Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ario Bayu Merasa 'Hidup Kembali' Usai Main di Film Samsara
3 Juni 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Film Samsara kental dengan unsur teatrikal, tarian, dan budaya khas Bali. Ario Bayu , yang memulai kariernya di panggung teater, mengaku hidup kembali setelah bermain dalam film Samsara.
"Kalau perspektif pemain, saya jarang dapat kesempatan, kembali merasa hidup sebagai seorang aktor. Saya lahir dari teater. Panggung itu punya tekstur artistik berbeda. Hari pertama, ketika ditawari, saya langsung oke. Penawaran itu terjadi di sebuah cafe di Sudirman. Saya masih ingat betul," kata Ario di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.
Menurut Ario, Samsara adalah medium yang membuatnya bisa menggali lagi potensi keaktoran dalam dirinya. Bahkan Ario juga menari dan menekuni lokalitas Bali dalam film ini.
"Lewat Samsara, kayaknya saya balik lagi ke saya yang dulu, di mana ada medium yang belum saya eksplorasi, saya langsung terjun payung. Ayo, ayo," tutur Ario.
ADVERTISEMENT
Film Samsara membayar rasa bosan Ario terhadap perannya yang biasa dia kerjakan di film pada umumnya.
"Ini kesempatan menarik bagi saya. Kadang di sebuah industri, kita mengalami siklus, dan kebosanan itu terjadi. Dan di sini saya merasa hidup sekali lagi. Saya bangga bisa berkontribusi di film ini," ucap Ario.
Terlibat di Film Samsara, Ario Bayu Kesulitan Menari
Meski begitu, kesulitan juga dirasakan Ario. Dia mengaku kesulitan saat diharuskan menari dalam film ini. Padahal, elemen tari sangat penting untuk menggambarkan perannya dalam film bisu seperti Samsara.
"Dari segi keaktoran teater dan film, saya bisa. Tapi menari. Saya bukan penari. Tantangan saya di situ. Saya tidak bisa hidup kalau tidak ada Mas Iko di sini. Di mana ternyata ada hal yang begitu manusiawi, yang saya pelajari tentang tarian. Tarian itu ternyata bicara tentang jiwa," ujar Ario.
ADVERTISEMENT
Film Samsara yang mengambil latar tempat di Bali tahun 1930-an bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dia cintai.
Pria itu kemudian membuat perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya ritual itu justru menimbulkan penderitaan.
Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.
Produksi film melibatkan para seniman yang telah berpengalaman dan mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Mereka di antaranya adalah produser Gita Fara dan Aldo Swastia, penata busana Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, sinematografer Batara Goempar, I.C.S., dan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani (Bumi Bajra).
ADVERTISEMENT