'Banyak Komedian Bisa Kaya Bukan karena Melawak'

8 April 2018 12:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Coki Pardede dan Joshua (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Coki Pardede dan Joshua (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dunia komedi di Indonesia terus mengalami perkembangan. Kini semakin banyak acara stand up comedy digelar rutin di berbagai kota di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Belum lama ini sebuah pertunjukan komedi tunggal bertajuk LocalStandUpDay 2018 baru saja digelar. Dalam pertunjukan yang menghadirkan beberapa genre komedi dalam 5 sesi itu menghadirkan kurang lebih 30 komika.
Joshua Suherman salah satu anggota dari Majelis Lucu yang menjadi inisiator acara tersebut, ingin lebih mengangkat kedudukan komedi di mata masyarakat. Ia berharap pertunjukan komedi nantinya bisa sejajar dengan konser musik misalnya.
“Bukan cuma stand up mungkin ya, pada umumnya acara komedi,” katanya ketika ditemui di Kuningan City, Jakarta Selatan.
Menurut Joshua lewat pertunjukan tersebut penonton bisa menikmati suatu suguhan yang tak bisa mereka dapatkan di televisi. Sehingga dengan acara ini nantinya penonton bisa melihat sisi lain dari dunia stand up comedy.
ADVERTISEMENT
“Nah kita ingin menerangi sisi yang belum diterangi itu,” ujarnya.
Coki Pardede dan Joshua (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Coki Pardede dan Joshua (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Coki Pardede, salah satu komika tanah air yang juga anggota Majelis Lucu turu anagkat bicara. Menurutnya pertunjukan off air merupakan nyawa dari stand up comedy.
“Pokoknya pada saat seorang seniman naik ke TV, dia sudah terikat pada aturan-aturan di mana dia tidak bisa jadi dirinya sendiri,” ungkap Coki.
Menurutnya dalam pertunjukan tersebut memang menghadirkan beberapa materi sensitif yang tidak dapat di terima banyak orang. TV yang sifatnya tak bisa menyaring audiens tentu tak dapat menampilkan hal tersebut.
“Makanya tiketnya mahal karena kami komedinya tidak untuk semua orang. Karena memang komedi di sini membutuhkan keterbukaan pikiran juga,” kata Coki.
Menurut Coki lewat pertunjukan tersebut juga mereka ingin memberikan pemahaman pada masyarakat bahwasanya komedian punya kesulitan yang sama dengan para musisi. Banyak komika yang tak dapat hidup cukup hanya modal 'melawak'.
ADVERTISEMENT
“Karena kita lihat ekosistemnya di Indonesia tuh banyak komedian tidak bisa kaya dari genrenya sendiri, semua komedian yang kaya itu kaya bukan karena lawaknya dia, dia kayak karena nge-MC, main iklan,” katanya.
“Tapi kalau dia bikin show lawak jarang orang mau datang. Entah kenapa orang Indonesia tuh malas bayar acara stand up dengan harga mahal,” tambahnya.
Namun belakangan mereka melihat harapan saat Pandji Pragiwaksono dan Ernest Prakasa membuat rangkaian tur stand up comedy dengan harga tiket yang luamayan mahal. Hal itu seolah membuktikan bahwa masyarakat sudah mulai bisa menghargai seni komedi tunggal itu.
“Tujuan kita juga ingin memperbaiki ekosistem supaya masyarakat Indonesia sadar bahwa komedi bukan cuma stand up adalah seni yang mahal,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT