Cerita Ria Irawan Pertama Kali Terdeteksi Kanker

6 Januari 2017 6:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ria Irawan menjalani perawatan di rumah sakit. (Foto: Fanny Kusumawardhany/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ria Irawan menjalani perawatan di rumah sakit. (Foto: Fanny Kusumawardhany/kumparan)
Langit di Jakarta berwarna jingga ketika kumparan mendatangi sebuah rumah di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Seorang wanita yang wajahnya kerap menghiasi layar kaca muncul dari balik pagar. Seraya tersenyum, ia membukakan pintu pagar dan mempersilahkan kami masuk.
ADVERTISEMENT
Dia bernama Chandra Ariati Dewi Irawan atau yang lebih dikenal dengan nama Ria Irawan, anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Bambang Irawan dan Ade Irawan. Ria merupakan seorang aktris senior yang telah banyak berkontribusi dalam dunia perfilman di Indonesia.
Dengan ramah, ia mempersilakan kami duduk. Dengan kaus hitam dan kain merah jambu yang membalut kepala yang plontos, Ria dengan antusias bicara mengenai kisah awal ia berhadapan dengan penyakit mematikan: kanker.
Pertama kali terdeteksi, pas lagi sclerotomy (prosedur bedah) pengangkatan rahim sambil dibiopsi. Hasil diagnosa dari biopsi waktu operasi pengangkatan rahim tanggal 30 September 2016, keluar patologi anatominya sekitar tanggal 14 Oktober 2016,” kenang bintang film 'Bulan Di Atas Kuburan' itu.
ADVERTISEMENT
Ria Irawan bercerita tentang pengobatannya. (Foto: Fanny Kusumawardhany/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ria Irawan bercerita tentang pengobatannya. (Foto: Fanny Kusumawardhany/kumparan)
Saat itulah terdeteksi adanya kanker yang sudah menjalar ke kelenjar getah bening di pelvic kanan, hips kanan, dan panggul kanan yang dibacakan oleh dokter onkologi di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Sang dokter kemudian menyarankan untuk kemoterapi. 
“Langsung deh, gue persiapan untuk echo jantung dan periksa darah untuk kemo,” tambah Ria.
Selama bercerita, wanita yang mulai akting sejak umur 4 tahun ini begitu energik. Tak ada kesenduan. Bahkan sesekali Ria bercanda membicarakan topik tentang hidup dan mati. Tapi ketika disinggung reaksinya saat pertama terdeteksi kanker, Ria mendesah pelan sambil menunjukkan raut muka serius.
ADVERTISEMENT
Meski pasrah, Ria tidak putus asa ketika rahimnya harus dipisahkan. Konsekuensinya, dia tidak bisa punya anak. Ada sebuah ketegaran dan keikhlasan yang mendalam saat Ria mencurahkan isi hatinya. 
“Kalau kita innalillahi wa innailaihi rajiun, semua yang datang dari-Nya pasti akan kembali kepada-Nya. Gue doa, ‘Ya Allah, sebelum gue meninggal, nggak apa-apa dicicil dulu dengan rahim. Tapi yaudah ya, rahim aja, jangan organ tubuh yang lain’. Gue pikir, dengan gue menyerahkan kondisi dan nasib gue pada Tuhan, gue yakin Tuhan juga merasa kalau gue percaya bahwa Tuhan adalah Maha Penentu dari semuanya," imbuh Ria.
Dalam cerita selanjutnya, Ria mengisahkan usaha pengobatan yang dia sudah lakukan. Mulai dari pengobatan alternatif, hingga ke tempat yang ‘aneh-aneh’. “Gue sempat musyrik, goblok…” 
ADVERTISEMENT
Tunggu cerita selanjutnya di kumparan!