Arswendo yang Tak Akan Melihat Novel Terakhirnya Terbit

20 Juli 2019 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persiapan misa pelepasan Jenazah Arswendo Atmowiloto di Gereja Matius Bintaro. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan misa pelepasan Jenazah Arswendo Atmowiloto di Gereja Matius Bintaro. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
ADVERTISEMENT
Arswendo Atmowiloto adalah penulis produktif. Semangatnya menulis tak padam hingga akhir hayat. Di pengujung hidupnya, dia menulis novel berjudul 'Barabas'.
ADVERTISEMENT
"Meski kesehatannya sudah menurun, beliau selalu menulis, entah itu di kertas atau di laptop. Beliau selalu menyempatkan menulis," kata Caecilia Tiara, anak ketiga Arswendo saat ditemui usai upacara pemakaman di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (20/7).
Novel 'Barabas' bercerita tentang Barabas yang bertobat. "Barabas adalah seorang pemberontak yang ditahan kemudian diselamatkan Yesus dari hukuman mati," ungkap Tiara.
Proses pemakaman Arswendo Atmowiloto di Sandiego Hills, Karawang, Jawa Barat. Foto: kumparan
Tiara menuturkan, mendiang ayahnya tak akan pernah menyaksikan Novel 'Barabas' terbit. Rencananya Barabas akan terbit pada 19 Agustus mendatang. "Novel terakhir beliau sedang diproduksi dan akan segera terbit," kata Tiara.
Semasa hidup, Arswendo telah menulis puluhan buku. Salah satu yang fenomenal adalah 'Keluarga Cemara'. Sastrawan senior itu juga tercatat pernah menulis 3 buku dengan tema penjara.
ADVERTISEMENT
'Menghitung hari' (1993), 'Khotbah di Penjara' (1994), 'Surkumur', 'Medukur' dan 'Plekunyun' (1995), tiga buku itu berisi pengalamannya saat tinggal di LP Cipinang.