Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bagaimana Nasib Panbers Tanpa Benny Panjaitan?
29 Oktober 2017 12:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Masih kah kau ingat waktu di desa
Bercanda bersama di samping gereja
Kala itu kita masih remaja
Yang polos hatinya bercerita
ADVERTISEMENT
Bait di atas merupakan sepenggal lirik milik salah satu grup band legendaris Indonesia, Panbers (Panjaitan Bersaudara), yang berjudul 'Gereja Tua'. Lagu ini pernah begitu populer di masanya, sekitar tahun 1970-an.
Panbers sendiri sudah berdiri tahun 1969 di Surabaya, Jawa Timur. Meskipun didirikan di pulau Jawa, sebenarnya seluruh anggota Panbers memiliki darah Batak, yang terdiri dari 4 kakak-beradik, antara lain Hans Panjaitan, Doan Panjaitan, Benny Panjaitan, dan Asido Panjaitan. Dalam berkarya, mereka terinspirasi dari grup band Koes Bersaudara yang telah lebih dulu terjun ke belantika musik Indonesia di tahun 1960-an awal.
Perjalanan karier Panbers dimotori oleh si anak ketiga, yakni Benny Panjaitan. Nama mereka mulai dikenal sejak penampilan pertamanya lewat panggung di Istora Senayan, Jakarta pada acara Jambore Bands. Di sana, mereka sudah membawakan lagunya sendiri. Setelahnya, mereka mulai kerap muncul di TVRI, satu-satunya siaran televisi yang ada di Indonesia era itu.
ADVERTISEMENT
Senada dengan pepatah 'Usaha Tidak Pernah Mengkhianati Hasil', karya mereka akhirnya semakin diterima oleh masyarakat luas, dan nama 'Panbers' pun mampu sejajar dengan 'Koes Plus' yang telah lebih dulu eksis. Mereka bahkan digadang-gadang menjadi salah satu band pelopor di industri musik Tanah Air. Kehadiran Panbers, secara cepat diikuti oleh puluhan musisi yang turut meramaikan perkembangan dunia musik Indonesia sampai saat ini.
Selama kurang lebih 30 tahun nama Panbers terus eksis di industri musik Indonesia. Ratusan judul lagu telah mereka ciptakan, dan tak sedikit yang menjadi hits andalan. Seperti misalnya adalah Gereja Tua, Musafir, Terlambat Sudah, Pilu, Hidup Terkekang, dan masih banyak lagi.
Waktu terus berlalu, memakan usia personil-personil Panbers yang sudah tak lagi muda. Masa kejayaan dan karier Panbers mulai terhentak saat harus kehilangan satu persatu personil di dalamnya. Pada tahun 1995, kakak tertua, Hans Panjaitan, wafat di usia 49 tahun karena mengidap penyakit jantung yang telah lama menggerogoti tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum Hans meninggal, Panbers sempat merekrut seorang personil baru, di luar keluarga Panjaitan. Dia adalah Maxi Pandelaki, seorang pria berdarah Minahasa yang merupakan tetangga dan sahabat Panbers sejak kecil. Kemudian beberapa waktu setelah Hans meninggal, mereka kembali merekrut dua orang personil bernama Hans Noya dan Hendri Lamiri.
15 tahun sejak kepergian Hans, Panbers kembali ditinggal oleh personilnya, yang merupakan kakak kedua, yakni Doan Panjaitan. Doan meninggal akibat penyakit gagal ginjal dan komplikasi yang dideritanya. Meskipun telah ditinggal oleh dua orang personil aslinya, Panbers tetap bertekad untuk meneruskan karya-karya mereka yang akan selalu abadi.
Namun, duka seakan tak pernah lelah menghantui Panbers. Benny Panjaitan, sang pentolan dari grup band legendaris ini, akhirnya harus berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa, beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 2017, akibat penyakit stroke yang telah ia derita selama 7 tahun terakhir ini.
Lantas, bagaimana kelanjutan Panbers setelah ditinggal oleh Benny? Mengingat perannya dalam band ini begitu penting. Perannya di Panbers dapat disejajarkan dengan John Lennon di The Bealtes, Mick Jagger di Rolling Stones, atau bahkan Ahmad Albar di God Bless.
ADVERTISEMENT
Ternyata, sebelum meninggal dan masih dapat berkomunikasi, Benny, sempat meninggalkan pesan kepada adik bungsunya, Asido Panjaitan, untuk dapat terus melanjutkan perjuangan Panbers. Ia tak rela jika Panbers harus mati begitu saja.
"Saya terutama sebagai adik yang paling kecil, sebelum dia meninggal saya udah bilang ‘Bang, kita lanjut ya’, dia bilang, ‘Lanjutkan Do, selama kamu masih bisa main drum, kamu tetap jadi pemain drum Panbers, lanjutkan itu, anak-anak kita juga punya, nanti mereka berkeinginan sendiri sampai mereka mau sendiri kayak kita’," ungkap Asido, baru-baru ini.
Meskipun sempat merasa tak yakin dengan kelanjutan Panbers, dengan formasi yang sudah tak lagi sama, apalagi di tengah-tengah 'musik kekinian', namun Benny tetap menguatkan hati Asido untuk tetap melestarikan karya-karya Panbers.
ADVERTISEMENT
Rasanya memang tak mudah untuk menggantikan suara Benny sang vokalis yang memiliki ciri khas lengkingan indah dalam bernyanyi. Namun kala itu, Benny yakin jika akan ada seseorang yang paling tidak dapat menyerupai suara emasnya itu.
"Dia juga bilang gini, 'Do, lihat vokal-vokal Anda, lanjutkan aja dulu, kau juga bentuk ya, biar nanti yang menilai masyarakat saja, kalau kau juga tidak bisa menilai. Karena untuk mencari yang sama tidak mungkin ada yang sama, kalau mendekati pasti ada'," ujar Asido, berusaha mengenang pesan-pesan kakak-nya itu.
Selain itu, menurut Asido, Benny juga berpesan, agar mereka tidak mengurangi atau bahkan menghilangkan keaslian aransemen milik Panbers. Ia tak ingin jika citra rasa dan ke-khas-an Panbers pudar di telinga-telinga orang yang mendengarkannya sekarang.
ADVERTISEMENT
"Lalu dia bilang, 'Orisinil musiknya jangan berubah, nanti anda jangan tambahkan lain-lain lagi, cukup dengan formasi 4 orang ini, paling kau tambahkan biola, itu juga kalau perlu sekali, kalau urgent, acara besar begitu'," lanjut Asido.
Saat ini dan ke depannya, Panbers akan digawangi oleh empat personil, yakni Asido Panjaitan, Maxi Pandaleki, Hans, serta Isran Panjaitan. Rencananya, mereka juga akan menciptakan sebuah album baru untuk mengobati rasa rindu para penggemarnya.
"Kalau untuk album, kita masih mau bahas dulu karena materinya kan kita belum kumpulin lagi untuk lagu barunya. Tapi yang pasti format lagunya, aransemennya, kita masih orientasinya masih ke Panbers tahun 70-an itu, karena ada ciri khas dari musik atau aransemen Panbers yang jangan kita ubah, supaya warnanya tuh jangan ilang, kita pertahankan aja itu," jelas Maxi Pandaleki, pada kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana mereka menghadapi persaingan di industri musik masa kini?
"Pokoknya, kita enggak pernah takut dengan istilah jadul. Ya enggak apa-apa, jadul itu oke kok, jangan takut. Pokoknya kita akan tetap berkarya!," ucap Asido dengan semangat.
Ya, tak dapat dipungkiri, karya-karya Panbers memang selalu membekas di hati para penggemarnya. Bukan hanya mereka yang sudah berusia lanjut saja, namun generasi muda masa kini juga ada yang mencintai karya-karya mereka.
Sebut saja band rock Kelompok Penerbang Roket, yang pernah menggubah lagu-lagu milik Panbers dan dijadikan sebuah album berjudul 'Tribute to Panbers' pada tahun 2015 lalu. Album tersebut mereka persembahkan sebagai tanda cinta mereka terhadap karya-karya milik Benny Panjaitan dan saudara-saudaranya.
"Sebenarnya, Panbers itu jadi movement bagi kita. Dari sekian banyak band 70-an, salah satunya Panbers, menjadi inspirasi banget. Bikin gue, dan anak-anak KPR sama mungkin band-band sekarang, lebih punya spirit buat ngebanggain Indonesia," ujar John Paul Patton, pemain bas sekaligus vokalis KPR, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
"Lagu-lagu Panbers kita pilih karena punya warna yang bisa dibilang berbeda, tapi punya esensi yang sama dengan KPR. Suka-suka lah gitu, lagunya sangat-sangat ekspresif," lanjut pria yang kerap disapa Coki tersebut.