Rabu (16/12).
Penampilan band Seringai. Foto: Instagram/@seringai_official
Sammy merasa saat ini podcast menjadi sangat ramai didengarkan oleh orang-orang Indonesia. Ia meyakini ada satu faktor yang membuat podcast bisa sepopuler sekarang.
"Mungkin banyak orang kurang selera sama lagu di radio dan kalau mau dengar penyiar, harus nunggu jam untuk mendengarkan dia. Podcast ini menjadi alternatif ketika orang suka sama konten atau satu persona tertentu dan bisa didengarkan di mana aja dan kapan aja," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 juga berpengaruh pada popularitas podcast. Sebab, tanpa harus terpaku pada layar ponsel, podcast bisa memberi hiburan di berbagai situasi dan kondisi.
"Karena pandemi, orang sekarang terbiasa dengan webinar, format zoom meeting, dan lain sebagainya. Sehingga, mendengarkan podcast itu jadi ramah di kuping. Jadi, bisa melakukan itu di kantor atau pas sama teman-teman," kata Sammy.
Arian (kiri) dan Sammy (kanan). Foto: Instagram @aparatmati.
Namun, banyak orang mengeluhkan fitur podcast yang saat ini masih kurang mumpuni jika dibandingkan dengan Youtube atau berbagai media sosial lain. Bagi Sammy dan Arian, hal itu seharusnya tidak masalah, mengingat semua media digital saat ini sudah saling berintegrasi.
"Untungnya, Lawless dan kami pribadi sudah melek sama media sosial. Jadi, kami bisa memanfaatkan media sosial dengan sebaik-baiknya. Kalau di podcast ada keterbatasan tidak bisa komentar atau repost, kami akalin itu dengan medsos. Ya, medsos itu jadi tools promo kita. Jadi, kalau ada episode baru biasanya di promo di medsos," ujar Sammy.
ADVERTISEMENT
"Benar. Kalau ada yang sudah dengar episode terbaru, biasanya mereka bisa komentar di Instagram atau Twitter. Itu yang paling sering, ya," sambung Arian 13.
Unfaedah Podcast sendiri belum mengetahui, apakah podcast berpengaruh pada bertambahnya pelanggan Lawless Jakarta. Namun, Sammy percaya, podcast bisa menghadirkan pangsa pasar baru yang menguntungkan.
"Kalau Unfaedah soal memperluas pasar Lawless, memang datanya belum ada. Tapi, kita ambil contoh dari band kami aja, Seringai, yang punya podcast. Ada temen yang bilang, dia senang dengerin podcast Seringai. Padahal, dia belum pernah lihat kita manggung. Nah, itu in a way 'kan memperluas market juga," tutur Sammy.
Selain itu, podcast juga sudah seharusnya dilirik oleh banyak orang, karena sistemnya yang mirip seperti radio konvensional. Melalui podcast, orang-orang bisa menarik perhatian brand yang ingin berpromosi.
ADVERTISEMENT
"Promo di podcast 'kan bentuknya bisa build in content, bisa juga adlibs gitu. Kalau untuk brand yang masuk, mungkin Unfaedah mengikuti image Lawless, ya. Jadi, alkohol, event musik, otomotif," kata Arian 13.
"Program cicilan rumah juga bisa. Karena banyak pendengar kita yang umurnya itu 20 sampai 27 tahun. Jadi, di usia segitu mungkin banyak pekerja baru yang butuh cicil rumah," tambah Sammy.