Cerita Kembaran Ifan 'Seventeen': Duduk di Samping Dylan saat Tsunami

27 Desember 2018 10:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Riefian Fajarsyah alias Ifan 'Seventeen' dan kembarannya Riedhan Fajarsyah alias Idan. (Foto: Instagram @ifanseventeen dan @riedhanfajarsyah.)
zoom-in-whitePerbesar
Riefian Fajarsyah alias Ifan 'Seventeen' dan kembarannya Riedhan Fajarsyah alias Idan. (Foto: Instagram @ifanseventeen dan @riedhanfajarsyah.)
ADVERTISEMENT
Musibah tsunami yang menimpa wilayah Banten dan Lampung, pada Sabtu (22/12) malam, menyebabkan ratusan korban meninggal dunia. Personel grup Seventeen dan beberapa anggota keluarganya pun turut menjadi korban tsunami tersebut.
ADVERTISEMENT
Saudara kembar Ifan 'Seventeen', Riedhan Fajarsyah alias Idan, menjadi salah satu korban yang berhasil selamat dari dahsyatnya gelombang tsunami yang menerjang pesisir pantai Tanjung Lesung, Banteng.
Idan sendiri tidak pernah membayangkan dapat terjadi tsunami di lokasi dirinya dan sejumlah anggota keluarga di sana. Sore sebelum kejadian, Idan bersama personel Seventeen seperti Andi, Herman, dan Bani sempat berenang bersama di kolom renang vila yang ditempatinya.
Setelahnya, personel Seventeen bergegas duluan menuju lokasi acara gathering salah satu perusahaan BUMN, yang telah mengundang Seventeen untuk tampil sebagai bintang tamu sekitar pukul 20.00 WIB. Sementara Idan bersama istrinya Cynthia Wijaya dan anak, Dylan Sahara, serta adik-adik Idan, berangkat ke panggung musik belakangan.
Ketika sampai di lokasi panggung acara, Idan bersama istri, anak, Dylan Sahara, dan adik-adiknya, duduk di sebelah kiri belakang dekat panggung. Kala itu mereka sempat mencicipi hidangan makan malam sambil menyaksikan Seventeen manggung.
ADVERTISEMENT
"Pas lagu 'Jaga Selalu Hatimu' waktu itu, pas pertama selesai, terus perkenalan personel. Biasa kalau di lagu kan ada perkenalan personel. Terus pas perkenalan Andi, itu baru datang tsunaminya," terang Idan ketika ditemui di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/12) malam.
"Jadi saking cepat arusnya, saya enggak sempet teriak. Jadi lari tiba-tiba badan saya sudah terbawa air, saya sambil megang anak. Itu saya masih belum engeh karena saya pikir, 'Kok kenapa saya tiba-tiba di dorong dan di dalam air?' Pas di dalam baru sadar, 'Oh ternyata tsunami'. Nah, itu sampai beberapa kali gelombang. Kronologis kejadiannya sih seperti itu," sambungnya.
Ketika gelombang tsunami datang, mereka mulai terpencar-pencar. Ifan sendiri kata Idan, sempat terbawa arus hingga hampir ke tengah laut. Kepala Ifan juga sempat ditiban orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
"Katanya banyak yang nyelemin kepalanya dari belakang. Terus dia sempat mikir dia sudah engga kuat lagi, dia bilang, 'Kalau pun saya meninggal, saya ikhlas'," ujar Idan menirukan ucapan saudara kembarnya itu.
Ifan juga sempat kesangkut besi pada bagian pinggangnya, namun terlepas dan kembali terbawa arus hingga hampir ketengah laut. Ifan lalu pegangan pada sebuah benda agar tidak terus terbawa arus.
"Dia bilang, dia itu kayak ada hardcase alat dan dia pegangan berempat. Kalau ada yang tenggelam, dia bilang, tolong jangan pegang badan karena kita semua bisa meninggal. Itu keadaannya masih ramai orang teriak minta tolong, sampai akhirnya itu sepi, meninggal semua yang di situ. (Ifan) 1,5 sampai 2 jam (bertahan) dia berenang ke daratan," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Idan sempat bertahan menahan arus agar tidak terbawa lebih jauh. Tubuhnya juga sempat tabrak tembok hingga kayu yang terbawa arus. Idan juga sempat terlepas dari anaknya.
"Nah itu mungkin yang menyelamatkan saya, karena posisinya ruangan genset di mana jenazah almarhumah Dylan sama almarhum Andi ditemukan tuh pas di belakang saya. Kalau saya keseret lebih lama, terus enggak kepentok tembok, mungkin saya bernasib sama," ungkapnya.
"Terus saya merangkak ke atas untuk ambil napas, karena itu posisi airnya kan tinggi di atas kepala. Terus saya lepas lagi karena arusnya tuh kenceng, kenceng banget. Jadi tembok udah kepentok, geser pelan-pelan, maju lagi ke depan, saya nyerempetin kaki makanya kaki ini cidera. Jadi seperti itulah cara saya menyelamatkan diri. Ya alhandulillah saya sempat kepentok tembok, kalau enggak mungkin masuk ruangan genset juga," lanjut Idan.
ADVERTISEMENT
Suami pesinetron Cynthia Wijaya ini juga tidak menyadari bahwa di dalam ruang tersebut ada Dylan dan Andi 'Seventeen'. Ia mengaku kala itu, arus air cukup deras dan suasana cukup gelap, sehingga tidak telihat dengan jelas.
"Yang saya inget cuma anak. Karena istri waktu itu tepat di belakang. Setelah kejadian itu pemandangannya cuma air segini (sedada), gelap. Enggak ada bangunan satu pun, pada runtuh, dan (banyak) jenazah. Sama orang-orang selamat itu berteriak cari anggota keluarganya," ujarnya.
Setelah kejadian itu, Idan dan istrinya mengalami luka-luka lebam di sejumlah tubuhnya. Namun, ia bersyukur kondisi putra sulungnya baik-baik saja.
"Lebam itu hampir semua badan, yang keliatan itu mungkin kaki ya. Kaki juga lebam-lebam. Kalau anak saya alhamdulillah enggak ada (luka). Adek saya justru parah yang cowok. Mohon maaf, dia tulangnya keluar, terus hmm (usap sebelah mukanya) ancur lah sama belakang-belakang," tandas Idan.
ADVERTISEMENT