Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
kumparan mendapat tamu spesial di siang hari yang cerah beberapa waktu lalu. Aktor Baim Wong, aktris sekaligus DJ Tiara Eve, penulis novel 'Jakarta Undercover' Moammar Emka, dan sutradara Fajar Nugros. Yay!
ADVERTISEMENT
"Enak ya, kantornya," ujar Tiara dan Emka ketika memasuki kantor kumparan. Kami pun berbincang di Common Room seraya menikmati camilan dan kopi.
Mereka dengan antusias cerita tentang proses pembuatan film 'Jakarta Undercover'. Pembicaraan dimulai dari Emka selaku pemilik cerita. Jika kamu belum tahu, 'Jakarta Undercover' telah memiliki 4 seri. Yakni 'Sex in the City', 'Karnaval Malam', 'Forbidden City', dan 'Pesta yang Tak Pernah Usai'.
"Yang pertama terbit di tahun 2003. Yang kedua tahun 2005, lalu tahun 2007, dan yang keempat itu tahun 2015. Risetnya sudah dari tahun 1990-an," jelas Emka yang juga menulis buku bergenre romantis seperti 'Dear You'.
"Sampai bosan kebanyakan bahan soalnya setiap minggu selalu ada bahan baru. Nah, aku mau kasih sentuhan baru yang berbeda dari dari 4 buku sebelumnnya. Jadi, di tahun 2017 ini, aku mau mengeluarkan novel. Rilisnya akhir Februari, barengan dengan filmnya."
ADVERTISEMENT
Emka menambahkan, novelnya akan memiliki point of view yang berbeda dengan film terbarunya, 'Jakarta Undercover'. "Tidak 100 persen akan sama dengan filmnya. Sudut pandangnya akan lebih lengkap di novel," jelasnya.
Pertanyaan beralih pada Fajar. Ditanya mengenai novelnya, ia mengaku telah membaca 'Jakarta Undercover' sejak duduk di bangku SMA.
"Zaman dulu kan, sisi lain Jakarta itu masih tertutup dan belum tentu terkuak. Sekarang, informasi sudah sangat luas, malah bukan undercover lagi, sudah terang-terangan," ujar Fajar.
Tiara sendiri, meski DJ, juga mengaku tidak tahu-menahu akan tempat-tempat tersembunyi yang menghadirkan sisi lain dunia malam. Padahal, ia sendiri adalah seorang DJ yang kerap tampil di beberapa kelab di Ibukota.
"Aku nggak nyangka ada tempat-tempat kayak gitu dan aku sendiri sebagai DJ nggak tahu. Aku nggak pernah tampil di tempat yang kayak gitu dan ada suguhan suguhan kayak gitu. Satu kata, 'What?!' sih," terang Tiara.
ADVERTISEMENT
Menurut Baim yang sambil asyik menikmati hidangan, 'Jakarta Undercover' adalah sisi lain kehidupan malam di Jakarta yang mungkin banyak orang tidak tahu.
"Filmnya sendiri mengusung genre yang berbeda dengan film-film lainnya. Butuh keberanian juga buat bikin film ini, yang dalam arti konteksnya, pasti mengisahkan sesuatu yang kita sendiri sudah tahu dari judul dan isi buku 'Jakarta Undercover' sebelumnya," jawab Baim.
Fajar mengaku, pada awalnya, ia tidak tertarik untuk menyutradarai 'Jakarta Undercover'. Setelah berpikir berulang kali, Fajar pun menerima tawaran tersebut.
"Aku pikir, menjadikannya sebagai petualangan untuk mengarungi Jakarta di malam hari itu seru. Kayak petualangan untuk "Oh, ternyata Jakarta begini ya," kata Fajar seraya terhenyak di bantal.
Perbincangan selanjutnya membahas soal isu sensualitas dalam film. Menurut Fajar, 'Jakarta Undercover' samasekali tak mengkampanyekan pornografi. Simak cerita selanjutnya!
ADVERTISEMENT