Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Drama 'Ikan Asin' menjadi salah satu kasus yang mendapat sorotan publik nasional, beberapa waktu lalu. Fairuz sebagai korban, merasa ada pihak yang memanfaatkan kasus itu untuk popularitas.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sempat diungkapkan Fairuz lewat unggahan di media sosialnya beberapa pekan lalu.
"Terlalu banyak manusia fake. Demi kepentingan program ataupun vlog tanpa berpikir apa yang sebelumnya orang itu perbuat. Mau dzalim kayak apapun orang itu," tulis Fairuz.
Ditemui di kawasan Sudirman, Minggu (29/9) kemarin, Fairuz kembali menegaskan hal tersebut.
"Yang paling sedih tuh kalau seandainya pakai nama kita dulu gitu, berujung dengan si artis itu diusik kehidupannya, terus pansos yang akhirnya membuat merugikan kita. Menguntungkan sesuatu hal yang enggak seharusnya diuntungkan, gitu," kata Fairuz.
Menurut Fairuz, publikasi memang menjadi hal penting untuk mencapai popularitas. Namun, publikasi harus didasarkan pada kemampuan artis yang mumpuni. Sebab, yang bisa membuat seseorang bertahan di industri hiburan adalah karya.
ADVERTISEMENT
Fairuz teringat pesan dari almarhum ayahnya, A Rafiq, seorang penyanyi dangdut legendaris Tanah Air.
"Aku inget almarhum papaku pernah bilang, papa tuh banyak banget kasih aku masukan karena kan kita tahu ya, dari tahun 70-an papa udah berkarya bersama teman-temannya," ujar Fairuz.
"Dia selalu bilang sama aku, 'Jadilah seorang aktor atau aktris yang benar-benar mempunyai skill. Kalau kita artis yang mempunyai skill, semakin lama kita itu akan semakin bersinar, semakin baik. Tapi kalau kita menjadi karbitan, itu semakin lama semakin redup'. Nanti kita lihat aja sendiri, pasti bakal ada suatu masanya," kata dia.
Kondisi ini, jelas Fairuz, berbeda dengan artis di luar negeri. Di Korea Selatan, misalnya. Bahwa untuk menjadi seorang artis dibutuhkan perjuangan berat, bahkan harus melalui masa training yang ketat.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa teman, pas aku ke Korea, 'Ah gue pengin jadi artis di Indonesia, di Indonesia jadi artis gampang, di sini susah'. Yah kan malu banget dipikirnya artis Indonesia itu bisa ada di posisi sekarang itu gampang. Sebenarnya kan enggak," ujar Fairuz.
Ia pun berharap kondisi ini dapat berubah. Ia tidak ingin generasi mendatang terus berpikir bahwa untuk menjadi artis itu mudah. Istilahnya, tidak punya kemampuan atau bakat, seseorang tetap bisa menjadi artis.
"Intinya satu sih, jangan dikasih tempat aja," imbuh Fairuz A Rafiq.