Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Deddy 'Andra and The Backbone': Tantangan Pers Semakin Berat
9 Februari 2017 9:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Siapa yang menyangka jika vokalis grup musik Andra and The Backbone, Deddy Lisan (40) dulunya berprofesi sebagai jurnalis?
ADVERTISEMENT
Ya, Deddy sejak lulus kuliah memang menggeluti dunia jurnalistik, tepatnya menjadi jurnalis olahraga dan juga musik. Ia menggeluti dunia ini selama enam tahun, sebelum bergabung dengan Andra and The Backbone.
Namun ternyata, ia tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik sama sekali, lho!
"Saya kuliah bisnis dulu. Jadi jurnalis karena pergaulan aja dulu. Saya enggak pernah bercita-cita untuk jadi jurnalis, begitupun menjadi seorang musisi. Mungkin sudah takdir," ucap Deddy ketika ditemui di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Meskipun tak memiliki background pendidikan jurnalistik dan tak pernah bercita-cita menjadi wartawan, alumni Universitas Indonesia ini menganggap wartawan adalah sebuah profesi yang begitu menyenangkan.
Rutinitas wartawan yang kerap dikerjar deadline, bertemu orang baru, serta sejumlah tantangan lain, membuat vokalis berusia 40 tahun begitu senang menjalani pekerjaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya, saya enggak bisa jalanin kedua profesi ini, kalau bisa, udah saya jalanin dua-duanya (wartawan dan musisi)," ujarnya seraya tersenyum.
Ada pengalaman lucu yang pernah dialami Deddy dengan wartawan, saat dirinya telah menjadi seorang musisi.
Ia bahkan sudah mulai memahami dan mengerti bagimana wartawan ketika tengah mewawancarai dirinya.
"Paling utama itu, karena apa yang mereka kerjain sudah pernah saya kerjain dulu. Jadi seringkali belum diwawancara, saya udah tahu mau ditanya apa," jelas Dedy diiringi tertawa kecil.
Di hari pers ini (9 Februari), pria kelahiran Jakarta, 2 Juli 1976 itu menganggap wartawan saat ini memiliki tantangan yang luar biasa.
Apalagi pada era keterbukaan yang telah berjalan cukup lama, membuat semua orang bisa jadi sumber berita, dan pada akhirnya banyak sekali berita hoax.
ADVERTISEMENT
"Industri pers dan jurnalistik ditantang untuk membuat standar agar orang awam mampu membedakan antara berita yang bersumber dari jurnalis yang jelas. Yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dengan berita yang enggak jelas, yang hanya bersumber dari gosip dan kebohongan," tuturnya.
Menurut Deddy, wartawan saat ini dan dulu tak ada perbedaan yang signifikan jika dilihat dari segi pekerjaannya. Namun yang membedakan hanyalah teknologi pendukung yang berkembang cukup pesat.
Media sosial yang dulu belum berpengaruh terhadap informasi pemberitaan pun kini sudah mulai menjadi wadah sebagai sarana aspirasi yang cukup berkembang dan mudah diterima kepada kepada pihak-pihak terkait.
"Apalagi sekarang ada yang namanya citizens journalism ya, di mana orang-orang bisa melaporkan sendiri berita di sekitarnya, dan itu sih bagi saya tantangan terbesar bagi jurnalis saat ini," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Deddy berharap agar pers di Indonesia semakin maju, semakin bisa jadi sumber informasi yang bisa diandalkan dan bisa dipercaya. Menurutnya, salah satu pilar demokrasi adalah pers.
"Kalau pers-nya sendiri tidak baik, kita bisa tebak sendiri kan gimana kualitas masyarakat serta negaranya?" tandasnya.