Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pemilik nama lengkap Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo itu mengungkapkan kisah perjalanan kariernya dalam Inspiring Career Chat di perayaan ulang tahun kumparan #FourTheFuture , hari ini, Minggu (31/1).
"Sebenarnya sederhana, artinya saya enggak tahu mau jadi apa. Cita-cita dari kecil adalah pesulap, terus saya berhenti beberapa tahun lalu ketika meraih tujuan saya menjadi juara dunia (mendapat Merlin Award 2010 sebagai Mentalist of The Year)," tuturnya.
Deddy mengatakan, kesempatan buat masuk ke dunia digital sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun, bisa berhasil atau tidak di bidang tersebut tergantung bagaimana seseorang memanfaatkannya.
"Kita udah tahu dunia akan berubah digital. Nah, pertanyaannya, kalau udah tahu kenapa dari dulu cuma menikmati (dan) enggak melakukan apa-apa? Artis yang baru masuk (ranah) digital dan berhasil itu enggak banyak karena telat mengambil langkah," tegas pria berusia 44 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Kunci Sukses dalam Karier ala Deddy Corbuzier
Dari yang dulunya menggeluti dunia sulap, hingga kini berkecimpung di dunia maya, Deddy menyebut kuncinya adalah adaptasi dan kegigihan.
"Saya rasa kita harus adaptasi, seni juga harus adaptasi. Entertainer harusnya bisa ke mana saja. Kalau tidak gigih di dunia digital, you're gone. Yang pertama saya lakukan, ya, saya tekun dan gigih," lanjutnya.
Meski awalnya dikenal sebagai mentalist dan kini berubah sebagai YouTuber , ayah dari Azka Corbuzier itu mengaku 10 tahun ke depan ingin tetap diingat sebagai Deddy Corbuzier.
"Sepuluh tahun ke depan tergantung keadaan, karena saya belajar di pandemi ini satu hal, semua bisa datang tiba-tiba," ucapnya.
Adaptasi dan kegigihan yang dilakukan Deddy Corbuzier juga diterapkan oleh Enesis Group. Ryan Tirta Yudhistira selaku Chief Sales & Marketing Officer Enesis Group mengatakan, tanpa adanya adaptasi perusahaan bisa gulung tikar, terutama di tengah pandemi seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan adaptasi itu, Enesis Group melakukan berbagai hal salah satunya memahami perilaku milenial dan generasi Z, yang kini populasinya sudah 50 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia.
"Milenial itu generasi yang setelah bangun tidur ngecek handphone, dan sebelum tidur juga ngecek handphone. Ini perilaku yang harus dicermati. Kalau kita memasarkan produk tapi enggak mengerti sama perilaku milenial, tentu bakal gulung tikar," jelasnya.
Supaya tetap relevan dengan gaya hidup kekinian, Enesis Group turut aktif di ranah digital mulai dari YouTube sampai mengembangkan layanan di e-commerce.
Selain itu, untuk membantu upaya Indonesia keluar dari pandemi COVID-19, Enesis Group juga melakukan beragam kampanye yang melibatkan berbagai pihak dan memberikan produk Amunizer secara cuma-cuma. Amunizer merupakan vitamin C 1000 miligram dan mengandung herbal yang digunakan untuk memerangi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Kami jadi satu-satunya brand yang mengumumkan kalau kamu didiagnosis positif COVID-19, kami kasih gratis Amunizer selama dua minggu isolasi mandiri. Karena enggak cuma enggak boleh keluar (rumah), tapi harus jaga daya tahan tubuh juga," ujar Ryan.