Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita The Resonanz Children’s Choir Bisa Meraih Juara di Slovenia
26 April 2018 10:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Paduan suara Tanah Air, The Resonanz Children’s Choir (TRCC), sukses menjadi juara dalam kompetisi paduan suara tingkat dunia, European Grand Prix (EGP) for Choral Singing, yang berlangsung di Maribor, Slovenia pada 21 April lalu.
ADVERTISEMENT
Kemenangan itu berhasil memecahkan sejarah baru bahwa mereka berhasil menjadi panduan suara pertama dari Indonesia, yang berhasil menjadi juara EGP.
Untuk mendapatkan gelar tersebut, tentu tidak didapatkan dengan mudah. Sang komposer, Avip Priatna, mengungkapkan bahwa agar bisa tampil di EGP harus melewati seleksi yang cukup ketat, salah satunya pernah memenangkan kompetisi paduan suara sebelumnya.
“Sampai bisa diterima oleh EGP kita harus menyediakan rekaman dan seleksi. Hanya sedikit yang bisa masuk. Untuk menjadi juara umum itu susah banget, karena disyaratkan dengan syarat yang sama (dengan seluruh peserta di dunia),” ujar Avip saat ditemui di Balai Resital Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (25/4).
Untuk memberikan penampilan yang maksimal, paduan suara yang terdiri dari 44 orang anak berusia 10 sampai 17 tahun ini, rajin dan disiplin untuk latihan. Mereka berlatih dua kali dalam satu minggu, bahkan berlatih setiap hari ketika waktu untuk tampil sudah dekat.
ADVERTISEMENT
Sebagai anggota dari paduan suara, Bima dan Alicia menceritakan perjuangan dan semangat mereka untuk mengikuti lomba bertaraf Internasional tersebut. “Kita dari dulu latihan rutin tiap Sabtu. Cuma ditambahin lomba ini, kita tambahin (latihan hari) Minggu,” ucap Alicia.
Mereka merasa bahwa EGP ini adalah lomba yang paling tinggi levelnya di antara lomba-lomba paduan suara lain yang pernah diikuti. Mereka juga memiliki tekad yang kuat untuk meraih gelar juara umum, karena sudah banyak pengorbanan yang mereka lakukan.
“Sebelum tampil di sana (Slovenia), kita juga latihan setiap pagi dan ada latihan setiap hari menjelang lomba. Kita mati-matian untuk melakukan yang terbaik. Kita harus semangat karena kita sudah izin sekolah, macam-macam,” tutur Bima.
Avip juga mengungkapkan kendala yang terjadi selama persiapan menuju lomba yakni ada beberapa anak yang sulit mendapat izin dari sekolahnya untuk mengikuti latihan, karena sedang diadakan ujian. Mereka pun berusaha membagi waktu antara latihan dan sekolah.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa sekolah yang tidak memberikan izin untuk latihan pada awalnya, tapi rupanya anak ini pada pintar. Mereka datang sendiri dan memperlihatkan betapa niatnya mereka nyanyi di kompetisi ini, karena memang kesempatan besar tampil di EGP. Tidak setiap orang memiliki kesempatan itu,” katanya.
Untuk mengikuti lomba tersebut, tentu ada biayanya. Mereka berusaha untuk mengajukan kerjasama ke berbagai macam instansi. Sayangnya saat mengajukan proposal ke pemerintah, mereka belum mendapat hasil yang diinginkan.
“Sebenarnya juga mengajukan sponsorship ke pemerintah, ke Bekraf, tapi enggak ada jawaban sama sekali. Ya ditanggapi, proposal sudah dibaca, ya sudah sampai situ saja,” pungkas Avip.
Beruntung karena orang tua dari para peserta sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti lomba itu, sehingga tidak terlalu sulit dalam menghadapi masalah finansial.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya orang tua juga cari donasi, ke pemerintah juga mencoba. Tahu sendiri kalau pemerintah juga dananya terbatas. Kami juga bisa atasi untuk masalah finansial, saya juga beruntung karena semua orang tuanya mendukung,” bebernya.